Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Kalau Orang Sunda Susah Bilang F, Orang di Kampung Saya Susah Bilang W. Sebuah Contoh Dialek Epik!

Taufik oleh Taufik
31 Januari 2021
A A
Kalau Orang Sunda Susah Bilang F, Orang di Kampung Saya Susah Bilang W. Sebuah Contoh Dialek Epik! terminal mojok.co

Kalau Orang Sunda Susah Bilang F, Orang di Kampung Saya Susah Bilang W. Sebuah Contoh Dialek Epik! terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Orang Jawa punya kecenderungan membaca kata dengan huruf awalan b, j, d, dengan menyisipkan huruf n, m, atau ng di depannya.  Contoh dialek demikian adalah kata “Bantul” yang oleh orang ber-KTP asli Jogja, lebih-lebih yang rumahnya Banguntapan menyebut “Bantul” menjadi “mBantul”.

Menyebut “Janti” jika dibiarkan polosan begitu, katanya tidak ada rimanya. Lagi-lagi ini menurut beberapa orang Jawa dan orang Jogja secara spesifik. Katanya menyebut “nJanti” lebih “nJawani”, lebih mantap dan lebih menjiwai. Ada  kata lain, misal “Giwangan” yang kelihatan telanjang jika tanpa ng di depannya. Akan lebih joss kotos-kotos jika dijadikan “ngGiwangan”. Lebih ada irama yang terpenuhi.

Saya sudah menanyakan alasan untuk hal ini, apakah orang-orang Jawa punya masalah dengan ketiga jenis kata yang berawalan huruf-huruf b, j, dan d? Apa masalahnya jika kata dengan awalan ketiga huruf itu tidak ada “gerakan” tambahannya? Namun, sejauh yang saya dapatkan, belum ada jawaban yang menurut saya masuk akal.

Di bagian barat Pulau Jawa, ada juga peradaban lain yang memiliki kecenderungan tertentu. Contoh dialek orang Sunda, beberapa agak kesusahan membedakan v, f, dan p. Entah ada urusan apa mereka dengan ketiga hurup tersebut. Intinya, ketika berhadapan dengan hurup-hurup itu, orang-orang Sunda seperti kebingungan sendiri. Lha ya masa, nyebut tempat pengelompokan jurusan dengan pakultas? Ora wangun blas!

Walau dengan alasan yang “katanya” masuk akal karena di tradisi Sunda tidak ada hurup v dan f, yang ada hanya p sebagai penggantinya, tetap saja lucu ketika menyaksikan hal itu terjadi dalam pergaulan saya dengan orang-orang Sunda. Tapi, lucu yang saya maksud bukan dengan maksud merendahkan lho ya. Saya paham betul contoh dialek orang-orang itu berbeda tiap daerah.

Usut-usut punya, ternyata di daerah agak ke timur, di kampung saya yang ada di Wakatobi sana, kecenderungan serupa juga terjadi. Di Tomia secara umum, ada kecenderungan untuk mengganti huruf w dengan f atau v. Agak aneh memang. Anda bisa membayangkan, bagus-bagus DC bikin komik Wonder Woman, tiba di lidah orang Tomia malah jadi “Vonder Vomen”. Atau malah jadi “Fonder Fomen”. Sangat absurd dan nggak ada keren-kerennya sama sekali.

Sebagai orang yang lahir dan besar dengan kecenderungan mengganti huruf w (literally semua huruf w di kata apa pun), awalnya saya bisa memaklumi “keanehan” tersebut. Saya bisa sangat maklum ketika ada orang dari kampung saya bertanya, “Kamu sekolah di Java?” Atau misal ada orang di tempat saya mengganti Banyuwangi dengan Banyufangi. Saya masih bisa sangat maklum.

Bahkan ketika ada khatib yang mengucap salam Assalamualaikum farahmatullahi fabarakatuh saat khutbah jumat yang lantas dijawab Faalaikumsalam Farahmatullahi Fabarakatuh oleh jamaah, saya tetap menerima.

Baca Juga:

10 Kosakata Pemalang yang “Ajaib” hingga Bikin Bingung Banyak Orang

4 Dialek Khas Bojonegoro yang Membuatnya Beda dari Daerah Lain, Jangan Sampai Salah Paham

Hingga pada titik saat saya malah melihat bahwa saya seperti tidak adil sejak dalam pikiran. Saya menertawakan orang Jawa yang sukanya nambah-nambahin huruf dalam satu kata. Pun melakukan hal yang sama kepada orang Sunda yang kesusahan menyebut f dan v dan menggantinya dengan p. Saya menjadi sangat sadar bahwa saya harus menerima ketidaksempurnaan huruf di aksara Wakatobi, terutama Tomia. Sekedar info, bahasa di Wakatobi berbeda tiap pulau, walau sebenarnya berangkat dari akar bahasa yang sama.

