Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Gaya Hidup

Jangankan Bolu, Kondom Pun Harus Halal

Abul Muamar oleh Abul Muamar
30 Juli 2019
A A
bolu halal

bolu halal

Share on FacebookShare on Twitter

Belum lama ini oleh-oleh asal Kota Medan, Bolu Meranti kembali jadi sorotan. Kehalalannya, untuk kesekian kalinya, dipertanyakan. Kali ini akibat label halal pada kotak kemasannya tiba-tiba menghilang.

Entah siapa yang pertama kali meributkan, yang pasti, kabar hilangnya label halal pada bolu yang dijual mulai dari harga Rp 80 ribu per kotak ini sudah tersebar luas ke masyarakat, baik orang asli Medan maupun pelancong yang mau beli oleh-oleh untuk dibawa pulang.

Media-media massa, yang belakangan gemar mengangkat isu-isu beraroma agama, tak mau ketinggalan memanfaatkan perkara ini, mengolahnya menjadi berita yang laik jual.

Koran lokal Medan Waspada edisi Rabu 17 Juli 2019 bahkan menulis judul headline: “Bolu Meranti Tidak Boleh Jual Produk ke Pasaran”. Ini judul yang luar biasa saya kira, karena seolah ada seruan terselubung kepada pembaca di balik judul itu, seperti “Beli bolu yang lain saja”, meskipun itu hanya quote dari seorang tokoh.

Kabar ini juga sudah sampai ke telinga para anggota DPRD Kota Medan. Jumadi, anggota Komisi II dari Fraksi PKS, menjadi yang terdepan angkat bicara soal ini. Sebagai politisi dari partai yang merasa paling Islami, ia pun berencana memanggil pengusaha bolu Meranti ke kantornya. “Supaya masyarakat tidak was-was,” katanya.

Dari perantauan, membaca berita ini membuat saya tersenyum kecut. Sebagai orang Medan saya bingung antara mau malu atau bangga.

Malu karena perkara makanan yang sudah lama diperjualbelikan dan terbukti bahan-bahan baku dan cara pembuatannya halal, tiba-tiba disangsikan kehalalannya hanya karena label halalnya belum diperpanjang. Bangga karena orang-orang Medan sungguh luar biasa kritisnya, sampai-sampai hal-hal mikro macam label halal saja pun disorot habis-habisan—apalagi korupsi pejabat, kan kira-kira begitu.

Usut-usut punya usut, masa berlaku sertifikasi halal bolu Meranti telah berakhir pada 2018 lalu, dan pemilik usaha yang notabene orang Tionghoa itu tidak langsung memperpanjangnya. Sungguh terlalu memang acik itu! Cik, cik, sudah tahu orang sekarang lagi mabok agama, kok berani-beraninya lu terlambat memperpanjang sertifikat halal. Mampus, lah, lu, diogap-ogap!

Baca Juga:

Rasanya Bermalam di Ketajek Jember, Tempat Konflik Tanah yang Hingga Kini Belum Usai

Selama Kasus Baru Ditangani kalau Viral, Jangan Harap Imbauan untuk Tidak Share Video Bullying Akan Digubris Orang-orang

Biar lu tahu, Cik, sekarang ini orang-orang lagi sensi kalau sudah menyangkut agama dan ajaran-ajarannya. Jangankan makanan, Cik, jangankan bolu! Minyak angin dan kondom saja pun sekarang harus halal kok, Cik! Kondom, Cik, kondom! Belum ada sih, memang, tapi sebentar lagi bakal ada, kok, karena night club saja sudah ada yang halal di Arab Saudi sana. Jadi apa susahnya bikin kondom halal.

Apa lu tak pernah baca berita, Cik? Ngapain aja lu selama ini? Sibuk bikin bolu aja lu, ya, sampai lupa kalau sertifikat halal bolu lu sudah habis masa berlakunya? MUI sudah nunggu-nunggu, lu tak datang-datang. Agak-agak lu setor, lah, dulu sikit untuk orang tu! Biar aman dulu bisnis bolu lu!

Entah benar atau tidak, di kalangan wartawan dan pemerhati sosial yang saya kenal, perihal sertifikat halal ini konon bisa diperjualbelikan—walaupun MUI sering membantahnya. Asal ada duit, semuanya aman. Mungkin ini sebabnya banyak pengusaha makanan, paling sering saudara kita orang Tionghoa, yang enggan-engganan mengurus sertifikat halal. Mereka merasa diperas, alih-alih membayar biaya pengurusan label halal.

Tapi itu semua cuma cerita lain dan tentu tidak bisa jadi pembenaran. Apalagi itu masih kasak-kusuk, masih temaram dan perlu dibuktikan kebenarannya.

Poin utama kasus ini bukan itu, melainkan bahwa betapa makanan, apapun itu jenisnya, bagi orang-orang sekarang ini tidak cukup jika hanya halal bahan-bahan baku dan pembuatannya saja, tapi juga harus ada bukti sahih kehalalannya. Harus ada sertifikat dari lembaga resmi yang mengeluarkannya.

Ya, makanan, tidak cukup jika hanya halal secara esoteris, tapi juga eksoteris. Tidak cukup jika hanya halal secara hakiki, tapi juga perlu ditampakkan halal majasinya.

Ini sama seperti halnya keabsahan seorang muslim, yang tidak akan cukup diakui kemuslimannya bila hanya meyakini keyakinannya dalam diam. Ia perlu membuktikannya dengan berteriak-teriak ‘takbir!’ kepada orang-orang kafir dan harus ikut demo berjilid-jilid bila ada yang berani menghina agamanya.

