Beberapa waktu lalu sempat viral status medsos yang meremehkan pencari kerja yang melampirkan kemampuan Microsoft Office pada CV-nya. Memang Microsoft Office dengan segala fitur cukup familiar kita gunakan dalam pekerjaan sehari-hari yang apa-apa butuh hadap layar. Namun, sungguh salah menganggap program ini hanya untuk urusan ecek-ecek.
Orang yang menganggap bahwa Microsoft Office adalah program yang sederhana biasanya karena tidak memahami keseluruhan potensinya. Paling pol cuma bisa ngetik di Word yang nggak ada bedanya dengan ngetik di mesin ketik kuno. Bedanya cuma pakai kabel listrik dan bisa disimpan file-nya. Begitu pula ketika menggunakan Excel tahunya cuma buat tambah, kurang, kali, dan bagi. Apalagi PowerPoint yang tahunya cuma bikin slide aja. Padahal kemampuannya bisa lebih dari itu.
Terlihat mudah mengoperasikannya memang iya sih. Sampai akhirnya Kemendikbud pun menghapus kurikulum pembelajaran Microsoft Office dari bangku sekolah. Padahal itu fatal banget lho. Siswa-siswa zaman sekarang itu bahkan nggak tahu caranya bikin grafik lewat Excel. Baru bikinnya saja nggak bisa, belum sampai fitur Excel di mana kita bisa set klasifikasi data berdasarkan warna atau simbol yang akan berubah otomatis ketika ada perubahan input.
Bahkan nih, hanya gara-gara Excel saya bisa membuat tugas akhir untuk S1 dan S2 saya. Bahkan bisa menembus prosiding scopus tiga kali. Hal ini dikarenakan Excel itu memiliki fitur Visual Basic for Application atau biasa disebut macro. Hal ini menjadikan kita bisa membuat aplikasi yang bisa ditunyuk-tunyuk dengan tombol yang kita buat sendiri. Ya udah mirip kayak pemrograman itu sendiri.
Bahkan sebelum memasuki coding VBA, sebenarnya Excel juga mempunyai berbagai fungsi yang cukup kompleks. Saya pernah mengirimkan pesan WA ke ratusan nomor dengan mirip broadcast gitu tapi menyebut nama masing-masing yang ditujukan hanya dalam waktu satu jam dengan bantuan Excel. Udah deh, nggak usah tinggi, penggunaan pivot table saja banyak yang belum tahu kan?
Bahkan pelatihan Excel itu bisa sampai dihargai jutaan lho. Kalau nggak percaya bisa googling sendiri. Sebab, memang banyak sekali fungsinya apalagi bagi yang berkutat pada pengelolaan data base. Dalam dunia akademisi masih banyak lho tawaran jasa pengolahan data menggunakan Excel.
Kalau cerita tentang Excel bakal banyak banget dan mungkin nggak kebayang. Mungkin bisa nih kita beralih ke Word. Coba seberapa banyak yang tahu cara pakai fasilitas mail merge? Atau mungkin di PowerPoint nih, tahu nggak kalau di sana juga bisa edit gambar yang nggak kalah dengan CorelDraw. Terus bisa nyimpan gambarnya dalam bentuk JPEG, PNG, dan lain-lain, ya sama kayak aplikasi edit gambar gitu. Bahkan edit video lewat PowerPoint juga bisa menghasilkan karya YouTube-able.
Itu baru tiga bagian Office yang paling sering digunakan saja nggak ada habis pembahasannya. Masih ada Outlook, OneNote, dan lain-lain. Kalau sampai ada orang yang ahli dalam Office di tingkat mahir itu tidak bisa diremehkan lho. Maka orang yang menganggap ecek-ecek pelamar kerja yang mengatakan punya keahlian Microsoft Office itu adalah bukti bahwa pengetahuan orang itu yang justru masih ecek-ecek.
Seharusnya apabila ada orang yang mengaku ahli dalam Office dicek dulu sejauh mana kemampuannya. Jangan-jangan dia bisa bikin database lewat coding macro excel. Atau dia bisa bikin gambar menarik hanya lewat PowerPoint. Bisa jadi malah lebih dari itu dia memahami bagian Office yang lain di mana orang kebanyakan masih jarang menggunakannya.
Nah, banyaknya fitur dari Microsoft Office ini tidak selalu bersertifikat. Bahkan yang punya sertifikat bisa jadi malah cuma bisa kemampuan yang masih biasa-biasa saja. Jadi paling gampang ya suruh tunjukin produk yang pernah dibikin menggunakan Microsoft Office. Terus suruh tunjukin langsung bahwa dia memang bisa bikinnya dari nol.
Ya, memang Microsoft Office dengan segala kecanggihannya akan tetap jarang yang menggunakannya sampai tingkat dewa. Jadi wajar aja kalau banyak yang tahunya masih ecek-ecek. Tapi, kalau sekelas HRD atau bahkan owner usaha kok meremehkan pelamar yang dengan “kemampuan” Microsoft Office, saya rasa itu juga nggak paham apa sih Office itu lebih dalam. Mungkin memang di tempat kerjanya tidak membutuhkan kemampuan Microsoft Office sampai tingkat dewa.
BACA JUGA Belajar di Masa Pandemi: Guru Lembur, Siswa Kabur dan tulisan Alqaan Maqbullah Ilmi lainnya.