Kalau Bosan sama Skenario Film Bokep, Tonton Sampai Selesai dan Tambah Referensi Filmnya

Film Bokep Adalah Tontonan dengan Skenario Paling Membosankan yang Pernah Ada terminal mojok.co Kalau Bosan sama Skenario Film Bokep, Tonton Sampai Selesai dan Tambah Referensi Filmnya terminal mojok.co

Film Bokep Adalah Tontonan dengan Skenario Paling Membosankan yang Pernah Ada terminal mojok.co Kalau Bosan sama Skenario Film Bokep, Tonton Sampai Selesai dan Tambah Referensi Filmnya terminal mojok.co

Awalnya saya sudah tidak niat membalas tulisan Mas Seto Wicaksono yang berjudul “Film Bokep Adalah Tontonan dengan Skenario Paling Membosankan yang Pernah Ada,” sebab sudah dibalas oleh Mas Gusti dengan tulisan “Kalau Alur Film Bokep Dianggap Membosankan, Mungkin Situ Buka dari Situs Itu-itu doangyang saya kira sudah clear urusan masalah perbokepan ini.

Saat saya baca tulisan Mas Gusti, lho kok kurang. Iya, rasanya kurang banget dan tidak menyelesaikan apa pun. Tulisan Mas Gusti Aditya ini seperti orang yang membantah soal teologis agama A, malah dibalas dengan dalil-dalil agama B. Alias nggak nyambung. Oleh karena alasan itu, saya akan menulis tambahan yang sekiranya menguatkan bantahan kepada Mas Seto. 

Mas Seto Wicaksono yang mulai bosan menonton bokep, saat saya membaca tulisan kisanak, sebenarnya saya tidak merasa offended atau sakit hati. Saya bukan seorang yang bergelut di industri tersebut, dan saya juga bukanlah orang yang maniak-maniak amat soal bokep. Bokep adalah dua mata pisau bagi saya, sebenarnya. Namun, berhubung alasan Mas Seto Wicaksono dalam tulisan sangat “apaan sih” sekali, saya jadi ingin mengomentari.

Anggaplah tulisannya Mas Gusti Aditya dengan referensi dunia bokepnya yang itu-itu saja belum muncul, belum masuk ke Terminal Mojok, anggap dulu seperti itu. Supaya Mas Seto bisa membaca tulisan saya dengan khidmat dan bersahaja. (((Ngomongin bokep pakai acara khidmat dan bersahaja))) anjimmm. 

Mas Seto Wicaksono yang mulai bosan nonton bokep, setelah saya amati tulisan Mas Seto, terdapat beberapa hal yang menjadi poin penting mengapa Mas Seto Wicaksono bosan dengan alur atau skenario film-film biru. Poin-poin tersebut saya kumpulkan, dan saya tambahkan dengan dugaan pribadi saya, mengapa Mas Seto mulai bosan. 

Pertama, Mas Seto bilang film-film bokep mau yang durasinya lama atau pendek semuanya sama saja. Bahkan saya kutip dari tulisan kisanak, “Nggak perlu nunggu sampai filmnya selesai. Dari awal cerita saja sudah anti-klimaks dan bikin malas sekaligus nggak selera nonton.” Saya beranggapan bahwa Mas Seto Wicaksono bukanlah penikmat yang baik.

Lho kok begitu? Jelas, karena Mas Seto Wicaksono sudah dari awal memberikan judge yang sangat keji. Apalagi sama pada ucapan, “nggak perlu nunggu sampai selesai.” Mbok itu dinikmati dulu pelan-pelan, Mas. Namanya film, kadang-kadang ada yang bagus dari awal atau jelek di awal. Sayang bukan, sudah capek-capek abis kuota, malah di-judge duluan.

Kalau sudah di-judge duluan, ujung-ujungnya pasti hanya nonton potongan-potongan. Sudah nggak dinikmati, nonton dipotong-potong atau dicepat-cepatin hanya untuk nonton bagian hubungan seksualnya. Apa nggak aneh? Wqwqwq. 

Kedua, Mas Seto Wicaksono ini cukup aneh, ya. Masa nonton bokep rame-rame dengan teman, Mas? Mas Seto ini bikin paguyuban bokep mania atau bagaimana? Apalagi nonton bareng-bareng bersama (((teman-teman kuliah))). Agak kontradiktif, ya. Sebenarnya itu juga yang membuat kisanak tidak bisa menikmati bokep secara maksimal, Mas. 

Bokep adalah sesuatu yang diciptakan untuk kesenangan pribadi. Melihat ketelanjangan aktris di dalamnya, lalu melakukan senggama, kenikmatan menonton tidak akan didapat saat menonton ramai-ramai. Rasanya pasti serba nanggung, bukan? Jujur saja, Mas Seto. Pasti berahi saat nonton, tapi ingin tetap terlihat cool saat nonton bareng-bareng. Sebuah ironi, malah nyiksa diri. Lain kali, nikmati sendiri di kamar atau barangkali mengajak istri. Buat referensi. 

Ketiga, anggapan soal Mas Seto Wicaksono yang bilang alur skenario adalah ulah elite global itu kejauhan. Sangat jauh. Semata-mata, alasannya hanya karena Mas Seto Wicaksono kurang jauh mainnya. Kurang. Jauh. Itu saya tegaskan, ya, Mas. Mas Seto kemungkinan besar menikmati film-film bokep hanya di situs-situs gratisan, yang inisialnya ada “x,”, kan? 

Nggak salah, Mas. Nggak ada yang salah dengan itu. Hanya saja, mungkin Mas Seto ini berkutat dengan genre-genre yang tersaji di layar kaca kisanak. Tidak di-explore lebih dalam, dan langsung judge saja. Lantaran kebanyakan nonton bokep Barat yang cuma, “Oh yes, oh no” dan bokep Jepang yang “ikeh-ikeh kimochi” ala kadarnya, Mas Seto jadi berasumsi bahwa film erotis hanya sampai pada tahap itu.

Mas, coba kisanak ke imdb. Asli, di imdb itu ada film-film erotis masuk ke dalam list mereka. Walaupun itu film erotis, tapi masih film, kan? Coba cari film-film erotis garapan sutradara asal Italia, contohnya Tinto Brass yang membuat film erotis fenomenal berjudul Caligula itu. Setelahnya film-film erotis karya beliau juga sangat bagus, kok. Terlepas dari rating, ya. Sebab saya tahu mas Seto Wicaksono adalah orang yang percaya, “Rating Sebuah Film Nggak Perlu Dipercaya Sampai Kita Nonton Filmnya Sendiri.”

Untuk Jepang, coba masnya cari-cari lebih dalam. Jangan sungkan bertanya kepada admin Twitter bokep Jepang, sepertinya mereka lebih ahli soal ini. Sebab, sepahamanan saya bokep Jepang yang sangat kelewat bagus dan menitik beratkan ke alur cerita juga sangat banyak. 

Terlepas dari itu, mungkin sebenarnya Mas Seto Wicaksono ini hanya merasa kehidupan seksual dalam rumah tangganya cukup memuaskan, makanya merasakan bokep itu membosankan. Saya sih mencoba berprasangka baik seperti itu, sebab nyari alasan lain nggak nemu. Wqwqwq.

Satu hal lagi, seperti yang diucapkan Mas Seto Wicaksono, kalau bicara moral saya juga sebenarnya tidak menyarankan nonton bokep. Itu sepakat (jiahhh alasan~)

BACA JUGA Mengungkap Kepribadian Seseorang dari Posisi dan Caranya Nonton Bokep dan artikel Nasrulloh Alif Suherman lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform Use Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.
Exit mobile version