Saya capek. Begitulah komentar pertama saya setelah menamatkan serial Squid Game season 3. Bukan karena alur ceritanya yang menguras emosi, saya capek karena punya ekspektasi berlebihan terhadap serial Netflix yang satu ini.
Sebagai seseorang yang mengikuti Squid Game sejak awal, saya kira season ke-3 akan menjawab semua pertanyaan yang selama ini menggelayuti. Siapa sebenarnya para VIP yang suka berdandan seperti sultan gabut pesta topeng itu? Frontman juga masih penuh misteri. Hingga pertanyaan yang paling dasar, kenapa Squid Game dibentuk dan apa faedahnya bikin game berdarah-darah?
Tidak, semua rasa penasaran saya ternyata tidak terjawab di Squid Game Season 3. Saya malah tambah gemas karena semakin banyak pertanyaan usai nonton season terakhir ini.
Sinopsis singkat Squid Game Season 3 dan kemungkinan spin-off
Melanjutkan kisah season sebelumnya yang tayang Desember tahun lalu, Squid Game Season 3 menghadirkan Gihun yang semakin hopeless. Rencananya menghancurkan permainan berdarah-darah ini gagal total. Dia juga menanggung rasa bersalah karena sahabatnya, Jungbae, terbunuh di hadapannya.
Di sisi lain, detektif Hwang Junho sudah semakin dekat dengan pulau misterius tempat diadakannya Squid Game. Namun, keterlibatan Kapten Park mempersulit langkahnya dalam menemukan pulau tersebut.
Permainan terus berjalan. Semakin banyak korban berjatuhan. Enam episode menyajikan kebrutalan yang tidak kenal ampun pada tokoh-tokohnya. Saya tidak bisa ceritakan lebih banyak karena seperti yang saya katakan di judul, tidak usah ditonton. Kalian akan kecewa seperti saya. Lebih kecewa lagi saat sutradara Hwang Donghyuk tidak berencana membuat season 4, tapi malah akan membuat spin-off.
Squid Game belum perlu spin-off
Saya tidak anti spin-off. Namun, spin-off seharusnya muncul setelah semesta utamanya selesai dibangun dengan layak. Lha ini, serial masih bolong sana-sini sudah mau dibuat spin-off. Bagi saya, season 3 terasa seperti undangan ke proyek waralaba yang tidak kita minta. Terutama ketika Cate Blanchett muncul di akhir season sebagai rekruter baru.
Dan ya, rumor yang beredar makin kuat bahwa Squid Game versi Amerika akan segera dibuat. Serial ini akan menggandeng David Fincher sebagai sutradara. David Fincher sutrada Mindhunter, Gone Girl, Fight Club. Entah benar atau tidak, yang jelas, rumor ini membuat saya kembali berekspektasi lebih.
Banyak yang bilang Squid Game terasa seperti cash grab alias tontonan yang diproduksi hanya demi menghasilkan cuan. Saya setuju. Bahkan, bukan cuma cash grab, Squid Game itu gold rush kapitalisme modern. Mungkin, inilah alasan kenapa sampai penghujung season ketiga, kita tetap tidak diperlihatkan adegan penggerebekan pulau tempat digelarnya Squid Game. Kita juga tidak dijelaskan identitas sebenarnya para VIP. Semua dibiarkan menggantung semata-mata demi ceritanya yang makin panjang dan bisa dibikin series terus.
Netflix tahu betul, orang-orang akan tetap nonton. Kita semua sudah terikat secara emosional sejak season satu. Sudah terjun terlalu dalam hingga sulit berhenti. Jadi ya, go ahead, kasih aja drama separuh matang ini. Kami akan tetap nonton, lalu tetap mengeluh, lalu tetap berharap lagi.
Mungkin, seharusnya saya tidak berharap terlalu banyak
Saya tahu, seharusnya tidak perlu berharap terlalu banyak. Ini bukan kali pertama saya dikhianati serial. Saya masih ingat menunggu Game of Thrones season terakhir selama dua tahun. Dua tahun penuh teori, spekulasi, prediksi canggih dari Reddit. Saya terlanjur berekspektasi season terakhir bakal epic. Ternyata? Daenerys mati. Night King mati cuma karena satu tusukan (oleh Arya pula, bukan oleh Jon Snow The Prince Who Was Promised itu!). Bran malah jadi Raja.
Squid Game memang mengecewakan, tapi saya menulis ini bukan untuk nyinyir. Saya cuma mau bilang, di tengah dunia yang makin absurd, penonton cuma pengin cerita yang masuk akal dan punya akhir yang pantas. Bukan drama bersambung tanpa arah yang tujuannya memancing kita untuk terus berlangganan.
Ya sudahlah, mungkin saya yang terlalu berharap. Mungkin Squid Game memang tidak pernah dirancang untuk menjawab pertanyaan. Serial ini dirancang hanya untuk menghasilkan pertanyaan baru yang akan dijawab dalam spin-off, sequel, prekuel, atau kalau perlu: Squid Game: Multiverse of Debt.
Akhir kata, sampai ketemu di Squid Game versi Amerika mendatang. Saya masih belum memutuskan apakah akan menontonnya atau tidak. Sebab, sekalipun dipegang oleh strudara kawakan, tetap ada kemungkinan untuk dikecewakan. Namanya juga series cash grab.
Penulis: Wahyu Tri Utami
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA Alasan yang Bikin Saya Kecewa setelah Menonton Squid Game 2
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