Sama juga seperti halnya pasangan yang saling mencintai. Bila saling cinta itu hanya terjalin oleh ikatan cinta tak kasatmata dari hati ke hati, maka siap-siaplah dirisak, kalau bukan ditelanjangi atau dilempari batu ramai-ramai oleh orang-orang jika ketahuan berdua-duaan. Pasangan itu harus mengeksoterikkan cinta mereka lewat lembaga agama serta perlu mendapat sertifikasi dari negara. Baru dengan demikian mereka boleh kawin dan beranak-pinak.

Ya, kira-kira begitulah. Ini sekaligus membuktikan anggapan bahwa segala sesuatu yang bersifat esoteris lebih sulit dicapai dibanding yang eksoteris, tak selalu benar.

Mengurus sertifikasi halal itu rumit dan berbelit-belit, kata seorang kenalan saya, seorang pengusaha roti isi coklat ceres di Kota Pematangsiantar, suatu hari ketika rotinya dituding mengandung babi. Apalagi ketika bisnis yang kita jalankan semakin maju dan berkembang, imbuhnya. Rumit dan berbelit-belit yang ia maksud, dalam bahasa yang lebih sederhana, adalah mahal.

Bayangkan, roti isi ceres saja pun dikira tak halal jika tak ada label halalnya. Imajinasi orang-orang yang terprovokasi langsung membayangkan roti yang dipanggang dengan minyak babi, diolesi dengan mentega yang mengandung lemak babi, dan ditaburi ceres yang terbuat dari campuran liur babi. Dahsyat, bukan?

Maka, celakalah memang jika makanan tak punya label halal, walaupun makanan itu halal bahan baku dan pembuatannya. Sama celakanya seperti pasangan yang belum punya buku nikah; atau seperti muslim yang tak mau membela ulama-ulama penyeru khalifah. Apalagi jika makanan itu terkenal sebagai oleh-oleh, bakal tekor lama-lama jika label halalnya tak segera diurus.

Untungnya, perkara halal-halalan ini tetap ada sisi baiknya, kok. Jadi, misalkan ada kawan yang titip dibelikan Bolu Meranti kalau pas berkunjung atau pulang ke Medan, kita tinggal bilang saja, “Bolu itu nggak halal!”. 

Sekarang kita tinggal berdoa saja, semoga masakan mamak kita di rumah, tidak diributi kehalalannya. (*)

Terakhir diperbarui pada 18 Januari 2022 oleh

Tags: bolu merantiHalalkonflikviral
Abul Muamar

Abul Muamar

Petualang, pengincar buah-buahan yang tumbuh di pinggir jalan.

ArtikelTerkait

Tobrut Memang Meresahkan (Unsplash)

Tobrut Memang Meresahkan, Budaya Merendahkan Tubuh Perempuan tapi Dimaklumi karena Gampang Masuk FYP

20 Juni 2024
Belajar Toleransi Beragama dengan Datang Langsung ke Ambon terminal mojok.co

Belajar Toleransi Beragama dengan Datang Langsung ke Ambon

21 Oktober 2020
Percayalah, Berjalan di Atas Air Lebih Mudah daripada Menyatukan Surabaya dan Madura Menjadi Satu Provinsi

Percayalah, Berjalan di Atas Air Lebih Mudah daripada Menyatukan Surabaya dan Madura Menjadi Satu Provinsi

8 Maret 2024
Kenapa Kekerasan di Pondok Pesantren Tak Mudah Viral seperti Kekerasan di Sekolah?

Kenapa Kekerasan di Pondok Pesantren Tak Mudah Viral seperti Kekerasan di Sekolah?

15 Oktober 2023
Branding Madiun Kampung Pesilat Indonesia yang Berlebihan

Branding Madiun Kampung Pesilat Indonesia yang Berlebihan

20 Maret 2022
kkn di desa penari cerita horor ketika kkn kuliah kerja maya cerita hantu mistis horor mojok.co

Di Balik Viralnya Cerita KKN di Desa Penari

30 Agustus 2019
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

5 Rekomendasi Kuliner Babi Surabaya untuk Kalian yang Menghabiskan Cuti Natal di Kota Pahlawan

5 Rekomendasi Kuliner Babi Surabaya untuk Kalian yang Menghabiskan Cuti Natal di Kota Pahlawan

22 Desember 2025
Menjajal Becak Listrik Solo: Cocok untuk Liburan, tapi Layanan QRIS-nya Belum Merata Mojok.co

Menjajal Becak Listrik Solo: Cocok untuk Liburan, Sayang Layanan QRIS-nya Belum Merata 

24 Desember 2025
Panduan Bertahan Hidup Warga Lokal Jogja agar Tetap Waras dari Invasi 7 Juta Wisatawan

Panduan Bertahan Hidup Warga Lokal Jogja agar Tetap Waras dari Invasi 7 Juta Wisatawan

27 Desember 2025
Opel Blazer, Motuba Nyaman yang Bikin Penumpang Ketiduran di Jok Belakang

Opel Blazer, Motuba Nyaman yang Bikin Penumpang Ketiduran di Jok Belakang

23 Desember 2025
Potensi Wisata Indramayu yang Belum Tergarap Maksimal (Wikimedia)

Potensi Wisata Indramayu yang Belum Tergarap Maksimal

21 Desember 2025
Perlintasan Kereta Pasar Minggu-Condet Jadi Jalur Neraka Akibat Pengendara Lawan Arah

Perlintasan Kereta Pasar Minggu-Condet Jadi Jalur Neraka Akibat Pengendara Lawan Arah

24 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Kala Sang Garuda Diburu, Dimasukkan Paralon, Dijual Demi Investasi dan Klenik
  • Pemuja Hujan di Bulan Desember Penuh Omong Kosong, Mereka Musuh Utama Pengguna Beat dan Honda Vario
  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.