Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Featured

Jangan Sedih jika Tidak Ada yang Mengirimkan Hampers Lebaran untuk Kamu

Shiva Vinneza oleh Shiva Vinneza
5 Mei 2021
A A
Share on FacebookShare on Twitter

Akhir-akhir ini, Instagram saya baik story maupun feed, dipenuhi dengan berbagai ads atau iklan penawaran hampers Lebaran. Sebenarnya ini akibat ulah saya sendiri. Saya mencari keyword hampers pada Instagram dan Google, otomatis algoritmanya mencatat kebutuhan saya itu, dan mulai mencekoki saya dengan berbagai penawaran hampers Lebaran.

Hampers sendiri, dari bahasanya saja sudah bukan bahasa Indonesia. Diambil dari bahasa Inggris yang artinya keranjang, juga memiliki arti lain yaitu menghalangi. Hampers lebih dikenal sebagai parsel kalau di Indonesia, yaitu hadiah yang kita berikan kepada kerabat dalam momen perayaan tertentu, seperti Lebaran, Natal, Imlek, dan lain-lain.

Menjelang Lebaran kali ini, seperti tahun-tahun sebelumnya, banyak influencer maupun selebritis membagikan hampers yang mereka terima dari kerabat. Mulai dari kue kering, makanan utama, sajadah, perlengkapan makan, dan lain-lain. Semuanya cantik dan bikin masyarakat kelas biasa jadi ingin ikut-ikutan tren berkirim hampers.

Saya pribadi, baru merasakan tradisi berkirim hampers Lebaran sejak dua tahun terakhir, tepat setelah saya bekerja di kawasan Sudirman. Sebelumnya, saat saya bekerja di pabrik, tradisi berkirim hampers tak pernah ada. Orang-orang di pinggiran kota tidak mengenal hampers. Kalaupun ada, biasanya ditujukan untuk perusahaan bukan orang per orang.

Kisah jadi berbeda setelah saya ngantor di Sudirman, saya jadi kenal dengan orang-orang yang DNA-nya tuh, Jakarta banget. Gaul gitu. Nah, mereka ini gaya hidupnya beda tipis deh sama selebgram dan influencer, jadi ikut-ikutan juga berkirim hampers.

Tahun ini, saya bersyukur karena tidak menerima hampers sebanyak tahun lalu. Hanya ada satu hampers dari mantan bos saya dulu. Dan saya pun membalas hampers kirimannya. Inilah bagian yang paling tidak saya sukai dari tradisi berkirim hampers, yaitu membalas. Memang sih, pengirim hampers tidak meminta kita untuk membalas. Ini murni ingin berbagi di momen Lebaran. Namun, sebagai masyarakat Indonesia yang tahu adat, kita jadi punya tendensi untuk kembali membalas kebaikan orang, yaitu dengan mengirimkannya hampers.

Yang membuat repot adalah, kalau orang yang mau kita kirimkan hampers ini bukan orang sembarangan. Bisa jadi bos di kantor atau kolega bisnis. Berbeda dengan hampers untuk keluarga ART di rumah, sekaleng biskuit Khong Guan sudah bikin mereka senang bukan kepalang. Tapi tidak mungkin mengirim biskuit Khong Guan untuk bos di kantor. Kita tahu dia punya selera dan berkelas. Alhasil, karyawan kelas coro macam saya jadi harus mengalokasikan uang tersendiri untuk beli hampers berkualitas.

Semakin sial karena harga hampers yang lucu dan imut di Instagram itu benar-benar mahal. Kadang isinya ya nggak penting gitu. Misalnya sabun sama sendok kayu, tapi sabunnya organik. Harganya 300 ribu, sudah sama koper elegan. Saya mikir, itu beli koper apa beli sabun sih, sebenarnya?

