Kereta api lokal di bawah KAI Commuter banyak melakukan perubahan. Salah satunya, peluncuran KA Arjonegoro rute Sidoarjo-Bojonergoro pada pertengahan tahun lalu. Kereta api lokal ini merupakan gabungan dari KRD Bojonegoro dan Komuter Surabaya Lamongan (Sulam).
KA Arjonegoro memiliki desain yang lebih modern seperti KRL Commuter Line di Jabodetabek. Tampilannya tampak lebih segar dengan kursinya yang berwarna hijau. Selain itu KA Arjonegoro sudah menggunakan rangkaian Kereta Rel Diesel (KRDI) eks Sulam sehingga bisa beroperasi tanpa ditarik lokomotif lagi.
Semua keunggulan KA Arjonegoro dapat dinikmati dengan harga tiket sekitar Rp6.000-Rp12.000 saja. Sangat terjangkau kan? Itu mengapa transportasi publik yang satu ini banyak digunakan oleh masyarakat terutama pekerja, pelajar, dan wisatawan.
Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, penumpang mulai mengeluhkan beberapa hal. Keluhan juga saya rasakan ketika bepergian menggunakan kereta ini.
Kursi dan kapasitas penumpang KA Arjonegoro perlu disesuaikan
KA Arjonegoro bisa menampung hingga 400 orang, baik penumpang duduk maupun berdiri. Namun, dalam pengoperasiannya, kereta ini sangat sering kelebihan penumpang. Kondisinya jadi nggak nyaman.
Saran saya sih, pihak KAI dapat menyesuaikan jumlah kursi yang dipasang dengan kapasitas penumpang. Jangan biarkan banyak penumpang berdiri. Kasihan, nggak sedikit lho penumpang yang harus bepergian jauh dengan kereta api ini.
Asal tahu saja, kereta api ekonomi lokal rute Sidoarjo-Surabaya Pasar Turi-Bojonegoro memiliki jarak tempuh kurang lebih sepanjang 133 km. Jarak sejauh itu bisa ditempuh dalam waktu 3 jam 40 menit.
Sudah kursinya nggak sebanding dengan jumlah penumpang yang naik, penumpang masih harus rebutan kursi lagi. Berbeda dengan naik kereta api yang biasanya bisa memesan nomor tempat duduk, KA Arjonegoro nggak demikian. Jadi, siapa cepat dia dapat. Berkali-kali saya naik kereta ini baru dua kali saya mendapatkan kursi.
Nggak nyaman karena suasana dalam kereta panas
Sebenarnya kereta api lokal yang satu ini sudah dilengkapi dengan AC. Namun, sekali lagi, saking padatnya penumpang, udara dingin yang disemburkan oleh alat pendingin itu jadi nggak kerasa. Yang tersisa adalah hawa panas karena penumpang harus berdempet-dempetan satu dengan yang lain.
Coba sekali-kali kalian merasakan naik KA Arjonegoro ini. Memang dilihat dari rutenya kereta api ini sangat membantu mobilitas masyarakat. Dibandingkan naik bus, kereta api lokal ini menawarkan perjalanan yang lebih cepat. Namun, secara kenyamanan, banyak hal yang harus ditingkatkan oleh KA Arjonegoro.
Penulis: Anisa Rahmawati
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA Kereta Api Serayu, Kereta yang Menguji Kesabaran Penumpang
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.