Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Jangan Katakan Ini pada Penderita Covid-19 dan Keluarganya

Vidiyani Utari Tampi oleh Vidiyani Utari Tampi
15 Oktober 2020
A A
laporcovid-19 vaksinasi covid-19 vaksin nusantara indonesia lepas pandemi ppkm vaksin covid-19 corona obat vaksin covid-19 rapid test swab test covid-19 pandemi corona MOJOK.CO

vaksin corona obat vaksin covid-19 rapid test swab test covid-19 pandemi corona MOJOK.CO

Share on FacebookShare on Twitter

Di masa pandemi seperti ini, tertular Covid-19 menjadi sesuatu yang lumrah. Kenapa? Karena virus ini telah menyebar ke berbagai penjuru tanpa bisa benar-benar dideteksi. Penularannya pun sangat mudah. Jadi, terinfeksi Covid-19 menjadi semacam momok yang membayangi setiap warga Indonesia, termasuk saya.

Dan minggu lalu, virus itu mampir di keluarga saya. Suami saya positif Covid-19 dan harus dirawat di rumah sakit. Kami pun dibanjiri dukungan moral dan material dari keluarga dan teman-teman. Namun, di antara bentuk dukungan tersebut beberapa berupa kata-kata yang justru memperburuk suasana.

Tidak semua rasa simpati perlu diutarakan, kadang, lebih baik diam dan mendoakan kebaikan. Terutama jika Anda tidak terlalu akrab dengan orang tersebut. Jika pun Anda ingin mengungkapkan, pastikan tidak mengucapkan kata-kata berikut ini.

Kasihan

Salah satu kata yang paling mengganggu telinga dan hati saya adalah kata-kata “kasihan”. Kata-kata ini sebaiknya dipendam dalam hati, karena orang yang tertimpa musibah sungguh tak ingin dikasihani. Mereka—dalam hal ini saya—mungkin perlu bantuan dan dukungan, tapi bukan rasa kasihan. Ini justru memperburuk suasana hati.

Sebaliknya, Anda bisa memilih kata-kata lain yang lebih menenangkan. Contohnya, “semangat ya”, dan mendoakan dengan kata-kata, “Semoga Allah mudahkan”, dan lain sebagainya. Ini jauh lebih baik.

“Kemarin si X meninggal gara-gara Covid-19”

Percaya tidak percaya, ada lho yang mengatakan hal ini kepada saya. Salah seorang kawan ada yang mengatakan bahwa X (salah satu tokoh masyarakat yang memang sudah tua) meninggal karena Covid-19.

Entah apa yang diharapkannya dengan mengatakan itu, mungkin ia berpikir itu hanya informasi biasa. Tapi, bagi saya, yang suaminya baru saja masuk rumah sakit karena Covid-19, tentu mendengar kabar ini jadi sangat mengganggu.

Tolonglah ya, ceritakan hal yang bagus saja untuk membesarkan hati. Misal, ceritakan tentang orang yang sudah tua dan bisa sembuh dari Covid-19. Atau siapa saja kenalan yang sudah sembuh dari Covid-19 walaupun gejalanya parah. Ini akan membuat hati si penderita jadi lebih tenang.

Baca Juga:

Pengalaman Rawat Inap BPJS Kelas 3, Kenalan dengan Pasien Sekamar Berakhir Jadi Kawan

Derita Menyandang Status Sarjana Pertama di Keluarga, Dianggap Pasti Langsung Sukses Nyatanya Gaji Kecil dan Hidup Pas-pasan

Menceritakan kabar hoax

Ini juga sempat saya dengar dari seorang kawan. Si kawan tiba-tiba menelepon setelah mendengar kabar tentang keluarga saya, kemudian bilang, “Aku kaget lho, aku kira bakal kayak di video-video itu yang blablabla.” Intinya ia menonton video terkait Covid-19 yang menurut saya itu hoax.

Sebenarnya sih saya gemas sekali ketika mendengar dia bicara begitu. Tapi, daripada saya malah emosi, yaa saya dengarkan dan jawab seperlunya saja. Dan semoga tidak ada lagi yang mengalami hal yang sama dengan saya.

Menceritakan ulah nyebelin tetangga

Sudah menjadi rahasia umum kalau di negeri tercinta ini banyak stigma yang melekat pada penderita Covid-19, seolah tertular Covid-19 itu adalah aib dan orangnya harus dijauhi sejauh mungkin. Ada seorang kawan yang bercerita bahwa ketika ayahnya meninggal, tetangganya menjauh karena mengira ayahnya itu meninggal akibat Covid-19. Padahal sebenarnya bukan.

Nah, saya sendiri tidak merasakan hal ini. Sebagai orang yang cukup ansos dan tidak kenal banyak tetangga, saya bisa dibilang tidak merasakan efek “dijauhi tetangga”. Namun, lagi-lagi, ada juga kawan yang bilang pada saya tentang hal itu.

