Jangan Hanya Demo Suarakan Hak Petani, Indonesia Juga Krisis Petani Muda!

Jangan Hanya Demo Suarakan Hak Petani, Indonesia Juga Krisis Petani Muda! terminal mojok.co

Jangan Hanya Demo Suarakan Hak Petani, Indonesia Juga Krisis Petani Muda! terminal mojok.co

Saya anak petani tulen alias orang tua saya kedua-duanya adalah petani. Mereka memadu kasih di sawah sejak masih muda sampai kini semakin uzur. Setelah lulus dari perguruan tinggi, kesibukan saya sehari-hari adalah membantu kedua orang tua di sawah. Seumur hidup menjadi anak petani, saya baru benar-benar tahu cara mencangkul setelah lulus. Malu-maluin banget, kan?

Di kampung saya—yang notabene masyarakatnya memiliki sawah—sudah tidak ditemukan lagi pemuda yang ikut serta mengolah sawah bersama orang tuanya. Satu-satunya adalah saya. Bukan berlebihan, ini benar-benar nyata adanya. Kalau tidak percaya, silakan berkunjung saja ke sini: Kampung Cerelek, Desa Gunung Sembung, Kec. Pagaden, Kabupaten Subang, Jawa Barat.

Anak muda di sini kebanyakan bekerja di pabrik-pabrik. Mungkin itu alasan mereka tidak bisa ikut mengurusi sawah atau sekadar mengantarkan orang tua ke sawah di pagi hari. Namun sayangnya, sering saya temukan mereka hanya asyik nongkrong dan main gim di waktu senggang. Ya, itu memang hak mereka dalam memilih jalan ninjanya.

Sementara itu, generasi petani di kampung saya saat ini kalau dari perkiraan saya, usianya rata-rata sekitar lebih dari 50 tahunan. Lantas, siapa kelak yang akan mengolah sawah-sawah tersebut? Atau kelak sawahnya justru akan dijual untuk dibangun pabrik? Terus, siapa yang akan menjaga ketahanan pangan? Mau impor? Aduh jangan, Lur! Negeri agraris, kok, malah impor banyak bahan pangan?

Saya yakin krisis petani muda seperti ini bukan hanya terjadi di kampung saya. Pernyataan saya ini nggak asal, saya punya alasannya.

Pagi itu, untuk yang kesekian kalinya saya ikut ke sawah. Setelah makan dengan sayur oyong yang rasanya amazing banget buatan ibu, ditemani udara sejuk, saya membuka aplikasi Instagram. Ada satu notifikasi DM dari kakak saya yang isinya adalah postingan Ridwan Kamil, Gubernur Provinsi Jawa Barat.

Di postingan tersebut blio menyampaikan—dengan ciri khasnya yang selalu menyelipkan humor di setiap kepsennya—bahwa di awal Februari 2021 Pemprov Jabar akan merekrut 5.000 anak muda yang mau menjadi petani. Gimana? Betul, kan, Indonesia itu butuh para petani muda?

Lantas, Kang Emil menjelaskan bahwa langkah ini merupakan bagian dari revolusi pertanian 4.0 Jawa Barat. Para petani nantinya akan diberi modal oleh Bank BJB dan hasil panennya langsung dibeli oleh PT Agro Jabar. Dengan gagasan ini, saya yakin akan tercipta ekosistem industri pertanian yang baik. Apalagi kalau ini dibarengi manajemen hasil panen yang baik pula, hasilnya akan sangat mengagumkan, bukan?

Tidak ada lagi nanti yang namanya males panen seperti yang dilakukan para petani cabai di Waled, Cirebon pada 2017 lalu karena harga cabai yang tiarap serendah-rendahnya. Tidak ada lagi lulusan IPB garis lurus—sebutan saya untuk mereka yang mengambil jurusan Pertanian—yang tersesat menjadi pegawai bank. Punten, saya tidak bermaksud untuk menjelekkan suatu profesi. Namun, Pakde Jokowi pernah menyindir lulusan IPB dalam pidatonya di Dies Natalis IPB ke-54.

Menurut saya, wajib hukumnya bagi provinsi lain untuk mencontoh program ini. Namun, tentu nggak asal njiplak, ya.

Di video singkat itu, Kang Emil juga menjelaskan bahwa para petani muda ini tidak hanya akan diberi modal dan dijamin hasil panennya, tetapi juga dibimbing untuk menjadi petani modern dengan Sistem Pertanian Infus. Ya, kurang lebih semacam teknik penyiraman tanaman gitu, lah. Untuk pengoptimalan penggunaan tanah, pemerintah juga akan meminjamkan lahan berupa green house (GH) yang terletak di Wanaraja, Kabupaten Garut.

“Kenapa green house? Karena tidak terpengaruh iklim sehingga bercocok-tanam bisa 12 bulan. Konvensional biasanya 9 bulan, 3 bulannya tanah kering karena cuaca ekstrem,” jelasnya.

Hal ini yang kemudian semakin mendorong saya sebagai bagian dari anak muda untuk mantap jadi seorang petani. Jika di dunia One Piece-nya Eichiro Oda membutuhkan para supernova seperti Luffy, Zoro, Kid, Law, dan Killer untuk menciptakan kedamaian pada era bajak laut yang baru. Indonesia justru membutuhkan para milenial untuk menciptakan ketahanan pangan di era 4.0 ini.

Jadi, buat anak muda, khususnya wilayah Jawa Barat dan pernah ikut demo demi memperjuangkan hak para petani, hayu gaskeun! Jadilah masa depan Indonesia. Eaaak ~

BACA JUGA Tips Jadi Petani Pemula bagi Sarjana Pengangguran yang Peduli Agraria

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.
Exit mobile version