Kalau Luwak White Koffie Ikut Jualan Gerobakan, Kelar Itu Nescafé!

Kalau Luwak White Koffie Ikut Jualan Gerobakan, Kelar Itu Nescafé!

Kalau Luwak White Koffie Ikut Jualan Gerobakan, Kelar Itu Nescafé! (Dan Burton via Unsplash)

Untung Luwak White Koffie belum ikutan jualan gerobak kayak Nescafé. Kalau iya, selesai klean.

Di zaman ketika es kopi susu sudah jadi genre tersendiri dalam industri kuliner, Nescafé jadi salah satu pemain agresif yang jeli melihat peluang. Kopi kekinian sekarang tidak hanya disajikan di dalam kafe dengan pencahayaan remang-remang dan musik lo-fi, tapi sampai ke level gerobakan.

Dengan gerobak merah yang mulai menyebar di setiap simpang jalan dan kampus, Nescafé sudah seperti warung burjo dalam dunia kopi: selalu ada, selalu ramai, dan yang terpenting murah meriah.

Tapi bayangkan kalau Luwak White Koffie memutuskan untuk ikut turun ke jalan. Buka gerobakan, pakai tenda putih krem, branding adem, barista pakai celemek warna gading dan truk logistiknya parkir di depan pos ronda. Mampus, Nescafé.

Karena mari kita jujur: Nescafé sedang tidak dalam masa kejayaan, dalam konteks PR.

Efek boikot pada Nescafé

Boikot terhadap produk yang terafiliasi dengan zionis membuat banyak orang memilih menyeduh sendiri kopi di rumah, atau minimal memilih merek yang tidak terafiliasi, salah satunya dengan menghindari Nescafe. Luwak White Koffie adalah salah satu alternatif yang tersedia. Rasanya tetap familiar, harganya bersahabat, dan yang terpenting: dia tidak masuk dalam daftar “produk problematik.”

Bayangkan kekuatan Luwak White Koffie jika mereka tidak hanya duduk manis di rak Indomaret, tapi juga ikut menyapa rakyat dengan es kopi dari balik gerobak. Menawarkan kopi Tarik Malaka yang legit, Luwak Ice Black yang cocok buat abang-abang kantoran, sampai varian Less Sugar buat kita-kita yang sudah mulai dicekoki konten “waspada diabetes sebelum usia 40”.

Sementara Nescafé masih fokus di varian basic, Luwak White Koffie sudah main di segmen rasa dan kesadaran diri. Bahkan bisa dibilang, kalau varian rasa adalah senjata, Luwak White Koffie itu sudah kayak Avengers, sedangkan Nescafé masih jadi Justice League. Banyak gaya, tapi kalah koordinasi.

Branding Luwak White Koffie sudah oke, tinggal gas!

Yang bikin Luwak White Koffie lebih berpotensi menang telak adalah: posisi branding mereka sudah lumayan rapi dan low profile. Mereka tidak perlu pasang baliho di jalan tol atau bikin konser. Cukup main halus, masuk ke obrolan-obrolan emak-emak dan bapak-bapak di WhatsApp. Kopi yang “nggak bikin asam lambung naik”, katanya. Entah benar entah tidak, tapi citra itu sudah jadi bagian dari DNA mereka.

Dalam industri gerobakan, kepercayaan adalah segalanya. Orang beli bukan cuma karena rasa, tapi juga karena merasa “aman.” Apalagi di era sekarang, saat brand tidak hanya dituntut enak, tapi juga etis. Luwak White Koffie bisa duduk manis sambil berkata, “Kami tidak ada di daftar boikot, loh.” Langsung sold out.

Harga masih sangat bisa bersaing

Dari segi harga, Luwak White Koffie juga punya keunggulan. Modal kopi tarik Malaka satu sachet cuma berapa? Tinggal dikasih es batu, cup estetik, dan sedotan kertas biar ramah lingkungan. Jadilah minuman viral yang bisa dibanderol Rp10.000-an dan tetap untung.

Bukan tidak mungkin Luwak White Koffie akan jadi bintang baru di dunia es kopi kaki lima. Bahkan mungkin lebih sustainable dibanding pemain lain yang lebih besar.

Tentu, ini semua masih spekulasi. Tapi kalau Luwak White Koffie benar-benar turun ke jalan, jualan pakai gerobakan, mereka akan memaksa Nescafé kembali ke meja strategi.

Tapi sebelum itu kejadian, mari kita tetap bermimpi: Gerobak putih, logo Luwak, dan suara mesin sealer cup yang berbunyi cetak-cetak di depan kampus. Karena tidak semua pahlawan pakai jubah. Kadang, mereka pakai celemek, bawa termos besar, dan menyelamatkan sore kita dengan kopi Tarik Malaka.

Penulis: Wahyu Tri Utami
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Udah Nggak Usah Debat, Kopi Saset Terbaik Itu ya Nescafe Classic, Kopi Lain Baiknya Diam di Pojokan

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version