Bagi kalian yang belum tahu, di Kota Surakarta terdapat rel yang melintas tepat di jalan raya. Kedengarannya berbahaya tetapi memang beneran ada rel di tengah jalan kota Surakarta. Posisi tepatnya adalah di Jalan Slamet Riyadi. Rel ini adalah “tempat bermain” bagi KA Batara Kresna.
KA Batara Kresna adalah program kerjasama antara PT KAI, Kementerian Perhubungan, dan Pemerintah Kota Surakarta. Rangkaian kereta ini diproduksi oleh perusahaan asli Indonesia, yaitu PT INKA Madiun. Kereta ini memiliki rute dari Stasiun Purwosari Solo dengan tujuan akhir stasiun Wonogiri Kota. Saat ini, tersedia dua waktu keberangkatan dari Stasiun Purwosari dan Stasiun Wonogiri. Perjalanan ditempuh dalam waktu 1 jam.
Selama perjalanan, kalian akan disuguhkan berbagai macam pemandangan, mulai dari lalu lintas kota Surakarta yang sedikit semrawut di jam-jam sibuk hingga hamparan sawah di daerah Sukoharjo yang membuat anda lupa sejenak dengan cicilan kendaraan yang sudah jatuh tempo.
FYI, mulai Februari 2025, rangkaian asli kereta ini sudah tidak digunakan. Kini rangkaian digantikan oleh seri KRD MCW 302 eks KA Kedung Sepur.
Harga tiket yang bahkan lebih murah dari harga kuota internet
Biaya sekali perjalanan menggunakan KA Batara Kresna ini hanya dipatok sebesar 4.000 Rupiah saja. Benar, sangat murah. Fasilitas yang akan kalian dapatkan antara lain kursi empuk bak kelas kereta argo, AC, dan jendela besar untuk menikmati pemandangan selama perjalanan.
Tapi kalian jangan berekspektasi terlalu tinggi dulu, kalian perlu cepet-cepetan agar bisa dapat tempat duduk. Jangan sampai kalah cepat yaa, bisa-bisa kalian berdiri selama satu jam perjalanan.
Meski kerap diterpa isu efisiensi dan jumlah penumpang yang fluktuatif, kehadiran KA Batara Kresna tetap menjadi simbol perjuangan untuk mempertahankan transportasi yang manusiawi dan berbudaya.
Pemandangan eksotis yang kalian dapatkan selama perjalanan dengan KA Batara Kresna
Ketika berangkat dari Stasiun Purwosari, kalian akan melihat berbagai macam pemandangan, mulai dari rumah warga yang saling berdempetan, kafe-kafe kekinian, bangunan bersejarah, hingga pengendara motor yang iseng melambaikan tangannya ke para penumpang.
Ketika kereta melintas di jalan Slamet Riyadi, kecepatan kereta hanya berkisar 15-20 km/jam. Hal tersebut adalah cara agar kereta api tidak “bersenggolan” dengan kendaraan lain
Beragam pemandangan akan kalian dapatkan selama perjalanan, jangan lupa siapkan gadget kalian yaa…
KA Batara Kresna sering bersenggolan dengan kendaraan lain
Meskipun kereta sudah berjalan sepelan mungkin, masih sering terjadi senggolan dengan kendaraan lain. Hal tersebut bisa terjadi karena para pengendara tidak hafal dengan jadwal perjalanan kereta, tidak mendengar suara klakson, dan sedang tidak fokus.
Tidak hanya bersenggolan dengan kendaraan bermesin, sering kali kereta pun “menemper” hewan ternak milik warga.
Terkadang, ada saja masyarakat yang bersumbu pendek. Mereka beranggapan bahwa kereta api yang salah. Padahal pada kenyataannya, kereta api sudah memiliki jalur sendiri dan masyarakat-lah yang harusnya mengalah dan berhati-hati ketika melintas di jalur kereta api.
Sebagian masyarakat pun pernah menyampaikan sarannya kepada pemerintah kota Surakarta. Poin dari saran tersebut antara lain memberikan pagar pembatas di sepanjang Jalan Slamet Riyadi. Mulai dari daerah rel bengkong, hingga Stasiun Solo Kota dan menambah pintu perlintasan di setiap jalan yang dilintasi oleh Batara Kresna.
Kalo menurut saya sih, lebih baik para masyarakat lebih sabar dan fokus ketika melintas berkendara terutama di sepanjang jalan slamet riyadi. Jika dibuat pagar pembatas, bisa-bisa malah menimbulkan masalah baru.
Sering mengalami gangguan hingga akhirnya harus berganti rangkaian
Ketika, awal beroperasi, kereta ini sangat sering mengalami gangguan. Mulai dari AC yang tiba-tiba mati ketika perjalanan hingga kehilangan tenaga ketika sedang bertugas mengantarkan penumpang.
Generator rangkaian ini juga sering mengalami kerusakan, entah karena perawatan yang kurang baik atau karena faktor produksi.
Rangkaian Railbus Batara Kresna yang selalu mengalami gangguan jelas saja membuat warga kota Surakarta menjadi kurang tertarik untuk naik dan menikmati perjalanan. Hingga pada akhirnya PT KAI mengambil tindakan untuk mengistirahatkan Railbus Batara Kresna dan digantikan dengan rangkaian yang lebih prima.
Meminjam KRD MCW 302 eks KA Kedung Sepur milik DAOP 4 Semarang
Pada awal bulan Februari, tepatnya pada tanggal 1 Februari 2025, rangkaian Railbus Batara Kresna yang problematik akhirnya berganti menggunakan rangkaian bekas KA Kedung Sepur, kereta yang melayani rute Semarang Poncol-Ngrombo. Peminjaman kereta ini juga bertepatan dengan selesainya proses peningkatan prasarana dan tipe rel di petak antara Stasiun Solo Kota hingga stasiun Wonogiri.
Setelah berganti rangkaian, kereta ini menjadi primadona bagi masyarakat di kota Surakarta, minat masyarakat untuk mencoba moda transportasi ini semakin meningkat. Banyak dari mereka yang menjadikan Batara Kresna ini sebagai moda transportasi untuk berwisata.
Sebelum naik kereta, saya sarankan untuk mengisi perut terlebih dahulu. Sebab, kalian nggak bakal menemukan mas-mas dan mbak-mbak yang menawarkan makanan selama perjalanan.
Di tengah zaman yang serba cepat, KA Batara Kresna hadir seperti jeda yang ditawarkan semesta—pelan, sederhana, tapi penuh makna. Kereta ini bukan cuma moda transportasi, tapi teman seperjalanan yang mengajarkan kita untuk menikmati hidup tanpa terburu-buru.
Selama masih ada rel yang terbentang dan penumpang yang ingin pulang dengan hati tenang, Batara Kresna akan tetap melaju, menyusuri kota budaya dengan segala kehangatannya.
Kereta ini pernah mengalami masa kegelapan, mulai dari mati mesin ketika perjalanan, pendingin ruangan yang tidak menyala, hingga sering menabrak kendaraan. Tapi itu semua hanyalah masa lalu yang suram dan masa lalu itu ada untuk pembelajaran di masa kini dan masa depan.
Akhir kata, KA Batara Kresna bukan hanya kereta yang mengantar tubuh. Tapi juga perjalanan yang mengajak jiwa kembali mencintai kota Surakarta dengan cara yang lebih tulus.
Penulis: Muhammad Raihan Alfathoni Utomo
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Menyusuri Jalur Kereta 100 Tahun Solo-Wonogiri Bersama KA Batara Kresna yang Membelah Bengawan Solo



















