Jebakan Rumah Makan Prasmanan: Banyaknya Pilihan Bikin Lepas Kontrol yang Berujung Kantong Jebol

Rumah makan prasmanan

Biasanya pas halalbihalal, ada prasmanan (Pixabay.com)

Rumah makan prasmanan memang menggoda, tapi, hati-hati dengan jebakannya!

Sebagai orang yang suka kulineran, saya cukup sering memperhatikan dinamika usaha kuliner di luar sana. Lupakan soal Ayam Cak Budi, Mixue ataupun Warteg Bahari yang menginvasi kios-kios kosong. Abaikan pula nasi padang yang sekarang lebih murah dibanding nasi warteg.

Jika diperhatikan, yang sedang ngehits beberapa waktu ini adalah rumah makan dengan konsep prasmanan. Entah bagaimana dengan tempat kalian, tapi di daerah tempat tinggal saya, ramai bermunculan rumah makan dengan konsep prasmanan. Mereka bukan hanya pendatang baru, tapi juga pelaku kuliner lama, tapi sengaja mengubah konsep rumah makannya ke konsep prasmanan.

Perubahan konsep ini sudah muncul sejak awal tahun ini dan semakin menggila beberapa waktu terakhir. Biasanya, rumah makan prasmanan didesain kejawa-jawaan. Selain supaya bisa lebih homey, pemilik usaha tampaknya ingin memunculkan kesan jadul. Sehingga, pembeli dapat bernostalgia dengan pawon simbok dan tungku kayunya.

Sepintas, rumah makan prasmanan memang menyenangkan. Pembeli bebas memilih apa saya yang mau dia makan. Tapi, jika tidak berhati-hati, pembeli bisa jatuh dalam 3 jebakan berikut. Apa saja?

Kalap

Yakin, seyakin-yakinnya. Rumah makan dengan konsep prasmanan bisa dipastikan membuat pembelinya kalap. Comot ini, itu, ini, itu. Semua tampak menggoda, semua ingin dicicipi. Inilah jebakan psikologis yang ada pada rumah makan prasmanan. Mereka menyajikan buanyak sekali pilihan menu, supaya pembeli bingung.

Memang, sih, seperti kata Aldi Taher, nggak ada orang yang nggak bingung. Semua bingung. Dan jika dikaitkan dengan rumah makan berkonsep prasmanan, kebingungan ini akan mengantarkan pada jiwa-jiwa yang kalap. Seketika, pembeli akan mengambil lauk yang bervariatif untuk isi piringnya.

Iya, sih, ambilnya cuma secuil-secuil. Kan niat hati memang pengen nyicipin semua rasanya. Tapi, justru keinginan itulah yang mengantarkan pada jebakan selanjutnya di nomer dua.

Baca halaman selanjutnya: Rumah makan prasmanan lebih mahal!

Rumah makan prasmanan lebih mahal!

Di rumah makan berkonsep prasmanan, semua item dihitung satuan. Per printilan ada harganya. Contoh, nih, seblak prasmanan. Itu tiap printilan ada harganya, loh. Ya, kerupuk, ya bakso, ya mi, semua dihitung satu-satu. Efeknya, harga akhir si seblak bisa lebih mahal.

Nggak percaya?

Masih mengambil contoh seblak. Jika memesan seblak di tempat biasa, seblak harga dua belas ribu bisa dapat seblak komplit plus ceker, bakso, dan lok-lok. Tapi jika memesan di tempat makan prasmanan, seblak dengan isian yang sama bisa dibanderol dengan harga 14 hingga 16 ribu.

Bersisa

Jebakan selanjutnya rumah makan konsep prasmanan adalah rentan membuat pembeli menyisakan makanan. Jebakan ini berkaitan dengan poin nomer satu. Gara-gara kalap ingin mencicipi semua lauk yang disajikan, pembeli lupa dengan kapasitas lambung yang nggak seberapa. Endingnya, tuh makanan bersisa.

Ini persis kejadiannya seperti prasmanan saat kondangan. Tamu merasa sudah nyumbang amplop, trus nggak mau rugi, akhirnya ngambil nasi dan lauk sebanyak-banyaknya. Ehhh ternyata nggak habis. Tanpa rasa bersalah, makanan yang sisa banyak itu diletakkan begitu saja di bawah kursi. Padahal, ada tamu yang datang di akhir sampai nggak kebagian daging. Sayuran kabeh.

Lantas, bagaimana cara terhindar dari jebakan tersebut?

Lho, kok masih tanya? Dengan membaca tulisan ini saja, kamu sudah punya bekal yang cukup untuk terhindar dari jebakan. Selanjutnya, kamu tinggal luruskan niat agar tidak tergoda untuk comat-comot ini-itu.

Penulis: Dyan Arfiana Ayu P
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Hal-hal yang Jangan Dilakukan Saat Mengambil Makanan Prasmanan

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version