Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Jalanan Jogja Semakin Parah. Sama Parahnya seperti Kota Surabaya yang Menjadi Kota Paling Macet di Indonesia

Taufik oleh Taufik
11 Januari 2024
A A
Fakta Buruknya Kondisi Jalanan di Jogja dan Surabaya (Unsplash)

Fakta Buruknya Kondisi Jalanan di Jogja dan Surabaya (Unsplash)

Share on FacebookShare on Twitter

Musim liburan adalah salah 1 musim paling sibuk bagi warga Jogja dan Surabaya. Salah satunya untuk menilai kendaraan dengan plat mana saja yang paling ngawur saat berkendara. Hasilnya sudah bisa diprediksi. Plat B tentu saja ada di urutan paling atas, disusul plat K, H, D, dan L.

Menggambarkan cara berkendara, termasuk ketertiban saat berkendara berdasarkan plat ini jelas sangat subjektif dan generalisasi. Fakta pentingnya adalah bahwa di mana pun, termasuk di Jogja dan Surabaya, ada banyak orang dengan cara berkendara yang tidak tertib, bahkan cenderung ngawur.

Nah, tulisan ini seharusnya sudah bisa menjelaskan tidak perlunya penilaian-penilain termasuk over-generalisasi terhadap pengendara berdasarkan plat tersebut. Namun, karena hal ini sudah kadung menjadi tren, maka, mari kita bikin perbandingan ketertiban para pengendara antara 2 daerah yang keduanya pernah sama-sama saya tinggali.

Pengendara ugal-ugalan di Jogja dan Surabaya

Saya pindah ke Surabaya sekitar 1 dekade yang lalu. Pertama kali sampai di sana, saya mengira tidak akan menemukan budaya ngebut dan ugal-ugalan seperti di kampung. Nyatanya, banyak pengendara di jalanan Surabaya yang gemar sekali berkendara dalam kecepatan yang tidak wajar. 

Bahkan di gang-gang sempit yang hanya cukup untuk 2 motor berpapasan. Banyak yang membawa kendaraan (terutama motor) dengan kecepatan tinggi seperti sudah siap mati.

Selain itu, ada budaya dari para pengendara di Surabaya dan Jogja yang seolah-olah menganggap jalanan adalah sirkuit MotoGP. Mereka suka sekali membahayakan orang lain. Biasanya terjadi di jalan besar, di lokasi lampu merah (biasanya menerobos lampu atau ngeblong kalo bahasa orang Jogja), atau bahkan di gang kecil. Ya, ternyata pengendara ugal-ugalan di Jogja dan Surabaya sama saja.

Tidak taat aturan

Nah, kalau soal tidak taat peraturan, orang Jogja lebih parah ketimbang orang Surabaya. Orang berkendara tanpa menggunakan helm serasa hal yang biasa saja. Padahal, ketika masih di Surabaya, teman-teman saya yang katanya lebih suka jadi pembangkang itu masih mau pakai helm.

Di Jogja, saya menemukan pemandangan yang juga berbeda dari Surabaya. Akamsi menjadi salah 1 jenis pengendara yang merasa melanggar aturan adalah mubah. Seolah-olah tidak masalah jika melanggar, toh tidak akan kena tilang, atau mentok-mentok tidak akan berani ditegur pengendara lain. 

Baca Juga:

5 Rekomendasi Kuliner Babi Surabaya untuk Kalian yang Menghabiskan Cuti Natal di Kota Pahlawan

Harga Nuthuk di Jogja Saat Liburan Bukan Hanya Milik Wisatawan, Warga Lokal pun Kena Getahnya

Dan sepertinya, tingkat toleransi orang lain terhadap para pelanggar juga tinggi sekali. Melanggar marka ya silakan, tidak pakai helm ya monggo-monggo saja. Melawan arus, sangat diperbolehkan. Miris!

Sama-sama macetnya

Macet sudah jadi makanan sehari-hari untuk orang Jogja. Kendaraan semakin banyak, sementara jalanan di sana terbilang sempit. Solo Pos pernah merilis data jumlah kendaraan bermotor yang mengaspal di Jogja pada 2022. Jumlahnya mencapai 3.274.030 kendaraan, jauh lebih besar dibandingkan dengan UMP-nya yang hanya 1.840.915,53 HAHAHAHA.

Angka di atas pasti bertambah di masa liburan. Makanya, kemacetan di berbagai sudut daerah istimewa ini sudah jadi hal biasa. Lucunya, jumlah kendaraan di Jogja, yang wilayahnya lebih kecil dari Surabaya, sudah mendekati. Di Surabaya, jumlah kendaraan yang tercatat “cuma” 3.675.180.

Segitu saja sudah bikin macet, padahal Pemkot sudah sering membenahi kondisi jalanan. Tidak mengherankan, Surabaya dinobatkan sebagai kota termacet di indonesia oleh Global Traffic Scorecard pada 2022 lalu.