Demi meminimalisir rasa kecewa saya kepada bahasa saya yang kekurangan huruf w itu, saya mencari sebab musababnya. Saya menanyakan kepada beberapa orang tua yang sekiranya punya kapasitas menjawabnya. Pun saya meneliti kemungkinan penyebabnya. Dari sana, saya menemukan hal menarik sebagai jawaban yang menyebabkan hilangnya huruf w di alfabet kami.

Pertama, budaya keras dan maskulin menyebabkan lidah orang-orang Wakatobi, terutama Tomia menjadi penyebabnya. Lidah semua orang di kampung saya, (tidak hanya pria tapi juga vanita), menjadi sangat kaku dan tegang. Selain w sebenarnya ada beberapa huruf lagi yang orang-orang di kampung saya punya referensi berbeda menyebutkannya. Misal l versi kampung saya yang terlihat lucu jika dieja orang lain yang bukan orang tempat saya. Jika ada orang luar yang menyebutkan kata dengan l, langsung akan dianggap feminin entah dia cowok atau cewek.

Kedua, Kesultanan Buton yang memiliki banyak sekali bagian kekuasaan. Jarak yang berjauhan seperti memberi otonomi kepada negeri-negeri yang dibawahi Kesultaan Buton agar punya bahasa sendiri, termasuk alfabet mereka sendiri. Pada akhirnya muncullah tradisi aksara yang sangat maskulin itu di Tomia.

Contoh dialek lain di setiap budaya pasti masih banyak dan saya yakin semua itu menjadi kekhasan daerah masing-masing. Fakta ini bikin saya menyadari kalau selain kaya akan bahasa daerah, Indonesia juga kaya akan variasi dari bahasa daerah masing-masing. Banyak kerennya, ada juga lucunya.

BACA JUGA Dialek Orang Wonosobo Itu Beda, Bukan Ngapak dan Bukan Bandek dan tulisan Taufik lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 31 Januari 2021 oleh

Tags: bahasa daerahdialek
Taufik

Taufik

Ide adalah ledakan!

ArtikelTerkait

Cuan, Cengli, Cincai, dan Percakapan Encek-Encek Hokkian Mix Jawa. Terminal Mulok #02 mojok.co/terminal

Cuan, Cengli, Cincai, dan Percakapan Encek-encek Hokkian Mix Jawa. Terminal Mulok #02

15 Maret 2021
dialek nganjuk

Genio, Njelalah, dan Dialek Khas Nganjuk Lainnya

19 Agustus 2021
ngapak

Gugatan Orang Ngapak yang Didiskriminasi Saat Bulan Puasa

1 Juni 2019
Ngomong Bahasa Palembang Tak Sekadar Mengganti Akhiran Kata Vokal ‘a’ Jadi ‘o’ terminal mojok

Ngomong Bahasa Palembang Tak Sekadar Mengganti Huruf Vokal ‘a’ Jadi ‘o’

14 Juni 2021
dialek nganjuk

Apa yang Salah Dengan Logat—Aksen dan Dialek?

14 Agustus 2019
5 Kosakata Bahasa Jawa Khas Orang Pati yang Sulit Dimengerti Orang Demak

5 Kosakata Bahasa Jawa Khas Orang Pati yang Sulit Dimengerti Orang Demak

14 Februari 2024
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

4 Hal tentang Untidar Magelang yang Belum Diketahui Banyak Orang Mojok.co

4 Hal tentang Untidar Magelang yang Belum Diketahui Banyak Orang

29 November 2025
Bengawan Solo: Sungai Legendaris yang Kini Jadi Tempat Pembuangan Sampah

Bengawan Solo: Sungai Legendaris yang Kini Jadi Tempat Pembuangan Sampah

2 Desember 2025
Suka Duka Pengusaha Kecil Jualan Live di TikTok: Nggak Ada yang Nonton, Sekalinya Ada yang Nonton Malah PHP

Suka Duka Pengusaha Kecil Jualan Live di TikTok: Nggak Ada yang Nonton, Sekalinya Ada yang Nonton Malah PHP

3 Desember 2025
Kuliah Jurusan Ekonomi Pembangunan Bikin Saya Tidak Bisa Enjoy Shopping Lagi

Kuliah Jurusan Ekonomi Pembangunan Bikin Saya Tidak Bisa Enjoy Shopping Lagi

30 November 2025
3 Alasan Soto Tegal Susah Disukai Pendatang

3 Alasan Soto Tegal Susah Disukai Pendatang

30 November 2025
Lamongan Megilan: Slogan Kabupaten Paling Jelek yang Pernah Saya Dengar, Mending Diubah Aja Mojok.co Semarang

Dari Wingko Babat hingga belikopi, Satu per Satu yang Jadi Milik Lamongan Pada Akhirnya Akan Pindah ke Tangan Semarang

30 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.