Dua menteri aktif terjaring OTT kasus suap, Juliari Batubara dan Edhy Prabowo, menjadi bukti sahih valid no debate bahwa ditunjuknya seorang Firli Bahuri sebagai ketua KPK secara aklamasi, memang patut dan layak. Peduli setan dengan mereka yang menganggapnya masuk KPK lewat jalur titipan Kapolri Idham Aziz. Dan bodo amat dengan petisi 500 pegawai KPK yang menolaknya menjadi ketua karena dianggap melanggar kode etik berat. Mau bukti apa lagi, Bos? Udah paten, to?
Lebih kurang Firli Bahuri setahun bertugas dengan berbagai kontroversi yang melingkupinya. Baik sebelum maupun setelah menjabat sebagai ketua KPK. Sebelum menutup tahun 2020, tercatat dua kali dalam dua minggu terakhir Komjen Pol. Drs. Firli Bahuri, M. Si. membuat pak Jokowi malu setengah mampus sampai ke ubun-ubun, menutup wajah dengan sepuluh jarinya sambil mengernyitkan dahi rapat-rapat.
Tidak tanggung-tanggung, dua menteri yang terjaring OTT itu adalah kader dari dua partai paling elit di koalisi Jokowi saat ini, pertama Pak Edhy Prabowo, sekali lagi, Edhy Prabowo, ingat. Edhy P-R-A-B-O-W-O! Menteri Kelautan dan Perikanan, kader partai Gerindra sekaligus Waketum Gerindra. Kedua, Juliari Batubara, Menteri Sosial yang ternyata nggak sosial-sosial amat, kader partainya Pak Jokowi, eh maksudnya partainya bu Megawati, sekaligus menjabat sebagai wakil bendahara umum PDIP.
Keduanya adalah menteri yang juga memangku jabatan strategis di partainya masing-masing, kurang greget apa lagi coba pak Firli ini? Nah, siapa kemarin yang bilang kalau KPK sedang dilemahkan dan Pak Firli adalah bagian dari boneka oligarki?
Tanpa mengurangi hormat dan menafikan kehebatan Novel Baswedan, harus diakui, untuk urusan OTT ala-ala pejabat yang ketangkap basah lagi berduaan sama artis di hotel, blio ahlinya. Nyatanya skill Firli tak kalah gacor dari pak Novel Baswedan.
Fakta itu sebenarnya bukanlah hal yang mengejutkan dan tak perlu dibangga-banggakan, sebagai anggota POLRI, buat apalah, citra polisi sudah bagus. Untuk urusan pergok-memergoki, Pak Firli memang ahlinya, sebelum menjabat sebagai Ketua KPK, blio merupakan mantan Deputi Penindakan KPK yang ditunjuk setelah bertugas sebagai Kapolda Nusa Tenggara Barat.
Jelas dalam hal pengalaman, seorang Irjen Firli Bahuri sudah tak ada keraguan, saking hebatnya, beliau lolos jadi ketua KPK lewat jalur Aklamasi lho. Paten, tiada lawan yang bisa menyambar, skuy mabar. Saya jadi heran, kok bisa-bisanya ada yang meragukan dan menolak blio jadi ketua KPK?
Sehari setelah menjalani sidang putusan terkait pelanggaran kode etik KPK karena gaya hedonnya yang menggunakan helikopter mewah untuk keperluan pribadi, pada tanggal 25 September, KPK langsung mengonfirmasi Operasi Tangkap Tangan menteri KKP terkait kasus korupsi suap ekspor benur.
Bayangkan betapa sulitnya menjadi Pak Firli, sehari sebelum melakukan OTT, blio harus disidang dengan tuduhan bersalah atas pelanggaran kode etik, sementara disisi lain, blio harus menyusun rencana matang-matang atau setidaknya memberikan saran sepatah dua kata kepada bawahannya yang bertugas di lapangan untuk memergoki Pak Edhy Prabowo. Semangat, Pak Firli.
Meski harus membagi fokus dengan sidang, blio tetap sukses menggelandang para koruptor untuk segera mengenakannya rompi oranye. Asal koruptor tertangkap, siapa peduli dengan kode etik?
Lagi pula, blio menggunakan helikopter mewah untuk mengunjungi makam orang tuanya dari Palembang ke Baturaja Sumatera Selatan agar mempermudah mobilitas. Di sela kesibukan serius mencari koruptor, blio masih menyempatkan untuk berbakti, berziarah ke makam orang tua, sungguh terpujilah wahai engkau Pak Firli.
Saya jadi teringat gubahan pak Firli saat diwawancarai wartawan, “Saya lakukan karena untuk tuntutan kecepatan mobilitas, saya mengabdi kepada bangsa dan negara, makanya apa pun saya korbankan untuk bangsa dan negara. Jangankan uang dan harta, nyawa pun saya pertaruhkan untuk bangsa dan negara.”
Kalimat menyentuh dari seorang pimpinan KPK yang menggetarkan dada siapa pun saat mendengarnya. Tak tergambarkan lagi kekaguman saya terhadap bapak.
Tapi, ngomong-ngomong, saya juga teringat Pak Firli dulu pernah mengatakan dengan lantang namun terbata-bata, “Dan ingat! Bahwa, pelaku korupsi di tengah bencana, ancaman hukuman pidananya, mati!” Hal ini beliau sampaikan tujuh bulan lalu saat membahas tentang pengawasan penyaluran bantuan sosial akibat pandemi Covid-19. Blio bahkan menegaskan bahwa ini adalah komitmen KPK, apabila terjadi pelanggaran akan ditindak tegas.
Tertangkapnya Menteri Sosial Juliari Batubara sebagai tersangka korupsi dana bansos Covid-19, seolah mencoreng tai sapi di wajah Firli Bahuri atas komitmen yang diikrarkan sebelumnya.
Saya yakin sekali, serius, orang hebat, berpengalaman, berintegritas dan terpenting berbakti pada orang tua seperti Pak Firli, pasti akan menepati janji yang sudah dia ikat dengan lidahnya sendiri.
Tertangkapnya Juliari Batubara dan Edhy Prabowo, pasti karena blio sudah tak sabar membuktikan janjinya dan ingin mewujudkan cita-cita rakyat Indonesia bukan? Menyaksikan koruptor dihukum mati untuk pertama kalinya, di negeri ini. Wow, nice move, Pak Firli.
Saya mulai membayangkan, Pak Firli akan mendatangi langsung persidangan Juliari Batubara dan Edhy Prabowo yang tertangkap ini, untuk mengawasi jalannya persidangan sampai clear, sampai hukuman mati tercetus.
Kalau ternyata hukumannya hanya denda dan penjara lima tahun, jangan heran Pak Firli ngamuk lempar kursi di ruang persidangan sambil nunjuk-nunjuk melotot ke arah Hakim dan Juliari Batubara sendiri. Beliau pun dengan gagah perkasa bertutur tegas, “Dengan ini, saya mengundurkan diri sebagai ketua KPK! Malu saya sama rakyat Indonesia.” Disambut sorak penuh kebanggaan oleh segenap wartawan dan hadirin di ruang persidangan. Tamat.
Sumber gambar: Wikimedia Commons
BACA JUGA Menulis kok buat Dapat Honor? Aneh! dan artikel Muhammad Dzal Anshar lainnya.