Batang merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten ini membentang di sepanjang pantura. Sebelah baratnya berbatasan dengan Kota Pekalongan, sementara di sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Kendal. Di sebelah selatan Batang ada Kabupaten Banjarnegara dan sebelah utaranya langsung Laut Jawa.
Akan tetapi meskipun kabupaten ini terletak di sepanjang jalan pantura yang ramai dilewati banyak orang, nama Batang rupanya nggak begitu terkenal di telinga masyarakat luar Jawa Tengah. Ada banyak faktor yang membuat kabupaten ini nggak terlalu dikenal masyarakat.
Daftar Isi
Sekilas soal Kabupaten Batang
Sebagian wilayah Kabupaten Batang masih berupa hutan jati yang sangat luas. Pohon-pohon jati yang tumbuh pun berukuran besar, cukup lebat, dan berusia tua. Maka nggak usah heran kalau daerahnya memang nggak terlalu familier di telinga masyarakat yang melintasi sepanjang jalan pantura. Mungkin masyarakat yang lewat berpikiran daerah ini “sekadar” hutan jati.
Sebetulanya, dulunya Kabupaten Batang merupakan hasil pemekaran dari Kota Pekalongan. Sejak tanggal 8 April 1966, tepatnya pada hari Jumat kliwon, kabupaten ini meresmikan pembentukan Daerah Tingkat II Batang. Saat itu juga R. Sadi Poerwopranoto dilantik sebagai sebagai Bupati Kabupaten Batang.
Seperti yang saya sebutkan di atas, sebagian wilayah kabupaten ini masih berupa hutan jati yang luas. Meskipun kabupatennya luas, namun kawasan perkotaannya kecil. Maka tak heran apabila Kota Batang masih berada di bawah bayang-bayang tetangganya, Kota Pekalongan.
Baca halaman selanjutnya: Kenapa ya Batang nggak terkenal?
Tidak memiliki simpul transportasi yang besar
Berbeda dengan daerah lain yang memiliki simpul transportasi besar seperti pelabuhan, terminal, stasiun, hingga bandara, Batang nggak memiliki itu. Ada sih beberapa pelabuhan perahu, stasiun, dan juga terminal bus di sini, tapi cakupannya kecil. Nggak seperti stasiun besar dan terminal bus antar kota antar provinsi yang berada di Kota Pekalongan.
Sektor pariwisatanya biasa saja
Kita semua mungkin sepakat bahwa daerah yang memiliki daya tarik tinggi sudah pasti akan dikenal di kalangan masyarakat. Faktanya, sektor pariwisata di Kabupaten Batang terbilang biasa-biasa saja. Selain itu, dari segi budaya, kabupaten ini nggak memiliki ciri khas yang menjadikannya dikenal masyarakat luas.
Kabupaten Batang hanya unggul dalam sektor hayati, tapi…
Suatu daerah biasanya bisa terkenal karena kekayaan alamnya. Dan kabupaten satu ini hanya unggul dalam sektor hayatinya seperti kayu sengon, kayu jati, melinjo, kopi, teh, cengkeh, dan hasil alam lain yang jumlah produksinya besar tiap tahunnya.
Akan tetapi, sektor non-hayati di kabupaten ini seperti migas dan non-migas terhitung rendah. Padahal suatu daerah yang memiliki kekayaan sumber pertambangan tinggi sangat menarik perhatian investor untuk berinvestasi di daerah tersebut dan tentu saja para pencari kerja. Hal ini bisa berpengaruh signifikan terhadap perekonomian dan kesejahteraan warga. Nyatanya, hal tersebut nggak bisa dijumpai di Batang.
Faktor sumber daya manusia
Sumber daya manusia yang unggul dan berprestasi secara langsung akan berdampak positif pada dikenalnya daerah asal orang tersebut. Faktanya, kualitas SDM di Kabupaten Batang bisa dibilang masih rendah. Indeks pembangunan manusia (IPM) di kabupaten ini terbilang masih sangat kecil, yakni 69,89 dan menduduki peringkat 32 dari 35 kabupaten/kota.
Sementara dari segi individu, belum ada putra-putri Batang yang memiliki prestasi hingga dikenal dan diakui secara nasional. Dari segi prestasi olahraga pun, SDM dari Batang masih dikenal sebatas regional. Contohnya, tim sepak bola dari Batang belum mampu menembus level utama liga. Padahal prestasi sepak bola bisa membuat suatu daerah jadi terkenal.
Begitulah sekilas mengenai Batang, kabupaten di Jawa Tengah yang nggak terkenal-terkenal amat. Semoga kelak faktor-faktor yang membuat kabupaten ini kurang dikenal bisa segera diatasi, sehingga nama Batang nantinya bisa dikenal masyarakat lebih luas, nggak cuma dikenal masyarakat Jawa Tengah dan sekitarnya.
Penulis: Susi Nirwanti
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Logat Batang: Sebuah Ngapak yang Berbeda.