Sebagai warga asli Kediri, saya sering mendengar orang bilang “Pare jahat” setelah pulang dari Kampung Inggris. Memangnya ada apa sih di sini?
Pare adalah sebuah nama kecamatan kecil yang terletak di Kabupaten Kediri. Tempat ini mempunyai kesan tersendiri bagi saya. Gimana nggak, sepertinya saya akan menghabiskan seluruh hidup saya di tempat ini. Dulu, pernah terlintas pikiran untuk pergi ke suatu kota dan merantau di sana. Namun, takdir Tuhan berkata lain.
Pare adalah sebuah daerah kecil yang ingin menjelma sebagai kota metropolitan. Gimana nggak, banyak merek besar yang mulai menginvasi tempat ini, sebut saja Janji Jiwa, Belikopi, Es Teh Indonesia, dan bahkan kedai es krim yang belakangan jadi perbincangan, Mixue, sudah hadir di sini.
Akan tetapi, meski terasa berkembang perekonomiannya, Pare tetap lebih sering diidentikkan dengan Kampung Inggris. Bahkan banyak orang yang lebih mengenal Kampung Inggris ketimbang Pare itu sendiri. Maklum, Kampung Inggris memang menjadi pusat perhatian nasional, bahkan internasional. Tak sedikit bule yang datang ke sini untuk menjadi penambah daya tarik dan bahkan menjadi pengajar di sini.
Di samping cerita terkait pesatnya perkembangan Pare, ternyata tempat ini—khususnya Kampung Inggris—memiliki cerita sendiri. Banyak stigma yang disematkan pada tempat ini entah oleh siapa. Dan stigma ini seolah melekat pada tempat ini.
Pare jahat
Stigma pertama yang disematkan pada daerah ini adalah Pare jahat. Saya mendengarnya ketika sedang belajar bahasa Inggris di desa saya sendiri ini. Kemudian saya jadi penasaran gimana stigma Pare jahat ini bisa muncul. Saya pun mencoba bertanya pada beberapa orang teman. “Bro, kenapa Pare dibilang jahat?”
Menurut pengakuan teman saya, stigma ini muncul gara-gara kisah asmara sementara yang dialami oleh orang-orang yang belajar di Kampung Inggris. Dengan dalih teman belajar, biasanya orang-orang yang sebenarnya sudah punya pasangan di kota asal mereka, mendekati temannya yang berlawanan jenis. Ya semacam cinlok gitu lah. Lantaran kesepian karena harus LDR dengan pasangan di kota asal, jadilah mereka mendekati teman yang juga sedang belajar di Kampung Inggris.
Setelah itu, mereka akan kembali ke kota masing-masing dan meninggalkan “teman dekat” mereka serta kenangan pahit di sini. Namun, tak jarang ada juga yang melanjutkan hubungan mereka ke arah yang lebih serius. Banyak juga yang kemudian meninggalkan pasangan mereka di kota asal karena menemukan cinta baru di Pare. Makanya kemudian muncul stigma kota ini jahat.
Baca halaman selanjutnya….
Fakta yang perlu kamu tahu
Dari hasil obrolan saya dengan teman yang berasal dari luar Jawa Timur dan bahkan beberapa kota di Jawa Timur, mereka tahunya bahwa seluruh Pare adalah Kampung Inggris. Hal ini cukup mengejutkan saya. Sebab, Kampung Pare sendiri sebenarnya terletak di Desa Tulungrejo yang mana desa ini termasuk dalam salah satu desa di di Kecamatan Pare.
Meski begitu, hal ini jadi bukti kalau Kampung Inggris memang lebih populer daripada tempat yang menaunginya. Yang jelas, kehadiran Kampung Inggris menjadi berkah tersendiri bagi warga sini karena dapat membantu perekonomian setempat.
Orang Pare pandai berbahasa Inggris
Saya sering mendengar orang berkata bahwa saya dan semua warga Pare pasti pandai berbahasa Inggris. Anggapan ini bermula dari kehadiran Kampung Inggris di sini. Anggapan lainnya adalah warga Pare pasti bangga dengan terkenalnya Kampung Inggris sehingga kami dianggap akan belajar bahasa Inggris karena tenarnya kampung daerah kami.
Tentu saja hal tersebut sangat bertentangan. Nggak semua warga Pare pandai berbahasa Inggris. Selain itu, nggak semua warga mau menetap di sini. Ada juga kok yang memilih untuk keluar dari daerah ini dan merantau ke daerah lain.
Penulis: Himas Akbar Kusuma
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA 3 Dosa Tempat Kursus Bahasa Inggris di Kampung Inggris Pare yang Bikin Kecewa.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.