Suara PNS Biasa: Kalau Kami Nggak Mau Kredit Bank, Jangan Ditawari Terus dong!

Suara PNS Biasa: Kalau Kami Nggak Mau Kredit Bank, Jangan Ditawari Terus dong!

Suara PNS Biasa: Kalau Kami Nggak Mau Kredit Bank, Jangan Ditawari Terus dong! (Pixabay.com)

PNS adalah profesi dengan beragam anggapan yang ada di masyarakat. Mulai dari idaman mertua, pekerjaan yang aman dan nyaman ,sampai kinerja pelayanan dari PNS yang selalu kurang optimal di mata masyarakat. Setidaknya baru itu, sebagian dari banyaknya anggapan PNS yang pernah dialamatkan orang terdekat kepada diri saya.

Namun, ada satu anggapan tentang PNS yang sangat ingin saya sangkal, setelah saya menjadi PNS sekarang. Anggapan tersebut adalah PNS sangat suka mengajukan kredit atau utang kepada bank. Anggapan itu jelas salah besar.

Padahal banyak kok para PNS muda yang merupakan kawan-kawan saya, menghindari bahkan sampai anti dengan kredit bank. Alasan mereka bank biasanya adalah faktor agama atau kepercayaan. Selain faktor tersebut, ya karena nggak mau menambah beban pikiran gara-gara punya utang di Bank.

Memang seseorang yang beprofesi PNS itu gampang untuk mengajukan kredit di bank, gampang banget malah. Tetapi, kami juga bisa pusing buat nyicil kreditnya. Oleh karena itu, kemudahan meminjam uang di bank sebuah keunggulan, tapi jebakan.

Saya katakan sebagai jebakan karena nggak sedikit oknum pegawai bank yang terkesan bekerja terlalu keras (agar nggak mengatakan maksa) untuk menawarkan kredit bagi PNS di Bank. Saya punya beberapa contoh kasusnya. Dan semua cerita yang saya sampaikan ini berdasarkan pengalaman dan cerita kawan-kawan PNS muda yang saya kenal.

Kisah pertama, ada dua orang PNS  satu angkatan dengan saya, yang tinggal di kos-kosan yang sama. Setelah beberapa bulan mereka tinggal di kos tersebut. Ada seorang pegawai bank yang menjadi penghuni baru di kos tersebut.

Seperti halnya penghuni kos yang baik, dua teman saya ini menyambut dengan ramah penghuni baru tersebut. Mulai dari kenalan perihal nama, asal sampai dengan profesi. Awalnya hubungan mereka bertiga cukup baik-baik saja.

Keadaan mulai berubah ketika kedua teman saya baru kenal selama satu sampai dua minggu dengan pegawai bank sekaligus tetangga kosnya. Oknum pegawai bank tersebut memanfaatkan momen berpapasan sehingga terjadilah obrolan ringan pada sore, malam, bahkan akhir pekan. Untuk mulai mengiming-imingi kemudahan dan bunga rendah, jika kedua teman saya ini mau mengajukan kredit di bank tempatnya bekerja.

Yang nggak diketahui oleh oknum pegawai bank itu adalah kedua teman saya ini sama sekali nggak ada niat untuk pinjam uang di bank. Yang satu alasannya karena faktor agama. Dan yang satunya lagi karena nggak mau pusing gara-gara punya utang di bank

Awalnya kedua teman saya ini nggak terganggu dan menolak secara halus tawaran tersebut. Tapi lama-lama, karena oknum pegawai bank tersebut lihai sekali mencari kesempatan untuk melakukan promo kredit, kedua teman saya ini, jadi cenderung menghindar untuk ketemu orang itu di kos. Atau minimal kalau terpaksa ketemu cukup melempar senyum saja.

Selain kisah tadi, ada satu kisah lain, saat teman saya mengajukan pembuatan kartu ATM baru karena kehilangan kartu ATM-nya. Mengurus kehilangan kartu ATM itu nggak sederhana. Sang pemilik kartu harus membuat surat kehilangan terlebih dahulu di kantor polisi terdekat.

Setelah itu, baru dia bisa mengajukan permohonan pembuatan kartu ATM baru. Selama proses pembuatan kartu ATM baru di Customer Service (CS) Bank. Sang CS mencuri kesempatan untuk menawari teman saya yang seorang PNS untuk mengambil kredit khusus PNS dari bank tersebut (sang CS tau dari seragam yang dikenakan). Katanya kredit PNS di bank tersebut akan mendapatkan promo bunga bank yang lebih terjangkau.

Saat ditawari kredit, tampang teman saya ini langsung kecut. Selain karena dia anti-bunga bank, sesuai kepercayaan yang dia anut, sehari sebelumnya, dia sempat kalut gara-gara pusing nyariin kartu ATM-nya yang hilang dan terpaksa untuk membuat surat kehilangan. Ditambah kartu ATM tersebut pengen buru-buru digunakan untuk mentransfer keluarganya di kampung.

Padahal ya usah sampe segitunya sih. Ya emang tugas CS salah satunya adalah salesman, tapi ya mbok diperhatikan juga psikologis customernya juga. Baru kehilangan kartu, malah ditawarin di luar kebutuhan.

Saya sangat menghargai segala macam profesi, tak terkecuali pegawai bank. Tapi tolong, jangan di setiap kesempatan dan peluang, kalian tawari PNS untuk mengambil kredit. Kalau kami sampai tergiur padahal kami nggak mampu melunasi utangnya. Kalian juga kan yang rugi?

Penulis: Ahmad Arief Widodo
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Lika-liku Lembur PNS: Kerjanya Luar Biasa, Dapetnya Nggak Seberapa

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.
Exit mobile version