Sudah kurang lebih satu pekan sejak kembalinya Kangen Band di industri musik Indonesia dengan nama Kangen Band Reunion. Penampilan perdananya di gelaran Synchronize Festival 2020 ternyata menyita perhatian banyak penikmat musik, baik itu musik pop melayu atau penikmat musik secara umum. Meskipun hanya tampil singkat dengan beberapa lagu, Kangen Band berhasil membawa memori-memori lama dan menyadarkan kembali bahwa Kangen Band ini bukan band yang jelek-jelek amat. Entah kenapa saya jadi ingat lagu “Juminten”.
Berbicara Kangen Band dan lagu-lagunya, kita pasti hanya akan terpaku pada lagu “Terbang Bersamaku”, “Doy”, atau “Yolanda”. Tiga lagu ini seakan menjadi lagu yang paling diminati dan paling mencerminkan Kangen Band. Namun, ada satu lagu yang sebenarnya perlu dibahas dan perlu sedikit diperhatikan lebih karena musiknya yang easy listening dan liriknya yang lucu dan tidak masuk akal.
Lagu itu tidak lain adalah “Juminten”, lagu yang ada di album Pujaan Hati dan dirilis 2009 silam. Lagu ini sebenarnya menceritakan soal kerinduan akan seseorang yang disimbolkan dengan seorang perempuan bernama Juminten ini. Namun, lirik-lirik dalam lagu ini memang perlu dibahas karena selain lucu dan tidak masuk akal, lirik lagu “Juminten” ini selalu membuat dahi mengernyit.
Oke, mari kita bahas satu per satu liriknya. Sebelum masuk lirik, intro lagu ini sebenarnya enak sekali, yaitu irama keroncong Jawa dengan senandung “neng nong neng nong neng gung”. Dua baris pertama lirik lagu ini dimulai dengan kalimat, “Juminten kuliah di Washington. Kalau malam main ke Las Vegas.”
Lirik pembuka di awal saja sudah kelihatan tidak masuk akalnya. Pertama, Washington dan Las Vegas itu jaraknya 3.357 kilometer alias jauh sekali. Orang gila mana yang kuliahnya di Washington dan malamnya main ke Las Vegas. Kedua, walaupun ini hanya ungkapan atau perumpamaan, ini adalah perumpamaan yang kurang sesuai. Lagian, apa juga yang mau diumpamakan?
Dua baris selanjutnya juga tidak kalah aneh. “Juminten ayu mempesona. Sampai ngelewatin Christina Aguilera.” Masih bait pertama saja, perumpamaan liriknya sudah terlalu jauh. Orang yang mendengarkan lagu ini seakan dihadapkan dengan rasa penasaran, secantik apa Juminten ini sampai Christina Aguilera yang cantiknya masya Allah saja lewat. Ya namanya orang kasmaran, lagi rindu, logikanya pasti sedang berantakan.
Bait selanjutnya sebenarnya tidak ada yang aneh. Hanya baris terakhir bait kedua saja yang aneh. “Ku tunggu kau sekian lama, sampai ku tanya sama kepala desa.” Bukannya tanya sama orang tua Juminten, malah tanya Kepala Desa, ya tidak nyambung!
Masuk bagian reff, dan ini adalah bagian paling menyiksa untuk didengar dan dipahami liriknya. “Cepat-cepatlah pulang ke Indonesia, ku sudah nggak tahan ingin jumpa. Cepat-cepatlah pulang ke Indonesia, Indonesia raya merdeka. Sekali merdeka, tetap merdeka.”
Siapa pun yang mendengarkan lagu ini pasti kaget dan bertanya-tanya ketika masuk ke bagian reff. Di awal begini, kok ketika masuk reff jadi begitu. Kita tahu bahwa lagu ini adalah lagu cinta, lagu rindu. Dari awal pun ceritanya sudah mengungkapkan kerinduan, meskipun liriknya banyak yang tidak masuk akal. Tetapi, bagian reff ini adalah bagian yang lebih tidak masuk akal lagi. Apa urusannya rindu pada seseorang dengan Indonesia raya merdeka? Tidak ada urusannya. Kalaupun Indonesia tidak merdeka, rindu ya akan tetap rindu.
Sebenarnya secara musik lau “Juminten” enak-enak saja, pop melayu pada umumnya, lah. Kita semua jadinya dibuat penasaran bagaimana proses Kangen Band dalam membuat lagu ini. Mungkin, ketika mereka sedang mencari lirik untuk lagu ini, mereka sudah kehabisan inspirasi atau lagi buntu, tetapi berhubung jiwa nasionalisme mereka lagi tinggi-tingginya, maka jadilah lirik nasionalis di bagian reff yang tidak nyambung dengan bagian verse-nya. Terkadang, perlu satu lagu yang aneh untuk membuat lagu-lagu lain terlihat lebih bagus dan masuk akal.
Terakhir, saya ingin memberi saran untuk Dodhy, atau untuk Andhika Mahesa, atau siapa pun di Kangen Band yang suka bikin lagu. Kalau nanti bikin lagu lagi, jangan ada jargon-jargon nasionalisme seperti lagu “Juminten” lah. Jelek jadinya, sumpah jelek. Lagi kecewa sama pemerintah mendengarkan lagu ini jadi dongkol sendiri. Gitu, ya? Semoga didengar dan bisa diterima sarannya.
Sumber gambar: Instagram @kangenbandreal
BACA JUGA Tak Main-Main, Para Food Vlogger Juga Berperan Sebagai Penglaris Warung Makan dan tulisan Iqbal AR lainnya.