Jember, kabupaten yang sering dikenal sebagai kota tembakau ini juga bisa dikenal sebagai kota karnaval. Parade mode fashion yang terbungkus lewat Jember Fashion Carnival (JFC) menandai ditetapkannya Kabupaten Jember sebagai Kota Karnaval. Melalui Surat Keputusan Menteri Pariwisata pada tahun 2017, Jember sudah sah menjadi Kota Karnaval di Indonesia. Alm. Dynand Fariz sebagai pelopor berdirinya JFC telah banyak mengenalkan kreativitas fashion dan karnaval Jember hingga ke taraf internasional.
Berlatar belakang dari hal tersebut, Pemkab menggandeng Jember Fashion Carnival Global Indonesia (JGI) untuk menciptakan kawasan yang menjadi wadah seni budaya. Bupati Jember, Hendy Siswanto, meresmikan tempat yang dinamai sebagai Kampung Kreatif JFC pada 10 Maret 2023 lalu. Akan tetapi, eksistensi Kampung Kreatif JFC, yang dulu memancarkan semangat kreativitas, sekarang mulai meredup. Beberapa hari yang lalu saya berkesempatan menengok kampung ini.
Digadang-gadang jadi pintu gerbang kreativitas di Jember
Seiring dengan berjalannya waktu, Kabupaten Jember terus tumbuh dan berkembang, tidak hanya sebagai kota industri perkebunan saja, tetapi juga sebagai kota yang penuh kreativitas. Kampung Kreatif JFC lahir sebagai jawaban atas kebutuhan akan wadah kreativitas bagi warga yang ingin mengekspresikan diri melalui seni dan mode. Kampung yang berlokasi di Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kecamatan Arjasa ini diharapkan mendongkrak pariwisata Kabupaten Jember agar lebih maju.
Dilengkapi dengan panggung pementasan, kampung ini digadang-gadang menjadi sarana untuk menyalurkan kreativitas seni dan budaya warga Jember. Tidak hanya itu, di sudut-sudut bangunannya pun juga dipenuhi oleh gambar-gambar peragaan event Jember Fashion Carnival dari tahun ke tahun. Tujuan awal berdirinya Kampung Kreatif JFC ini terbilang sangat lengkap dalam menggaet beberapa sektor, mulai dari fasilitas UMKM hingga penyediaan home-stay bagi wisatawan.
Bupati Jember, Pak Hendy, mengklaim bahwa Kampung JFC ini disinyalir sebagai pintu gerbang kemajuan pariwisata dan kreativitas yang ada di Jember. Kampung Kreatif JFC ini juga menawarkan tempat bagi para seniman dan desainer lokal untuk bersatu, berkolaborasi, dan berkembang bersama. Hal ini didukung oleh pernyataan Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Jember, Harry Agustriono, kalau dibukanya Kampung Kreatif JFC ini sebagai pusat informasi tentang seluruh wisata dan kesenian yang ada di Jember.
Kampung kreatif yang mulai meredup
Sayangnya, seperti setiap kisah yang penuh dengan semangat di awal, ada kalanya momentum-momentum itu memudar seiring berjalannya waktu. Kampung Kreatif JFC, yang dulu begitu ramai dan bersemangat, kini tampak sepi. Perjalanan saya berkunjung untuk mampir beberapa waktu lalu disambut dengan kekosongan. Bahkan, hampir seperti tidak ada kegiatan apa pun di sana. Dua bangunan yang tampak mentereng, yakni ruang museum dan galeri JFC Ekspos juga tampak sepi. Paling, hanya ada satu petugas yang berjaga di sana.
Salah satu bangunan yang menarik perhatian saya adalah “Tourist Information Center” yang berfungsi untuk mengakses semua informasi soal pariwisata di Jember, juga tampak tak berpenghuni ketika saya ke sana. Padahal, tujuan awal berdirinya bangunan ini baik dari Pemkab, Disparbud, maupun pengelola adalah untuk menjadikan kampung ini sebagai gerbang wisata dan seni yang terintegrasi. Tapi, lagi-lagi diselimuti oleh sepi. Sungguh sangat menyedihkan.
Mungkin, menurut saya, perlu adanya inovasi dalam penyelenggaraan acara-acara kreatif dan pameran seni di kampung ini. Apalagi jika dibuatkan konsep yang anak muda banget. Entah itu pasar kuliner, stand up comedy, atau pagelaran budaya populer. Tujuannya agar tempat ini tidak hanya membara di awal-awal saja, tetapi tetap bisa menjadi pusat kesenian, kebudayaan, dan pariwisata yang berkelanjutan di Jember. Keterlibatan lebih aktif dari pihak pemerintah dan pengelola harus sesegera mungkin dibarakan. Sehingga, pariwisata dan pamor Kota Karnaval Jember tidak kalah dengan kota-kota tetangganya.
Penulis: Adhitiya Prasta Pratama
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Orang Jember Terlalu Madura untuk Disebut Jawa, dan Terlalu Jawa untuk Disebut Madura