Indikator kehebatan atlet nasional dari negara lain bisa dilihat ketika mereka jadi bintang iklan produk olahraga kelas dunia seperti Adidas dan Nike. Berbeda dengan negara lain, indikator kehebatan atlet nasional Indonesia tidak lagi diukur dengan hal tersebut. Namun, ini bisa dilihat ketika mereka ditunjuk jadi bintang iklan Sosis So Nice yang sering tayang di stasiun televisi swasta.
Sosis So Nice sendiri adalah produk sosis siap saji yang terbuat dari daging sapi atau daging ayam. Kelebihannya dibanding produk sosis lain yang paling utama adalah sosisnya yang tidak perlu dimasak lagi sehingga sangat praktis. Sosis ini sering saya konsumsi untuk tambahan topping masak nasi goreng ataupun sengaja saya bawa kalau lagi naik gunung karena praktis dan lezat. Tinggal buka bungkusnya dan bisa langsung dikonsumsi.
Akan tetapi, kalau kalian bercita-cita jadi atlet profesional yang mengharumkan nama bangsa, ya, jangan banyak-banyak konsumsi junk food seperti Sosis So Nice, ya. Meskipun terbuat dari daging ayam dan daging sapi, sosis merupakan produk daging olahan yang tinggi garam dan sodium. Bukan saja tidak baik untuk menjaga performa atlet profesional, tapi sering mengkonsumsi produk daging olahan dalam waktu yang lama bisa meningkatkan risiko terpapar kanker.
Saya jamin, sederet atlet nasional Indonesia yang pernah mengharumkan nama bangsa seperti Grandmaster Irene Kharisma Sukandar dan Grandmaster Susanto Megaranto dari cabang olahraga catur. Lalu, Eko Yuli Irawan, atlet angkat besi yang sudah mempersembahkan empat medali untuk Indonesia dalam empat olimpiade yang berbeda. Mereka bisa jago main catur dan kuat angkat besi ratusan kilogram, bukan karena rajin mengkonsumsi sosis So Nice. Ya, meski mereka pernah jadi bintang iklannya.
Mereka bisa berprestasi karena latihan dengan keras selama bertahun-tahun. Selain itu, mereka rajin mengonsumsi makanan tinggi protein seperti dada ayam, ikan, dan telur. Bukan hanya makanan tinggi protein, mereka pasti menjaga pola makannya dengan rajin mengonsumsi buah-buahan dan sayuran segar. Atlet kelas dunia seperti Mas Eko Yuli Irawan pun pasti diberikan suplemen penunjang seperti whey protein, kreatin, BCAA, dan lainnya.
Demikian dengan atlet lainnya yang pernah jadi bintang iklan So Nice seperti Christian “El Loco” Gonzales dari cabang olahraga sepak bola, Almarhum Markis Kido dan Hendra Setiawan dari cabang olahraga badminton, Santia Tri Kusuma dari cabang olahraga sepeda. Mereka pasti tidak menjadikan Sosis So Nice sebagai makanan utama mereka yang berkontribusi besar atas prestasinya di kancah internasional. Sebagai (mantan) atlet, saya jamin keberhasilan mereka bukan karena sering mengonsumsi Sosis So Nice, tapi karena konsumsi makanan bergizi tinggi yang saya sebutkan di atas.
Sebagai lulusan ilmu komunikasi, saya paham kok, maksud Sosis So Nice menampilkan sejumlah atlet profesional Indonesia yang berprestasi dalam kancah internasional itu untuk meningkatkan penjualan dengan pesan, “Jika mau juara, jangan lupa makan So Nice”, tidak lupa dengan memamerkan sejumlah medali yang telah diraihnya.
Saya bukannya membenci Sosis So Nice. Tulisan ini pun tidak dimaksudkan untuk menjelek-jelekan produk tersebut. Tulisan ini saya maksudkan supaya masyarakat paham, bahwa untuk jadi atlet profesional kelas dunia yang mengharumkan nama bangsa, tidak cukup hanya bermodalkan latihan keras dan konsumsi sosis saja seperti yang diiklankan di televisi. Untuk jadi atlet profesional kelas dunia harus konsumsi makanan tinggi gizi yang sudah saya sebutkan sebelumnya.
Saya juga tidak melarang melarang atlet untuk jadi bintang iklan junk food, soalnya jadi bintang iklan kan hak masing-masing individu untuk menambah penghasilannya. Cristiano Ronaldo saja pernah jadi bintang iklan Kentucky Fried Chicken yang jelas-jelas junk food kok. Lionel Messi juga pernah jadi bintang iklan Pepsi, minuman bersoda yang jelas-jelas dilarang untuk dikonsumsi oleh atlet. Untuk apa mereka jadi bintang iklan junk food? Ya buat cari uang tambahan, meskipun faktanya mereka pasti jarang sekali, bahkan tidak pernah mengkonsumsi produk-produk yang mereka iklankan tersebut dalam kehidupan sehari-harinya.
Apalagi atlet Indonesia. Jadi atlet di Indonesia kan tidak mudah karena tata kelola olahraga kita yang belum semaju negara lain yang sangat memperhatikan kesejahteraan para atletnya, bahkan setelah pensiun sekalipun. Jadi sah-sah saja bagi atlet Indonesia untuk membintangi iklan apa pun, termasuk produk junk food sekalipun yang sangat bertolak belakang dengan gaya hidup mereka. Hanya saja, masyarakat harus paham dan jangan termakan iklan. Itu saja.
BACA JUGA Bukan Lays, Cheetos, dan Doritos: 3 Makanan Ringan Ini yang Lebih Baik Goodbye! dan tulisan Raden Muhammad Wisnu lainnya.