Baca Juga:

Bukan karena Rasanya Enak, Biskuit Khong Guan Dibeli karena Bisa Memberi Status Sosial

Nostalgia Masa Kejayaan Bata, Sepatu Jadul yang Membuat Saya Sombong saat Lebaran

Buat orang-orang kelas atas, saking banyaknya hampers yang mereka terima, kadang sama mereka ya dikasih lagi ke orang lain, atau bahkan terbuang sia-sia. Apalagi makanan cepat basi, sudahlah jumlahnya banyak, kapasitas kulkas tidak memadai. Akhirnya hampers-hampers yang tidak bermakna jadi terbuang. Padahal buat karyawan coro kaya saya, untuk membeli hampers berkelas harus mengalokasikan dana khusus. Eh, sama penerimanya malah disia-siakan. Who knows gitu, loh? secara mereka menerima banyak sekali kiriman.

Maka dari itu, kalau kamu tidak menerima hampers sama sekali di Lebaran kali ini, bersyukurlah. Bukan berarti tidak ada orang yang sayang dan perhatian denganmu. Toh, teman-temanmu tetap baik padamu, mereka bukan orang gaul dan kaya saja. Makanya mereka tidak mengirimkanmu hampers.

Lagipula, dengan tidak mendapat hampers Lebaran, kamu tidak perlu membalas hampers kiriman orang. Kamu jadi bisa menggunakan uangmu untuk memberi hampers pada dirimu sendiri. Saya lebih suka melakukan ini. Saya akan pilih kue yang paling saya suka, cookies yang paling saya suka, dan peralatan rumah yang paling saya butuhkan, sebagai hampers Lebaran untuk diri saya sendiri. Ini jauh lebih baik daripada menerima hampers orang lain, yang mungkin saja kurang sesuai dengan selera dan kebutuhanmu.

Terakhir, kalau memang kamu ingin mengirim hampers, kirimlah untuk mereka yang kira-kira tak pernah mendapat kiriman hampers. Misalnya, keluarga ART-mu di kampung, Pak Satpam kompleks, anak-anak pak sopir, petugas kebersihan, dan lain-lain. Hampers Lebaran menjadi sesuatu yang spesial buat mereka, dan memilihkannya pun mudah. Kamu tidak perlu beli sabun organik atau cookies vegan gluten free. Buat mereka, hampers berisi bahan sembako sudah terasa mewah dan sangat bermakna.

Mereka juga tidak akan membalas hampers kamu, tapi ucapan terima kasih dan raut wajah yang gembira dari anak-anak keluarga mereka, sudah lebih dari nilai hampers yang kamu berikan. Cobalah, kamu pasti bahagia melakukannya.

BACA JUGA Kok Bisa Ya Orang-Orang Dapat Hampers? dan tulisan Shiva Vinneza lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 4 Mei 2021 oleh

Tags: hampersLebaranRamadan
Shiva Vinneza

Shiva Vinneza

Public Relations yang lagi latihan menulis.

ArtikelTerkait

berbuka puasa dengan yang manis

5 Alternatif Mengawali Berbuka Puasa Selain Dengan yang Manis

22 Mei 2019
Bukan karena Rasanya Enak, Biskuit Khong Guan Dibeli karena Bisa Memberi Status Sosial

Bukan karena Rasanya Enak, Biskuit Khong Guan Dibeli karena Bisa Memberi Status Sosial