“Eh, kemarin saya lihat ada ibu-ibu nunjuk-nunjuk ke arah sini (rumah saya), mungkin dia tahu,” ucapnya.

Well, bagi saya sih kata-kata dia itu lebih mengganggu dibanding ulah si ibu-ibu yang dia ceritain. Karena saya sungguh tidak peduli dengan apa yang dilakukan tetangga terkait status kami yang positif. Jadi tidak perlulah melaporkan hal itu pada saya.

Lalu bagaimana sebaiknya kita bersikap ketika ada teman atau tetangga yang positif Covid-19?

Pertama, lihat dulu, apakah kita cukup akrab dengan orang itu? Jika iya, beri dukungan dan semangat dengan menghubunginya. Tapi, jika tidak, cukup doakan. Mendoakan secara diam-diam itu baik, lho.

Kedua, jika kita cukup akrab, tawarkan bantuan. Tanyakan apa keperluannya. Jangan juga langsung begitu saja memberikan sesuatu, padahal sebenarnya dia tidak butuh itu. Saya sendiri justru kewalahan menerima kiriman makanan dalam jumlah yang banyak, salah satunya buah-buahan.

Misalnya ingin mengirimkan makanan, tanyakan dulu makanan yang dia suka. Kalau kita cukup akrab, seharusnya dia tidak akan malu-malu bilang kalau memang perlu sesuatu.

Ketiga, menjadi pendengar yang baik. Di beberapa situasi, kita bisa membantu hanya dengan menyodorkan telinga secara tulus alih-alih banyak bicara.

BACA JUGA Kuliah Capek-Capek Kok Cuma Jadi Ibu Rumah Tangga, Lha Emang Kenapa? dan tulisan Vidiyani Utari Tampi lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 14 Oktober 2020 oleh

Tags: covid-19Keluargapasien
Vidiyani Utari Tampi

Vidiyani Utari Tampi

IRT yang senang menulis dan begadang.

ArtikelTerkait

Enggan Jadi Keluarga Fasis: Kumpulan Surat dari Seorang Ayah untuk Anaknya

Enggan Jadi Keluarga Fasis: Kumpulan Surat dari Seorang Ayah untuk Anaknya

30 Januari 2023
tips menjadi menantu idaman mertua idaman mojok.co

Menjadi Mertua dan Menantu Idaman Tidak Semudah Tips Suksesnya, Sist

10 Agustus 2020
PTM sekolah tatap muka mojok

Yang Divaksin Orang Dewasa, yang Masuk Sekolah Anak SD: PTM Jadi Kebijakan Paling Pekok

28 September 2021
Mengenal Kegunaan Masker Transparan yang Dipakai Teman Tuli hingga Artis Korea Terminal Mojok

Mengenal Kegunaan Masker Transparan yang Dipakai Teman Tuli hingga Artis Korea

25 Januari 2021
Magang di Pengadilan Agama Bikin Saya Lebih Realistis dalam Memandang Pernikahan broken home

Sulitnya Menjadi Anak Broken Home

18 Februari 2023
5 Rekomendasi Merek Susu selain Susu Beruang biar Nggak Rebutan terminal mojok.co

4 Rekomendasi Merek Susu selain Susu Beruang biar Nggak Rebutan

5 Juli 2021
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

3 Alasan Soto Tegal Susah Disukai Pendatang

3 Alasan Soto Tegal Susah Disukai Pendatang

30 November 2025
Nasi Goreng Palembang Nggak Cocok di Lidah Orang Jogja: Hambar!

Nasi Goreng Palembang Nggak Cocok di Lidah Orang Jogja: Hambar!

1 Desember 2025
Desa Ngidam Muncar, Desa Terbaik di Kabupaten Semarang (Unsplash)

Desa Ngidam Muncar, Desa Terbaik di Kabupaten Semarang dengan Pesona yang Membuat Saya Betah

4 Desember 2025
Tidak seperti Dahulu, Jalanan di Solo Kini Menyebalkan karena Semakin Banyak Pengendara Nggak Peka Mojok.co

Tidak seperti Dahulu, Jalanan di Solo Kini Menyebalkan karena Semakin Banyak Pengendara Nggak Peka

1 Desember 2025
Rekomendasi Tempat Jogging Underrated di Semarang, Dijamin Olahraga Jadi Lebih Tenang Mojok.co

Rekomendasi Tempat Jogging Underrated di Semarang, Dijamin Olahraga Jadi Lebih Tenang

3 Desember 2025
Alasan Orang Solo Lebih Hafal Jalan Tikus daripada Jalan Utama

Alasan Orang Solo Lebih Hafal Jalan Tikus daripada Jalan Utama

30 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.