“salam interaksi bun”
Saya yakin, kalian yang masih main Facebook pasti nemu konten atau komen sejenis di beranda kalian. Yak, betul, itu adalah komen dan konten buatan para emak-emak FB Pro yang sedang berjuang monetisasi atau apalah itu.
Beberapa orang mengeluh dengan konten tersebut. Selain dianggap nyampah, konten tersebut dianggap tak berkualitas dan nggak ada value yang ditawarkan. Lagi-lagi, akhirnya dianggap nyampah. Alih-alih jadi hiburan, justru bikin orang punya alasan kuat untuk cabut dari Facebook.
Saya pun begitu. Banyak kawan saya yang beralih jadi kreator FB Pro. Saya tak ada masalah awalnya, tapi lama-lama juga ngerasain hal yang sama. Tapi saya masih bisa sedikit memahami, dan tidak memutus silaturahmi (alias unfriend). Justru saya agak kasihan dengan mereka.
Gelombang FB Pro ini mirip dengan gelombang orang ingin jadi YouTuber pada 2015. Semua orang berbondong-bondong bikin konten seadanya berharap bisa meraih cuan. Saya sempat ikut gelombang itu, meski baru mencoba terjun 2019, hasilnya pun gagal total. Selain saya tak punya waktu banyak, saya tak berdedikasi penuh jadi YouTuber.
Tapi emak-emak FB pro ini beda, dedikasi mereka penuh dan tidak bisa diremehkan. Hanya saja, dunia konten kreator memang tak pernah ramah dan mudah.
Orang buta menuntun orang buta
Saya tak bisa dibilang ahli perkara konten, tapi ya saya tahu logika-logika di baliknya. Bagaimanapun, sebagai penulis artikel, saya juga kudu memahami hal beginian. Tulisan, video, konten apa pun itu, sama saja intinya, ada banyak hal yang perlu diperhatikan agar hasilnya bagus. Ada tuntunannya lah.
Nah, di sinilah masalahnya. Dari komenan konten FB pro yang saya lihat, banyak yang ngasih tuntunan lumayan mindblowing bagi saya, untuk tidak mengatakannya ngawur.
Misalnya, kualitas video/foto punya kemungkinan meraih audiens lebih baik. Pada dasarnya, iya. Para YouTuber kawakan yang ada dan kreator konten yang ada alat-alatnya nggak ada yang jelek. Kaliber tinggi semua. Kenapa? Ya agar kontennya enak dilihat. Ini hukum paling dasar sih, meski tidak harus sebegitunya juga soalnya menurut saya, smartphone midrange masa kini sudah bisa jadi senjata mumpuni.
Tapi, di komenan FB Pro yang pernah saya lihat, ada yang bilang, kalau pake Samsung S24, kemungkinan meraih audiens dan monetisasi jadi lebih tinggi. Iki edan nek iki. Sopo kuwi sing ngomong? Wong endi kui? Kurang ajar kuwi.
Ini yang jadi masalah menurut saya: orang buta menuntun orang buta. Ilmu yang dasarnya entah dari mana, disebarkan, dijadikan tuntunan. Apalagi banyak kreator yang dasarnya tak pernah belajar bagaimana bikin konten dan lingkungannya juga isinya bukan para konten kreator. Ya mau belajar dari mana? Jangan kaget kalau kualitas kontennya kayak gitu.
Sudahlah mereka buta, dituntun yang sama-sama buta, jadinya buta berjamaah.
Bantu para kreator FB Pro agar bisa bikin konten berkualitas
Jujur saja saya kasihan sih sama mereka-mereka ini. Bunda-bunda dan bapak-bapak FB Pro ini hanya mencoba peruntungan mereka di dunia konten, sayangnya kena hujat atas ketidaktahuan mereka. Padahal bikin konten itu nggak gampang, coba lihat berapa podcast yang gagal? Pendengarnya pun hanya kawan-kawan yang nggak enak kalau nggak dengerin.
Menurut saya sih, sudah saatnya ada yang mau turun tangan untuk bikin panduan yang beneran membantu, biar kreator FB Pro nggak dihujat. Nggak usah diajari algoritma wis, ra kabeh wong sing paham teknologi pun bisa memahami. Ajari aja konten yang bagus itu butuh perencanaan, pahami niche, dan produksinya kudu serius. Udah gitu aja.
Kasih tahu template yang bagus itu bisa didapat dari mana. Atau kasih referensi konten mudah tanpa harus edit berat. Intinya dibantu aja lah, dituntun yang tenanan. Jangan biarkan orang buta menuntun mereka terlalu jauh.
Akhir kata, janganlah dihujat terus-terusan. Para kreator konten kawakan yang ada dulunya juga memulai dengan jelek. Nggak semua kayak Mylyhya yang tiba-tiba bagus, nggak semua bisa meledak dari awal kayak Eripras. Semua butuh perjalanan, setidaknya beri petunjuk arah ke mana mereka harus berjalan.
Setidaknya dimulai dengan tidak semua konten harus dikomen dengan “salam interaksi”. Itu aja dulu.
Penulis: Rizky Prasetya
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Bunda-bunda Kreator FB Pro Adalah Bukti Nyata Kalimat “Mulai Aja Dulu”