Jangan Jadi Tukang Mahar dan Seserahan Kalau Kamu Masih Jomblo

Jangan Jadi Tukang Mahar dan Seserahan Kalau Kamu Masih Jomblo

Dewasa ini, bisnis di bidang penikahan sedang menggeliat dan banyak dilirik oleh kaum muda. Bisnis bidang pernikahan dianggap sebagai salah satu bisnis yang tidak akan mati. Sebab sepanjang masih ada peradaban manusia (Insyaallah) akan terus ada orang yang menyelenggarakan hajat pernikahan. Ya masak, jomblo-jomblo di luaran sana nggak bercita-cita untuk duduk di pelaminan bersama si dia? Ditambah lagi, trend nikah muda yang banyak dikampanyekan oleh mereka yang berkepentingan buat jualan, sedang menjamur di masyarakat kita.

Kebutuhan penyelenggaraan resepsi penikahan yang banyak, memunculkan banyak sekali peluang usaha di bidang pernikahan ini. Coba kita list saja, paling tidak orang mau kawinan pasti mencari jasa make up, katering, souvenir, dekor, foto, dan video. Buat anak-anak milenial yang berduit, daftar ini masih ditambah dengan prewed, wedding clip, welcome sign, seragam bridesmaid, attire guide, hias seserahan dan mahar, dan sederet tuntutan pernikahan kekinian yang kalau di list daftarnya semakin banyak saja.

Mengutip status Kepala Suku Mojok dalam status Facebook-nya, “Ongkos pernikahan itu kayak maju sebagai calon bupati, sebanyak apa pun uangmu nggak akan cukup. Karena begitu uangmu banyak, akan semakin banyak yang tiba-tiba merasa harus diadakan dan dipenuhi.

Salah satu faktor yang membuat nikahan sekarang menjadi semakin ribet tentunya karena adanya layar riya’ Instagram. Orang-orang berlomba-lomba biar momen sekali seumur hidup itu bisa dipamerkan disimpan buat kenangan di Instagram. Koentjinya adalah: Instagram-able. Hal ini tentu saja mau nggak mau memacu para vendor nikahan termotivasi untuk selalu menyiapkan ide-ide segar demi mencuri hati calon klien. Melakukan inovasi, mengasah ide-ide baru, dan tentu saja memantau trend vendor pernikahan artis Ibu Kota.

Salah satu vendor yang turut meramaikan nikahan Instagram-able adalah jasa hias seserahan dan mahar. Seserahan atau hantaran adalah barang yang diberikan pihak mempelai laki-laki kepada pihak mempelai perempuan yang biasanya merupakan kebutuhan perempuan dari ujung kepala sampai ujung kaki. Jangan salah, walaupun nggak keliatan se-wah dekor atau MUA, seserahan dan mahar ini juga ada trend yang terus berkembang.

Selama merintis usaha  jasa hias seserahan dan mahar, saya sudah bertemu dengan banyak klien dengan beragam latar belakang. Karena dianggap sudah berpengalaman dan punya banyak klien, nggak jarang tukang mahar dan seserahan jadi tempat curhat dan para klien. Lha wong katanya orang yang mau nikah itu banyak sekali ujiannya, ya wajar kalau tukang seserahan dan mahar ini sering kena dampak hanya gara-gara warna bunga yang dipakai tidak seperti kemauan calon pengantin putri. Belum lagi harus sok-sok an ngasih saran, ngasih nasihat, kadang-kadang malah harus mendamaikan perseteruan calon pengantin yang bersitegang.

Lha yang jadi masalah gimana kalau tukang seserahan dan maharnya jomblo? Wah ini sih harus siap-siap untuk baper. Wis berat pokoknya, kamu nggak akan kuat, biar aku aja. Selama jadi tukang seserahan mahar jomblo, paling nggak kamu harus siap menghadapi kebaperan-kebaperan ini.

Satu: Baper ngeliat pasangan mengumbar kemesraan

Ya namanya juga pasangan yang lagi bahagia karena mau nikah. Gunung kan kudaki lautan kan kuseberangi akan berganti dengan, “Ya nggak apa-apa, Sayang. Kamu penginnya kayak gimana bilang aja, nanti aku yang bayar. Kamu terlalu berharga buat dikasih yang sekadarnya.” Eaaaa, jomblo can’t relate.

Dua: Baper ngeliat pertengkaran

Kebalikannya yang pertama, ngeliat pasangan berantem, pisuh-pisuhan, bahkan ada yang hampir batal nikah juga bikin hati cenat-cenut. Lha yang cuma disuruh ngehiasin seserahan dan mahar aja bisa kebawa perasaan sedih kalau menghadapi situasi seperti ini, apalagi yang mengalaminya sendiri. Wis semoga nggak ada lagi ketar-ketir karena baca WhatsApp dari klien yang isinya, “Punya saya nggak usah dikerjakan, Mbak. Saya batal nikah.” Jleb. Ambyaar akutu kalau disuruh ngadepin yang kaya gini.

Tiga: Baper ngadepin pertanyaan rangorang

Nanyain urusan pribadi orang adalah salah satu bentuk sok peduli yang kadang ra mashok. “Bikin mahar terus kapan dikasih mahar, Mbak?” atau “Kakean ngurusi nikahane wong, kapan ngurusi nikahane dewe, Mbak?” Ha rumangsamu kene ki ra pengen rabi po piye? Hayo jelaaas tho, pengeen. Sebenernya ini nggak melas-melas banget gini juga sih, biar mendramatisir ajaaa.

Empat: Baper bayangin biaya nikah

Baper yang terakhir tentu saja ya baper kenapa kok biaya nikah sekarang kok tinggi banget. Biasanya kalau ada klien yang dateng, saya suka nanya-nanya pesiapan dia. Maka akan muncul angka-angka yang fantastis. Ha piye, buat make up sehari aja kok ya bisa habis belasan juta, itu gincunya terbuat dari apa? Lha apa ya ndak eman kalau selese acara ngapus duit belasan juta dari muka. Belum lagi biaya-biaya lain yang kayaya kok banyak banget. Baper mikirin budget nikah akan semakin terasa maktratap kalau inget dalam kepercayaan orang Jawa tahun ini adalah tahun duda, tahun yang nggak boleh dipake buat nikah karena dipercaya akan membawa pada perceraian. Duh, remuk tukange mahar.

Jadi ya gitu. Jadi tukang mahar dan seserahan yang jomblo adalah salah satu ujian dunia yang juga harus dimenangkan. Ujiannya berat, kamu nggak akan kuat. Apalagi kalau harus halu memusingkan budget resepsi, lha wong calonnya saja belum tampak hilalnya. Wkwkwk, tangio turumu kesuwen.

BACA JUGA Tips Bikin Acara Nikah dengan Budget < 100 Juta di Jakarta atau tulisan Farida Rachmawati lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version