Selain toilet, ukuran kenyamanan sebuah lokasi perlu dinilai dari tempat makannya. Apalagi di kampus. Tempat makan adalah kunci meluapkan lelah setelah diserbu materi kuliah yang wadidaw. Dan Fisipol UGM memenuhi keduanya. Toilet jumlahnya banyak dan nyaman. Hampir di setiap sudut nongkrong selalu ada toilet yang nyempil.
Tapi, tulisan ini akan fokus ke kantinnya. Kantin di Fisipol UGM tertata dan makanannya enak-enak. Selain itu, kantin Fisipol UGM memiliki sistem yang layak ditiru kantin-kantin lain. Meskipun belum sempurna, tapi untuk sistem awalan cukup menarik dan boleh dipertimbangkan untuk kantin di kampus lain.
Kantin Fisipol UGM menerapkan sistem self service
Kantin di Fisipol UGM mengedepankan prinsip self service atau pelayanan mandiri. Mungkin di kebanyakan kantin UGM juga demikian. Tapi, di tempat lain belum tentu. Masih banyak kantin yang masih melayani pelanggan bagaikan raja.
Sistem service pelayan nggak masalah sih. Asal jumlah pelayannya banyak. Kalau untuk kantin kampus, self service sudah paling benar. Mahasiswa biar mengurusi makanannya sendiri. Pesan makan, tunggu, ambil makanannya, makan, selesai, piringnya diletakkan di tempat yang disediakan. Beres dan simpel.
Keunggulan self service ini adalah pelayanan menjadi lebih cepat. Penjual makanan nggak perlu menghabiskan waktu mengantar makanan ke meja-meja. Mereka cukup membuat makanan dan biar mahasiswa yang mengambil sendiri pesanannya. Sehingga, pelayanannya menjadi satset watwet.
Selain itu, penjual makanan juga nggak perlu lagi membereskan piring bekas makan mahasiswa satu per satu. Mahasiswa bisa meletakkannya sendiri di tempat yang telah disediakan. Penjual bisa lebih fokus produksi makanan dari mahasiswa lainnya.
Dari sisi mahasiswa juga lebih nyaman. Setelah dapat makanan, mahasiswa bisa bebas pengin makan di mana pun. Asal, piring dan peralatan makannya diletakkan di tempat yang telah disediakan.
Untuk konteks, di Fisipol UGM ada 2 lantai. Setiap lantai selalu ada tempat untuk mengembalikan piring dan gelas setelah selesai dipakai makan. Jadi enak. Simpel: enak untuk penjual dan praktis untuk pembeli.
Sistem pembayaran digital dan kasir
Selain self service, sistem pembayaran di kantin Fisipol UGM ada 2, yaitu digital via QRIS dan cash via kasir. Berdasarkan pengamatan saya, banyak mahasiswa yang akhirnya menggunakan QRIS, karena kalau pakai uang cash harus ke kasir yang dinilai ribet.
Secara nggak langsung, kantin Fisipol UGM mengarahkan mahasiswa untuk cashless. Keuntungannya, penjual nggak ribet lagi cari uang kembalian kalau pembeli bayar pakai uang dengan jumlah besar seperti 50 atau 100 ribu. Alhasil, lagi-lagi sistem pelayanan jadi lebih cepat.
Fasilitas sistemnya mendukung
Kantin Fisipol UGM nggak cuma membuat aturan self service dan pembayaran cashless saja, tapi memfasilitasi aturan sistem itu dengan baik. Misalnya untuk pembayaran QRIS, setiap lapak penjual punya QRIS-nya masing-masing. Sedangkan untuk self service, kantin Fisipol menyediakan spot-spot yang banyak untuk meletakkan piring dan gelas setelah kita selesai makan. Lalu kemudian, ada petugas khusus yang membereskannya secara rutin.
Makanannya enak-enak
Di luar sistem, perlu diakui kalau makanan di kantin Fisipol UGM rata-rata enak. Ini terasa spesial, karena biasanya penjual makanan di dalam kampus agak enteng soal rasa. Sebab, mereka merasa enak nggak enak akan tetap dibeli mahasiswa, karena lokasinya yang ada di dalam kampus.
Tapi, makanan di Fisipol UGM beda. Rasanya rata-rata enak. Saya curiga, mungkin ada seleksi ketatnya juga untuk bisa jualan di kantin Fisipol UGM. Jangan-jangan, seleksinya juga seketat menjadi mahasiswa UGM. Hahaha. Canda, gais.
Selain itu, boleh jadi ada quality control dan survey evaluasi tahunannya. Jadi cita rasa lezatnya terjaga. Apalagi ayam gepreknya. Beeeh, rasa ayamnya nggak kalah sama KFC dan MCD. Cuma kalau jam makan siang, antrean ayam geprek ini masyallah tabarakallah tak tertunggu. Soalnya kadang mahasiswa fakultas lain juga melipir ikutan ngantri.
Kalau favorit saya di kantin Fisipol ada 3: ayam geprek, mie ayam goreng, dan jus pisangnya. Mantep tenan itu.
Kekurangan kantin Fisipol UGM hanya satu
Kekurang kantin Fisipol UGM dengan sistem self service-nya ini hanya satu, yaitu tempatnya yang kurang luas. Saya tahu, kantin Fisipol sudah ada 2 lantai dan bahkan ada 1 ruangan tambahan yang tertutup. Tapi untuk mahasiswa Fisipol yang sedemikian banyak, rasanya belum cukup. Khususnya kalau jam makan siang.
Perlu diingat, setiap jurusan di Fisipol UGM ada jenjang S1, S2, dan S3. Artinya, mahasiswa yang makan siang bukan hanya S1 seperti di kampus-kampus medioker, tapi juga ada mahasiswa S2 dan S3.
Kekurangan ini terasa sekali kalau jam makan siang. Banyak orang, termasuk saya, yang sering nggak kebagian tempat duduk yang ujung-ujungnya kadang makan sambil berdiri. Sebenarnya solusinya nggak harus langsung tambah ruang makan baru. Cukup tambah kursi yang lebih banyak saja. Kalau meja, bisa saling join.
Andai satu masalah ini bisa dibenahi, kantin Fisipol UGM bisa dibilang sempurna untuk tempat makan di sebuah fakultas dalam kampus.
Penulis: Naufalul Ihya’ Ulumuddin
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA 3 Hal di Fisipol UGM yang Bikin Alumni Kangen dan Pengin Balik Lagi
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
