Kalau Setting Film The Medium di Bantul, Kayaknya Bakal Lebih Serem

Kalau Setting Film The Medium di Bantul, Kayaknya Bakal Lebih Serem terminal mojok

Hal yang bikin film The Medium ini serem, tentu saja setting-nya yang berada di Thailand. Kata anak Twitter karena Thailand itu dekat dengan Indonesia, hantunya sebelas dua belas dengan yang ada di sini. Juga kondisi pedesaan Thailand yang rasanya Indonesia sekali.

Bedanya kalau di Thailand tentu menampilkan kuil-kuil dan gereja. Bangunan yang masih susah perizinannya jika dibikin di Indonesia. Lainnya, kalau nggak mempedulikan bahasa, hampir plek sama.

Saya menonton film itu. Sialan, Bude Nim jika kesurupan, kok, ya bentukannya seperti Bude saya di Imogiri. Kalau Nim “kesurupan” dewanya, nah sedangkan Bude saya di Bantul ini kesurupan macan kumbang. Entah itu matanya yang mendelik, tangannya yang kruel-kruel seperti hendak mencabik, sebelas dua belas sama.

Nostalgia dengan Bantul inilah yang buat saya berpikir, kalau The Medium bikinnya di Bantul, saya yakin nggak akan kalah serem ketimbang filmnya yang asli.

Ada beberapa faktor yang bisa kita gothak gathik gathuk, begini.

Pertama, tempat. Pedesaan yang sub-urban, Bantul jelas punya. Mau di mana? Banguntapan? Ah, kayaknya masih terlalu kota, jhe.

Atau Bantul Kota saja? Walau disematkan kata “kota”, kota yang satu ini nggak kota-kota amat. Sama, lah seperti kontur alam yang ada di film The Medium. Lokasi syuting film ini ada di Pulau Isan, Northeastern Region Thailand. Di sana ada mobil, supermarket, angkot, dan aktivitas khas kota singup lainnya. Bantul kota banget, kan?

Kedua, dukun. Ketimbang di Thailand, mungkin dukun-dukun di Bantul ini nggak kalah sangar. Bude Nim, yang kita bahas di awal, memegang gaman bernama Dewa Bayan. Dukun-dukun di Bantul juga barang tentu pada punya pegangan. Bisa berupa hewan-hewan keramat sampai dengan berbagai macam keris.

Saya nggak mau guyon bagian ini. Lha nek guyon dikit saja, bisa jadi keris-keris itu dikirim ke rumah saya. Ini kejadian nyata, saya pernah liputan tentang dukun yang ngurusi judi bola, dan itu memang nyata kesaktiannya.

Semisal Bude Min hanya mampu mengurusi hiruk pikuk kejadian aneh di desanya, dukun di Bantul bahkan bisa prediksi kalau Argentina menang Copa Amerika. Selangkah lebih maju bukan? Saya curiga, jangan-jangan dukun di Bantul juga bisa prediksi siapa yang bakalan menang Dangdut Academy season berikutnya.

Ketiga, khodam. Kalau di The Medium, kita bisa menyebutnya sebagai Dewa Bayan. Kekuatan yang dipercaya oleh Bude Min, tapi pada akhirnya… Wah, lihat saja sendiri. Mereka ini dipercaya untuk jadi perantara dua dimensional.

Nah, kalau di Bantul lebih mbois lagi, Dap. Khodam dukun-dukun di Bantul bisa beraneka macam. Namun, nggak seelegan di The Medium yang berupa dewa-dewa, di Bantul khodamnya berupa tuyul dan wewe gombel.

Salah satu wewe gombel tersebut bernama Nyi Mblenduk. Dan Nyi Mblenduk itu tugasnya adalah… tebak skor pada judi bola.

Hal yang bikin saya bingung, dari mana Nyi Mblenduk tahu nama-nama pemain sepak bola, ya? Ha yo mosok sekelas khodam dukun, tahu ada pemain namanya Arthur Irawan?

Keempat, ini adalah alasan yang bikin Bantul jadi setting lokasi syuting yang lebih seram. Tidak seperti The Medium yang mengambil gambar di sebuah tempat angker berupa bangunan lama yang sudah terbengkalai.

Di Bantul, ada Stadion Sultan Agung. Ia pernah jadi tempat berkumpulnya ribuan harapan manusia yang sekarang jadi mimpi belaka. Sungguh menyeramkan.

Sumber Gambar: YouTube CBI Pictures

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Exit mobile version