Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Kampus Pendidikan

Jangan Seenaknya Mendirikan Sekolah Swasta kalau Nggak Mampu Gaji Guru dengan Layak!

Nurhadi Mubarok oleh Nurhadi Mubarok
21 Juli 2025
A A
Orang Tua Lebih Memilih Sekolah Swasta meskipun Biayanya Mahal karena Memang Sebagus Itu, Sekolah Negeri Perlu Ngaca sekolah swasta gratis

Orang Tua Lebih Memilih Sekolah Swasta meskipun Biayanya Mahal karena Memang Sebagus Itu, Sekolah Negeri Perlu Ngaca

Share on FacebookShare on Twitter

 Ada satu ironi yang sampai kini terus berulang di dunia pendidikan Indonesia, yakni gaji guru honorer rendah, tapi dituntut untuk tetap profesional, loyal, dan berdedikasi tinggi. Sebagian besar dari mereka bekerja di sekolah swasta yang dikelola oleh yayasan. Ada yang digaji 300 ribu per bulan, ada yang sedikit beruntung digaji 800 ribu per bulan.

Kalau dipikir-pikir, gaji segitu tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti bensin, makan, dan minum selama satu bulan. Eh, emang nggak dipikir-pikir sih, emang nggak cukup, pasti nggak cukup. Parahnya lagi, dalam banyak kasus, guru tetap diminta hadir penuh, mengajar sesuai jam, ikut rapat, upacara, dan kegiatan ekstra di luar jam sekolah.

Semua itu dilakukan dengan bayaran lebih kecil daripada uang jajan anak SMA di kota besar.

Sekolah bukan warung yang bisa asal buka

Saya rasa, sudah waktunya kita membicarakan satu hal penting: jangan sembarangan membuka sekolah kalau tidak sanggup menggaji guru secara layak. Sekolah itu bukan warung kopi. Tidak bisa asal buka, asal jalan, lalu urusan gaji pegawai dipikir nanti-nanti saja. Guru bukanlah karyawan magang. Mereka orang-orang yang sudah sekolah bertahun-tahun, kuliah, ikut pelatihan, ada yang sudah lulus sertifikasi, dan bertanggung jawab mencerdaskan anak bangsa. Masak dibayar seolah mereka cuma bantu jaga parkir?

Jaga parkir aja dapetnya bisa lebih gede. Alamak.

Kalau sekolah belum bisa menggaji guru dengan layak, itu pertanda memang belum waktunya membuka sekolah. Lebih baik menunda daripada memaksakan diri dan pada akhirnya menzalimi orang lain dengan dalih sama-sama berjuang.

Mengabdi yang disalahgunakan

Yang lebih menyakitkan, praktik ini sering dibungkus dengan kalimat manis: “Ini ladang pengabdian,” atau “Ikhlas saja, insyaallah barokah.” Kalimat-kalimat semacam ini sering muncul dari mulut pengelola sekolah, yang duduk di kursi empuk, rumahnya bagus, dan punya beberapa usaha serta beberapa petak sawah—yang tidak merasakan bagaimana rasanya hidup dari gaji 300 ribu per bulan.

Saya pribadi bukan menolak konsep mengabdi. Tapi mari kita tempatkan pengabdian dalam konteks yang sehat. Pengabdian itu lahir dari kesadaran dan keikhlasan, bukan karena dipaksa oleh sistem yang buruk dan atasan yang kurang empati. Jangan jadikan kata “pengabdian” dan “ikhlas beramal” sebagai tameng untuk membenarkan pelanggaran hak guru.

Baca Juga:

Jangan Bilang Gen Z Adalah Generasi Anti Guru, Siapa pun Akan Mikir Berkali-kali untuk Jadi Guru Selama Sistemnya Sekacau Ini

Selain Gaji Kecil, Inilah 4 Sisi Gelap Menjadi Guru Sekolah Swasta yang Jarang Terekspos

Di mana peran negara?

Yang perlu kita pertanyakan adalah, mengapa sekolah-sekolah semacam itu masih dibiarkan terus beroperasi tanpa pengawasan? Bukankah membuka sekolah swasta seharusnya juga tunduk pada standar tertentu, termasuk soal kemampuan menggaji guru sesuai UMR, seperti yang diatur dalam Undang-Undang Ketenagakerjaan?

Selama ini, tampaknya negara terlalu longgar dalam mengawasi lembaga pendidikan swasta. Siapa saja bisa mendirikan yayasan, lalu membuka sekolah, dan menggaji guru dengan semampunya. Kalau mau digaji 300 ribu, ya segitu saja cukup. Kalau tidak ada uang, ya disuruh sabar dulu. Sistem ini menciptakan rantai ketidakadilan yang panjang dan menjadikan masalah guru honorer bergaji rendah tak pernah usai.

Aturan yang harus ditegakkan pada sekolah swasta

Menurut saya, sudah waktunya negara bersikap tegas. Pemerintah perlu membuat aturan yang jelas, seperti: “Setiap sekolah swasta wajib menggaji gurunya minimal sesuai UMR.” Kalau tidak sanggup, ya jangan buka sekolah dulu. Sederhana. Sama seperti membuka kafe atau restoran: kalau tidak mampu membayar barista dan koki, ya jangan memaksa buka. Masa pendidikan kita lebih rendah dari usaha dagang?

Lebih jauh lagi, sekolah yang terbukti membayar guru di bawah UMR tanpa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan harus mendapat sanksi. Sanksinya pun jangan hanya berupa teguran. Harus ada tindakan administratif, pembinaan ketat, bahkan pencabutan izin jika memang terlalu parah.

