Meski Terpisah 13 Ribu Kilometer Jauhnya, Ternyata Jogja dan Kairo Lama Punya Banyak Kesamaan

Meski Terpisah 13 Ribu Kilometer Jauhnya, Ternyata Jogja dan Kairo Lama, Mesir Punya Banyak Kesamaan

Meski Terpisah 13 Ribu Kilometer Jauhnya, Ternyata Jogja dan Kairo Lama Punya Banyak Kesamaan (Ashraf Abdelalim via Unsplash)

Pada umumnya, tiap-tiap daerah itu memiliki kultur sosial-budaya dan karakteristik masyarakat yang berbeda-beda. Misalnya, karakteristik dan kultur Kota Jogja berbeda dengan karakteristik dan kultur Kota Kairo Lama yang ada di Mesir. Ini jelas ya, alih-alih sama, Jogja sama Magelang saja yang tetanggaan memiliki karakteristik dan kultur yang nggak sama. Apalagi Jogja dengan Kairo, yang jaraknya lebih dari 13 ribu kilometer.

Tapi bagaimana jadinya kalau Jogja dan Kairo Lama ternyata sedikit banyak memiliki persamaan-persamaan? Sebab sejak beberapa tahun saya meninggalkan Jogja dan menginjakkan kaki di negaranya Nabi Musa ini serta telah cukup tahu tentang kultur dan karakteristik Mesir beserta penduduknya—khususnya yang ada di Kota Kairo Lama—, saya mendapati beberapa hal yang sama dengan apa yang ada di Kota Jogja.

Menurut saya ini cukup unik. Sebab, Jogja dan Kairo yang dipisahkan oleh jarak yang cukup jauh serta selisih waktunya yang cukup panjang, tetapi malah mempunyai beberapa persamaan. Bahkan saya pernah menduga-duga, jangan-jangan mood Tuhan sedang sama ketika menciptakan kedua kota ini, hehehe.

Pada tulisan kali ini, saya ingin memberi tahu kalian apa saja sih hal-hal mirip yang dapat ditemukan di kedua kota tersebut? Cusss, mari kita bahas!!

Bekas peninggalan sejarah masa lampau yang masih terasa kental di Kairo Lama

Sebagaimana yang kalian ketahui, Jogja adalah salah satu wilayah kerajaan yang keberadaannya masih eksis hingga saat ini. Kalau kalian berkunjung ke Jogja, lebih-lebih masuk wilayah Kraton dan sekitarnya, kalian akan dengan mudah mendapati sisa-sisa peninggalan sejarah Kraton Yogyakarta Hadiningrat yang ada sejak Sultan Hamengkubuwono I.

Salah satu peninggalan yang masih ada sampai detik ini adalah benteng yang mengitari wilayah Kraton Yogyakarta. Ya walaupun sudah nggak berdiri seutuhnya, seenggaknya masih berdiri dengan kokoh empat sudut benteng tersebut yang biasa dikenal dengan sebutan jokteng (pojok beteng), baik Jokteng Kulon ataupun Jokteng Wetan.

Kairo Lama pun demikian, dulunya kota tersebut adalah pusat pemerintahan kerajaan-kerajaan Islam. Mulai dari Dinasti Fatimiyyah, Ayyubiyah, Mamalik, hingga Turki Usmani. Sehingga kalau kalian mengunjungi komplek Kairo Lama, kalian akan tahu kalau kota tersebut juga dikelilingi oleh benteng-benteng yang mengitari wilayah kerajaan kala itu. Sama halnya seperti yang ada di Jogja.

Bahkan nggak sampai situ saja. Di Jogja juga ada dua pintu gerbang masuk wilayah Kraton (baca: plengkung) yang cukup masyhur, yaitu Plengkung Gading dan Plengkung Wijilan. Konon, pada awalnya, plengkung yang ada di Jogja berjumlah lima, tapi yang tersisa saat ini hanyalah dua saja.

Begitu juga kalau kalian berkunjung ke Kairo Lama. Kalian akan masuk melalui salah satu gerbang tua yang menjadi akses keluar masuk di kota tersebut. Fyi, pintu dalam bahasa Arab adalah “bab”, sehingga orang sekitar menyebutnya dengan Bab Zuwayla, Bab Futuh, Bab Nasr, Bab Sya’riyya, dll. Tapi saya nggak tahu, apakah di sini juga ada sejenis norma larangan bagi para Presiden Mesir untuk tidak melewati salah satu gerbang tua tersebut, sebagaimana yang ada di Jogja. Wa Allahu a’lam.

Dua konsep peninggalan tersebut cukup menjawab bahwa Jogja dan Kairo itu memiliki semacam keterikatan batin yang cukup kuat dalam bentuk kultur budaya.

Wisata belanja yang dekat dengan komplek kerajaan

Siapa yang nggak mengenal Malioboro? Ketika ngomongin Jogja, maka hal pertama kali yang melintas di benak pikiran adalah Malioboro. Yap, Malioboro adalah komplek wisata belanja yang ada di Kota Jogja. Lokasinya tepat berada di sisi Utara komplek Kraton Jogja. Ibarat kata nih, ketika kalian berkunjung ke Jogja, tapi nggak main ke Malioboro, itu layaknya makan indomie tanpa telor.

Di Malioboro sendiri, kalian akan dengan mudah mencari segala sesuatu, mulai dari kuliner, pakaian, oleh-oleh, dll. Pokoknya semuanya ada di Malioboro, termasuk kenangan kalian saat jalan sama doi di sepanjang Jalan tersebut xixixi.

Begitu juga di Kairo Lama, di samping pas komplek kerajaan tersebut, ada kawasan wisata belanja, yaitu Downtown. Sama seperti Malioboro, kawasan wisata belanja tersebut tak pernah sepi dari pengunjung, baik dari warga lokal maupun warga asing. Barang-barang yang dijajakannya pun bervariasi sebagaimana yang ada di Malioboro. Kalau kata warga sekitar, “kollo hagah maugud fi Downtown” yang artinya “semua kebutuhan tersedia Downtown”.

Istana kepresidenan

Kalau kalian amati secara saksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya, di ujung Selatan Jalan Malioboro, tepatnya di Barat jalan, ada sebuah gedung putih megah yang masih berdiri kokoh. Bangunan tersebut adalah Gedung Agung, istana presiden saat ibu kota Indonesia untuk sementara waktu dipindahkan di Yogyakarta. Gedung Agung saat ini masih tetap berfungsi sebagai tempat tinggal presiden ketika sedang berkunjung ke Jogja dan sekitarnya. Juga untuk menerima tamu-tamu penting kenegaraan.

Sama halnya dengan komplek Downtown. Di sana ada istana presiden yang biasa dikenal dengan sebutan Istana Abdeen. Bangunan tersebut adalah salah satu tempat tinggal dan tempat kerja Presiden Mesir yang berlokasi di Kota Kairo Lama. Istana tersebut juga difungsikan untuk menerima tamu-tamu penting kenegaraan. Lagi-lagi, saya tambah yakin kalau Jogja dan Kairo itu memiliki ikatan batin yang kuat, meski terpisahkan oleh jarak dan waktu.

Sampai sini dulu ya, Guys. Sebenarnya masih ada ada persamaan-persamaan lain yang belum saya ceritakan dalam tulisan ini. Ya supaya kalian tetap kepo to, hihihi.

Sumber gambar: Ashraf Abdelalim via Unsplash

Penulis: Havid Yanuardi
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Jangan Kamu Kira di Mesir Hanya Ada Padang Pasir dan Kadal Gurun, Mesir Nggak Segersang Itu!

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version