Iklan paling jenius barangkali adalah iklan rokok. Bagaimana tidak jenius kalau mereka harus bikin konten menarik tanpa diperbolehkan menampilkan produk? Makanya banyak sekali iklan rokok yang out of the box, mulai dari komedi-komedian, sampai hal-hal serius seperti passion (halah, passion lagi passion lagi).
Makanya, kalau semua produk disamaratakan seperti produk rokok, kita bakal mendapatkan banyak iklan seru dan berkelas, barangkali. Nah, dari berbagai macam jenis iklan, ada satu iklan yang menurut saya sangat jenius menggambarkan situasi saat ini. Iklan itu adalah iklan dari produk susu Milo kemasan kotak.
Begini detail iklan tersebut:
Ditampilkan sebuah rumah sepi dengan dua anak kecil kakak beradik yang bosan di halaman belakang. Nampaknya mereka baru saja ingin bermain badminton tapi terjebak tidak bisa pergi ke mana-mana. Di belakang halaman itu ada dinding tinggi yang menjadi batas rumah mereka.
Saat kakak beradik itu hampir mati bosan, tiba-tiba sebuah shuttle cock terlempar dari balik dinding ke arah mereka. Nampaknya ada dua anak lain yang sedang bermain badminton di luar sana dan secara tidak sengaja shuttle cock mereka terlempar terlalu jauh.
Sang kakak iseng mengembalikan shuttle cock itu menggunakan raketnya, dan tak lama kemudian shuttle cock itu kembali. Sang kakak tersenyum dan memanggil adiknya untuk menjadi rekan bermainnya.
Dimulailah duel seru badminton ganda campuran dengan tembok tinggi yang difungsikan menjadi net pemisah. Mereka tidak melihat musuh, pun tidak tahu siapa musuh mereka. Apabila di pertandingan profesional mengantisipasi pergerakan lawan itu wajib dilakukan, maka tidak bisa demikian dalam kasus di iklan Milo ini. Mereka harus sigap kapan saja agar bisa mengembalikan shuttle cock ke area permainan lawan.
Pertandingan berlangsung seru meski tak ada jumlah skor yang tercatat, sampai tiba waktu istirahat. Sang ibu datang membawa empat Milo kemasan kotak untuk dua anaknya dan dua rival mereka. Mereka berempat duduk menyandar ke dinding dari sisi masing-masing sambil menikmati segarnya Milo di saat matahari begitu terik.
Waktu istirahat berakhir dan pertandingan dilanjutkan. Duel maut nan seru terjadi sehingga sirna sudah rasa bosan yang tadi dirasakan kakak beradik itu. Iklan diakhiri dengan kalimat, ‘Permainan tak pernah berakhir meski di rumah.’
Nampaknya pihak Milo sangat serius menggarap iklannya agar seindah mungkin, terbukti dari pengambilan gambar yang indah, kombinasi suara latar yang merdu sampai terasa seperti sedang menonton film-film garapan Visinema Pictures, dan tentu saja dipadukan dengan konsep cerita yang sangat pas. Semuanya dipadukan dan menjadi pengalaman menyenangkan saat menonton video berdurasi beberapa puluh detik tersebut.
Iklan Milo terang-terangan menyampaikan bahwa jarak bukan halangan sama sekali untuk berinteraksi dengan orang lain. Saat perusahaan provider seluler menggembar-gemborkan jarak bukan halangan karena semua bisa dihubungkan secara digital, maka Milo menolak konsep itu. Milo tetap mengutamakan kontak di dunia nyata meski jarak tetap harus dijaga. Realitas hiper, meski terkadang terasa lebih seru, tetap tidak bisa mengalahkan serunya berkeringat akibat aktivitas fisik bersama teman di halaman. Halamannya berbeda. Jarak tetap terjaga. Tetapi permainan tetap harus berlangsung. Lagipula bukankah olahraga itu baik di masa-masa seperti ini? Maka mengajak tetangga duel badminton dengan pembatas dinding sungguh hal yang baik untuk dilakukan.
Jadi, marilah sepakat bahwa iklan Milo kali ini adalah iklan yang sangat jenius. Ah, seandainya saja banyak iklan yang menggunakan pendekatan seperti ini, bukan semata menggaet artis dan memanfaatkan popularitas mereka, pasti pengalaman nonton iklan di televisi akan lebih menyenangkan daripada menonton acara televisinya sendiri. Jadi, persetan dengan acara TV yang konon semakin buruk asalkan jeda komersialnya dipenuhi iklan berkelas. Kelak jika semua iklan menjadi penuh makna positif dan seru, mungkin saat kita menonton TV, yang kita justru bagian iklannya, sementara bagian acara TV-nya kita abaikan.
Jadinya kita bakal ngomong, “Ah, acaranya mulai. Pindah yang masih iklan ya!”
BACA JUGA Duh, Barista Sekarang kok Banyak yang Arogan ya? dan tulisan Riyanto lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.