Banyak pula guru yang akhirnya pindah profesi karena tidak kuat secara ekonomi. Kita kehilangan tenaga pengajar yang potensial bukan karena mereka tidak punya komitmen, tapi karena sistem memaksa mereka bertahan di tengah ketimpangan.

Guru butuh penghargaan, bukan eksploitasi

Tentu saya sadar, tidak semua sekolah swasta berada dalam kondisi ideal. Ada sekolah kecil di pelosok yang memang berjuang bertahan. Tapi di situlah peran negara dibutuhkan. Negara harus membantu mereka dengan skema pendanaan atau insentif, bukan malah membiarkan mereka berjalan sendirian tanpa pengawasan dan menjadikan guru sebagai tumbal.

Pada akhirnya, kita harus kembali ke akar persoalan bahwa pendidikan adalah urusan serius. Jangan dikelola secara asal-asalan. Jangan remehkan profesi guru dengan menggaji mereka semaunya. Serta, jangan jadikan “pengabdian” dan slogan “ikhlas beramal” sebagai alat untuk memiskinkan orang yang sudah berjasa mencerdaskan generasi bangsa.

Jika negara terus membiarkan guru digaji rendah dan pengelola semaunya sendiri, maka sesungguhnya negara sedang membiarkan pendidikan kita jadi lahan eksploitasi, bukan ladang pencerdasan. Dan itu adalah bentuk pengkhianatan terhadap cita-cita mencerdaskan kehidupan bangsa.

Penulis: Nurhadi Mubarok
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Orang Tua Lebih Memilih Sekolah Swasta meskipun Biayanya Mahal karena Memang Sebagus Itu, Sekolah Negeri Perlu Ngaca

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 21 Juli 2025 oleh

Tags: gaji guruGuru Honorersekolah swasta
Nurhadi Mubarok

Nurhadi Mubarok

melepaskan diri dari belenggu overthinking

ArtikelTerkait

Guru Honorer Non-Serdik, Penderitaan Guru Kasta Terbawah (Unsplash)

Kasta Guru di Sekolah Negeri: Guru Honorer non-Serdik Paling Bawah, Selalu Minder, dan Bisa Dibuang Kapan Saja

21 Januari 2024
Siapa Bilang SPMB Sekolah Swasta Itu Lebih Gampang daripada Sekolah Negeri? Sini Maju!

Siapa Bilang SPMB Sekolah Swasta Itu Lebih Gampang daripada Sekolah Negeri? Sini Maju!

29 Juni 2025
Guru Asing di SMA Garuda, Lelucon Dunia Pendidikan di Awal Tahun yang Berpotensi Jadi Masalah Besar di Kemudian Hari lembaga pendidikan swasta guru honorer, sekolah swasta

Saatnya Pemilik Lembaga Pendidikan Swasta Meminta Maaf pada Guru karena Menggaji Mereka Tidak Layak!

16 September 2025
Jurusan Pendidikan Itu Memang Gampang dan Sepele kok, Beneran deh, Serius Guru

Susahnya Jadi Mahasiswa Jurusan Pendidikan: Sudah Honorer, Tertimpa Bacot Netizen Pula

20 November 2024
Suka dan Duka Menjadi Guru Laki-laki di SD Negeri (Unsplash.com)

Guru Laki-laki di SD Negeri: Banyak Duka, Senang Sewajarnya

16 September 2022
Guru Finlandia dan Indonesia Gaji Sama Rendah, Beda Beban Kerja Terminal Mojok

Guru Finlandia dan Indonesia: Gaji Sama Rendah, Beda Beban Kerja

2 Desember 2020
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Saya Pengguna Setia Transjakarta dan Setuju kalau Tarifnya Naik asal 4 Hal Ini Terpenuhi Mojok.co

Saya Pengguna Setia Transjakarta dan Setuju kalau Tarifnya Naik asal 4 Hal Ini Terpenuhi

29 November 2025
6 Hal Sepele, tapi Menyebalkan Saat Zoom Meeting Mojok

6 Hal Sepele, tapi Menyebalkan Saat Zoom Meeting

30 November 2025
8 Alasan Kebumen Pantas Jadi Kiblat Slow Living di Jawa Tengah (Unsplash)

8 Alasan Kebumen Pantas Jadi Kiblat Slow Living di Jawa Tengah

3 Desember 2025
Jalur Pansela Kebumen, Jalur Maut Perenggut Nyawa Tanpa Aba-aba

Jalur Pansela Kebumen, Jalur Maut Perenggut Nyawa Tanpa Aba-aba

2 Desember 2025
Video Tukang Parkir Geledah Dasbor Motor di Parkiran Matos Malang Adalah Contoh Terbaik Betapa Problematik Profesi Ini parkir kampus tukang parkir resmi mawar preman pensiun tukang parkir kafe di malang surabaya, tukang parkir liar lahan parkir

Rebutan Lahan Parkir Itu Sama Tuanya dengan Umur Peradaban, dan Mungkin Akan Tetap Ada Hingga Kiamat

2 Desember 2025
3 Spot Jogging di Kota Semarang yang Cocok untuk Pemula Mojok.co

3 Spot Jogging di Kota Semarang yang Cocok untuk Pemula

28 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana
  • Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih
  • Cerita Relawan WVI Kesulitan Menembus Jalanan Sumatera Utara demi Beri Bantuan kepada Anak-anak yang Terdampak Banjir dan Longsor


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.