Ironi Kabupaten Cilacap yang Begitu Konyol: Bagaimana Bisa Daerah Penghasil Aspal Punya Jalan yang Kualitasnya Amat Buruk?

Ironi Kabupaten Cilacap yang Begitu Konyol: Bagaimana Bisa Daerah Penghasil Aspal Punya Jalan yang Kualitasnya Amat Buruk?

Ironi Kabupaten Cilacap yang Begitu Konyol: Bagaimana Bisa Daerah Penghasil Aspal Punya Jalan yang Kualitasnya Amat Buruk? (Pixabay.com)

Jika kita diminta mendeskripsikan Indonesia dalam tone yang negatif, kita akan menyebut bahwa Indonesia ibarat orang yang punya banyak bahan makanan, tapi selalu kelaparan. Apa pun potensi yang dimiliki, kerap tidak dimaksimalkan, atau justru dikelola dengan buruk. Dan rasanya, tak ada contoh terbaik selain Kabupaten Cilacap untuk kasus ini.

Coba bayangkan, bagaimana bisa daerah penghasil aspal punya kualitas jalan yang begitu buruk?

Hal ini tak akan bisa diterima manusia yang bisa berpikir. Jika kau punya sawah, tentunya tak mungkin keluargamu tak bisa makan nasi. Memastikan stok berasmu aman adalah prioritas utama, bahkan hal ini tak bisa ditawar lagi. Mengacu logika tersebut, Cilacap, sebagai penghasil aspal, harusnya punya kualitas jalanan yang baik. Setidaknya, terbaik di Jawa Tengah.

Kabupaten Cilacap adalah tempat berdirinya satu-satunya kilang yang memproduksi aspal dan base oil yang memenuhi kebutuhan pembangunan infrastruktur di Indonesia. PT Pertamina Refinery Unit VI yang terletak di Cilacap Kota, tepatnya di Jalan MT Haryono menjadi penghasil bahan bakar terbesar dengan fasilitas yang terlengkap pula. Dari sini pula 60 persen kebutuhan bahan bakar di pulau Jawa terpenuhi.

Selain itu PT Holcim yang kini berganti menjadi Solusi Bangun Indonesia Tbk juga memiliki cabang di Cilacap. Perusahaan yang bertengger di Jalan Nusantara ini memproduksi semen, bakal beton pakai, serta produksi agregat.

Dari itu semua, harusnya, kualitas jalan di Kabupaten Cilacap harus baik. Tak bisa ditawar lagi. Lalu, apa yang salah?

Semua bisa dicegah

Berbicara remuknya jalan, orang kerap menyalahkan kendaraan berat yang melintas. Itu benar, tapi tak sepenuhnya benar. Banyak faktor yang menyumbang. Curah hujan tinggi, drainase yang buruknya minta ampun, menyumbang kerusakan jalan yang sepertinya hanya menunggu waktu. Tapi, apakah semua tidak bisa dicegah?

Tentu saja bisa. Semua bisa, asalkan ada niatnya. Lagi-lagi, niat.

Masalah Kabupaten Cilacap sebenarnya masalah nasional. Semua daerah tak luput dari kondisi jalan yang jelek saja belum. Pembangunan dan perbaikan jalan kerap dilakukan, tapi hanya itu saja. Jalan diaspal ulang, rusak, tunggu beberapa waktu, begitu terus. Lingkaran setan ini seakan tak pernah coba untuk diputus.

Kabupaten Cilacap yang kurang bercahaya

Kita bisa berbusa-busa menunjukkan data bahwa beberapa daerah di Indonesia punya jenis tanah yang bakal bikin jalan cepat rusak. Tapi, harusnya ada intervensi dari pihak berwenang tentang itu. Entah perbaikan dilakukan secara berkala, merancang jalan yang cocok untuk tanah seperti itu, atau merekayasa lalu lintas. Semua bisa dilakukan, lagi-lagi, asalkan ada niatnya.

Namun meski ini masalah bersama, bukan berarti lantas dimaklumi. Benar Cilacap berbagi masalah yang sama, tapi justru mereka punya keunggulan sebagai penghasil aspal, yang artinya, mereka satu langkah di depan perkara akses bahan. Jika daerah lain yang bukan penghasil aspal saja bisa punya jalan yang bagus, kenapa penghasil aspalnya justru punya jalan yang jelek?

Saya kira, slogan Cilacap Bercahaya ini harusnya menunjukkan bahwa kota ini begitu bersinar, terang, yang bikin kalian akan terpukau. Alih-alih terpukau, cahaya tersebut justru menunjukkan ironi paling menyedihkan: si pemasok infrastruktur, justru punya infrastruktur yang buruk.

Penulis: Irna Maifatur Rohmah
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA 5 Keunikan Cilacap yang Tidak Dimiliki Daerah Lain

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Exit mobile version