Jurusan Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian rasanya cocok bagi mereka yang mau murtad dari IPA.
Melanjutkan pendidikan setelah SMA ternyata harus dipikirkan matang-matang dan tak segampang yang dikira. Pasalnya, jurusan yang dipilih sewaktu kuliah besar kemungkinan akan menentukan jadi seperti apa kita di masa depan. Tak heran, banyak siswa SMA yang bingung dalam fase mencari jurusan kuliah ini. Apalagi kalau pilihan pertamanya tidak tembus, harus memutar otak lagi untuk memilihnya. Dan itulah yang saya rasakan.
Prioritas saya adalah masuk sekolah kedinasan, mencoba mengamini keinginan orang tua untuk menjadi ASN. Di sisi lain, saya juga ikut tes SBMPTN untuk bisa berkuliah di PTN. Pilihan pertama waktu itu adalah jurusan Psikologi. Saya merasa cocok ketika memperhatikan orang lain, begitu pikir saya. Namun, nasib tak berpihak pada saya, baik sekolah kedinasan maupun jurusan Psikologi tak ada yang menerima saya. Tapi eh tapi, alhamdulillahnya saya lolos pilihan kedua, yaitu jurusan Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian atau lebih sering disingkat PKP.
Kalau ditanya kenapa memilih jurusan Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian ini, sejujurnya saya tidak memiliki alasan yang kuat. Jadi, sewaktu memilih pilihan kedua saat SBMPTN, saya mencari jurusan saintek yang juga mempelajari soshum. Sebab, dari dulu saya tidak suka yang namanya hitung-hitungan dan pelajaran berbau IPA lainnya. Kebetulan sewaktu mencari-cari jurusan, sepintas saya melihat kata komunikasi di jurusan saintek, tanpa babibu saya langsung memilih jurusan PKP.
Awalnya, saya merasa tersesat di jurusan PKP ini, bagaimana tidak, saya seakan-akan buta informasi mengenai jurusan ini. Baik apa yang akan dipelajari, maupun prospek kerja lulusannya. Lambat laun, saya mendapatkan pencerahan dari kakak tingkat, ternyata banyak mahasiswa hebat di PKP bisa sukses. Ada yang jadi mawapres, hingga menjadi ketua BEM. Walaupun di awal nampak kebingungan, kini saya begitu menikmatinya, bahkan sudah semester 7!
Oke, cukup curhatnya. Kali ini saya akan membahas mengenai beberapa fakta yang perlu diketahui masyarakat mengenai jurusan PKP ini. Cekidot!
#1 Jurusan gabungan antara saintek dan soshum
Selama kuliah di jurusan PKP, saya tidak hanya mendapatkan ilmu pertanian, melainkan juga banyak disiplin ilmu yang lain. Sebut saja Pemberdayaan Masyarakat, Komunikasi Bisnis, Organisasi Kepemimpinan, Sosiologi Pedesaan, Ekonomi Makro, dan masih banyak mata kuliah yang lain. Sebab, memang PKP ini memang tidak fokus pada on farm, melainkan lebih mempelajari petani itu sendiri beserta keluarganya.
Jurusan PKP mempelajari tentang pertanian namun dilihat dari sudut pandang sosial. Misalnya, kondisi dari petani dalam menjalankan usaha pertaniannya, bagaimana cara mengembangkan potensi yang dimiliki petani agar lebih baik dalam menjalankan usaha pertaniannya. Jurusan PKP ini masuk ke saintek, tapi rasanya soshum karena banyak mempelajari tentang aspek sosial dan komunikasi dibanding biologi tanaman.
#2 Lulusannya tak hanya jadi petani
Lantaran tidak melulu bahas pertanian, alhasil lulusan PKP bekerja di lintas sektor pekerjaan. Ada yang menjadi tim kreatif televisi, fasilitator pemberdayaan masyarakat, marketing perusahaan, penyuluh pertanian, petani, wartawan, pebisnis, dan masih banyak lainnya. Walau mendapat banyak pilihan pekerjaan, di sisi lain, sebenarnya ada kebingungan bagi para lulusan. Bagaimana tidak, saking terlalu banyak yang dipelajari, alhasil dapatnya juga setengah-setengah. Ehehehe.
#3 Cocok bagi yang kadar IPA-nya rendah
Jurusan PKP berada di bawah naungan Fakultas Pertanian. Berhubung induknya adalah pertanian yang IPA banget, maka calon mahasiswa yang bisa mendaftar ke sini juga harus jurusan IPA sewaktu SMA. Walaupun masuk ke jalur saintek, mata kuliah IPA-nya sangat sedikit. Lalu di mana IPA-nya? Hanya sesekali sebagai dasar.
Jadi, jurusan ini murni dikhususkan untuk mereka yang mau murtad dari IPA. Biologi dan Kimia hanya sebagai pemanis, Fisika good bye, Matematika seperti trigonometri dan tetek bengeknya tidak dijumpai. Setidaknya tujuan awal untuk tidak memusingkan diri sudah tercapai. Memang, Jurusan PKP itu didesain untuk kita-kita yang kadar kemurnian IPA-nya sangat rendah.
Ada banyak cerita selama kuliah di jurusan PKP ini. Sukanya bisa mempelajari lintas disiplin ilmu, alhasil memiliki banyak opsi untuk menekuni bidang apa saja. Jurusan PKP ini memang tidak sefamilier jurusan lain, apalagi singkatannya yang mirip-mirip KPK, PPK, KKP, jadi kalau memperkenalkan diri harus menjelaskannya secara utuh, tidak bisa disingkat. Selain itu, praktikumnya juga seru, tidak hanya nyemplung ke sawah, tapi juga praktik tentang penyuluhan dan komunikasi. Jadinya bisa lebih percaya diri ketika bertemu dengan orang lain. Pokoknya banyak, deh.Â
Tapi, eh tapi, ada juga tidak enaknya. Salah satunya karena tidak terlalu mempelajari pertanian secara mendalam, ya sering babak belur ketika ditanya petani. Jadinya, setelah lulus pun saya hanya seperti lulusan pertanian yang alakadarnya lantaran tidak terlalu mengerti pertanian dalam hal budi daya, hama penyakit, atau kualitas tanah. Tahu pun hanya dasar-dasarnya.
Sialnya, orang-orang di desa—bahkan orang tua saya—tidak mengerti kalau memang spesialisasi saya bukanlah di lahan, tetapi lebih ke aspek sosial. Jadi, ketika banyak orang bertanya masalah pertanian, saya hanya bisa plonga-plongo. Mau jawab, kok, ya tidak ngerti-ngerti amat. Kalau tidak jawab, kok, ya katanya anak Fakultas Pertanian. Jadi, jalan satu-satunya ya ngeles sana-sini atau tanya ke Mbah Google. Bukan berarti karena mahasiswa PKP menjadi pembenaran untuk tidak belajar pertanian, kualitas tanah, hama penyakit, dsb. loh yaaa. Malah hal ini jadi motivasi saya untuk belajar pertanian lebih mendalam. Sebab, masyarakat tidak peduli apa jurusan kita, tetapi apa manfaat kita bagi mereka. Uwuwuwu.