13 Oktober 2025
wonogiri

Merayakan Hari yang Fitri di Wonogiri

5 Juni 2019
pengusaha lebaran

Bulan Ramadan dan Lebaran Membuat Banyak Orang Indonesia Jadi Auto Pengusaha

30 Mei 2019
Lebaran Tahun Ini: Meski Raga Tak Bersama, Silaturahmi Tetap Harus Terjaga Berlutut dan Pakai Bahasa Jawa Kromo Adalah The Real Sungkeman saat Lebaran Selain Hati, Alam Juga Harus Kembali Fitrah di Hari yang Fitri Nanti Starter Pack Kue dan Jajanan saat Lebaran di Meja Tamu Mengenang Keseruan Silaturahmi Lebaran demi Mendapat Selembar Uang Baru Pasta Gigi Siwak: Antara Sunnah Nabi Atau Komoditas Agama (Lagi) Dilema Perempuan Ketika Menentukan Target Khataman Alquran di Bulan Ramadan Suka Duka Menjalani Ramadan Tersepi yang Jatuh di Tahun Ini Melewati Ramadan dengan Jadi Anak Satu-satunya di Rumah Saat Pandemi Memang Berat Belajar Gaya Hidup Eco-Ramadan dan Menghitung Pengeluaran yang Dibutuhkan Anak-anak yang Rame di Masjid Saat Tarawih Itu Nggak Nakal, Cuma Lagi Perform Aja Fenomena Pindah-pindah Masjid Saat Buka Puasa dan Salat Tarawih Berjamaah 5 Aktivitas yang Bisa Jadi Ramadan Goals Kamu (Selain Tidur) Nanti Kita Cerita tentang Pesantren Kilat Hari Ini Sejak Kapan sih Istilah Ngabuburit Jadi Tren Ketika Ramadan? Kata Siapa Nggak Ada Pasar Ramadan Tahun Ini? Buat yang Ngotot Tarawih Rame-rame di Masjid, Apa Susahnya sih Salat di Rumah? Hukum Prank dalam Islam Sudah Sering Dijelaskan, Mungkin Mereka Lupa Buat Apa Sahur on the Road kalau Malah Nyusahin Orang? Bagi-bagi Takjil tapi Minim Plastik? Bisa Banget, kok! Nikah di Usia 12 Tahun demi Cegah Zina Itu Ramashok! Mending Puasa Aja! Mengenang Kembali Teror Komik Siksa Neraka yang Bikin Trauma Keluh Kesah Siklus Menstruasi “Buka Tutup” Ketika Ramadan Angsle: Menu Takjil yang Nggak Kalah Enak dari Kolak Nanjak Ambeng: Tradisi Buka Bersama ala Desa Pesisir Utara Lamongan

5 Aktivitas yang Bisa Jadi Goals Kamu di Bulan Ramadan (Selain Tidur)

11 Mei 2020
Mengenang Kelahiran Anak Pertama di Bulan Ramadan Melalui Novel Ketika Cinta Bertasbih. #TakjilanTerminal05

Mengabadikan Nama Pengarang Novel ‘Ketika Cinta Bertasbih’ Menjadi Nama Anak Pertama Saya yang Lahir di Bulan Ramadan. #TakjilanTerminal05

15 April 2021
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Menanti Gojek Tembus ke Desa Kami yang Sangat Pelosok (Unsplash)

“Gojek, Mengapa Tak Menyapa Jumantono? Apakah Kami Terlalu Pelosok untuk Dijangkau?” Begitulah Jeritan Perut Warga Jumantono

29 November 2025
Nggak Ada Gunanya Dosen Ngasih Tugas Artikel Akademik dan Wajib Terbit, Cuma Bikin Mahasiswa Stres!

Dosen yang Minta Mahasiswa untuk Kuliah Mandiri Lebih Pemalas dari Mahasiswa Itu Sendiri

5 Desember 2025
Pengajar Curhat Oversharing ke Murid Itu Bikin Muak (Unsplash)

Tolong, Jadi Pengajar Jangan Curhat Oversharing ke Murid atau Mahasiswa, Kami Cuma Mau Belajar

30 November 2025
Feeder Batik Solo Trans, Angkutan yang Bikin Iri Orang Magelang Mojok.co

Feeder Batik Solo Trans, Angkutan yang Bikin Iri Orang Magelang

2 Desember 2025
Culture Shock Orang Lamongan Menikah dengan Orang Mojokerto: Istri Nggak Suka Ikan, Saya Bingung Lihat Dia Makan Rujak Pakai Nasi

Culture Shock Orang Lamongan Menikah dengan Orang Mojokerto: Istri Nggak Suka Ikan, Saya Bingung Lihat Dia Makan Rujak Pakai Nasi

2 Desember 2025
Video Tukang Parkir Geledah Dasbor Motor di Parkiran Matos Malang Adalah Contoh Terbaik Betapa Problematik Profesi Ini parkir kampus tukang parkir resmi mawar preman pensiun tukang parkir kafe di malang surabaya, tukang parkir liar lahan parkir

Rebutan Lahan Parkir Itu Sama Tuanya dengan Umur Peradaban, dan Mungkin Akan Tetap Ada Hingga Kiamat

2 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.