Permasalahan trotoar

Untuk perkara trotoar, saya melihat bahwa ada kebiasaan beberapa orang. Misalnya, di Surabaya, banyak pengendara menjadikan trotoar sebagai jalur untuk mendahului. Saya melihat kenekatan ini berangkat dari kurangnya rasa empati terhadap para pejalan kaki. Selain itu, karena budaya jalan kaki juga mulai ditinggalkan masyarakat.

Berbeda dengan Jogja di mana pengendara dan pejalan kaki nggak bisa naik trotoar. Lha gimana, wong trotoar yang ukurannya besar, penuh pedagang kaki lima. Fakta menariknya adalah, hanya ada 2 trotoar di Jogja yang bersih dari pedagang kaki lima. Pertama, di daerah Tugu serta sepanjang Malioboro. Kedua, trotoar yang belum dibangun HAHAHAHAHA.

Penulis: Taufik

Editor: Yamadipati Seno

BACA JUGA Setelah Kuliah di Jogja, Kota Ini Tak Lagi Terlihat Istimewa

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 20 Januari 2024 oleh

Tags: ibu kota jawa timurjawa timurJogjaKota JogjaKota SurabayaSurabayatrotoar jogjau
Taufik

Taufik

Ide adalah ledakan!

ArtikelTerkait

Jember Paling Jago Menjaga Jalan Rusak Tetap Rusak (Wikimedia)

Jember Layak Mendapatkan Penghargaan Sebagai Daerah Terbaik yang Paling Berhasil Menjaga Jalan Rusak Tetap Terpelihara

21 September 2025
Jogja Istimewa: Realitas atau Ilusi? kill the DJ

Jogja Istimewa: Realitas atau Ilusi?

10 Mei 2022
Pengalaman Naik DayTrans dari Surabaya ke Jogja yang Menuntut Kesabaran Terminal Mojok

Pengalaman Naik DayTrans dari Surabaya ke Jogja yang Menuntut Kesabaran

17 November 2022
Merasakan Kehidupan di Nganjuk, Kabupaten yang Biasa Aja Namun Tetap Nyaman Ditinggali

Merasakan Kehidupan di Nganjuk, Kabupaten yang Biasa Aja Namun Tetap Nyaman Ditinggali

29 April 2023
Angkringan Jakarta Bikin Orang Jogja Ngelus Dada Mojok.co

4 Alasan Angkringan Jakarta Bikin Orang Jogja Kecewa

18 Maret 2025
8 Ciri Warung Nasi Pecel yang Sudah Pasti Tidak Enak (Shutterstock)

8 Ciri Warung Nasi Pecel yang Sudah Pasti Tidak Enak dan Cukup Sekali Saja Dikunjungi

18 Oktober 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Toyota Vios, Mobil Andal yang Terjebak Label "Mobil Taksi"

Panduan Membeli Toyota Vios Bekas: Ini Ciri-Ciri Vios Bekas Taxi yang Wajib Diketahui!

18 Desember 2025
Derita Jadi Pustakawan: Dianggap Bergaji Besar dan Kerjanya Menata Buku Aja

Derita Jadi Pustakawan: Dianggap Bergaji Besar dan Kerjanya Menata Buku Aja

23 Desember 2025
Mengenal ITERA, Kampus Teknologi Negeri Satu-satunya di Sumatra yang Sering Disebut Adik ITB

Mengenal ITERA, Kampus Teknologi Negeri Satu-satunya di Sumatra yang Sering Disebut Adik ITB

20 Desember 2025
5 Rekomendasi Kuliner Babi Surabaya untuk Kalian yang Menghabiskan Cuti Natal di Kota Pahlawan

5 Rekomendasi Kuliner Babi Surabaya untuk Kalian yang Menghabiskan Cuti Natal di Kota Pahlawan

22 Desember 2025
Tips Makan Mie Ongklok Wonosobo agar Nggak Terasa Aneh di Lidah

Tips Makan Mie Ongklok Wonosobo agar Nggak Terasa Aneh di Lidah

22 Desember 2025
Dosen Bukan Dewa, tapi Cuma di Indonesia Mereka Disembah

4 Hal yang Perlu Kalian Ketahui Sebelum Bercita-cita Menjadi Dosen (dan Menyesal)

17 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Melacak Gerak Sayap Predator Terlangka di Jawa Lewat Genggaman Ponsel
  • Regenerasi Atlet Panahan Terancam Mandek di Ajang Internasional, Legenda “3 Srikandi” Yakin Masih Ada Harapan
  • Jogja Mulai Macet, Mari Kita Mulai Menyalahkan 7 Juta Wisatawan yang Datang Berlibur padahal Dosa Ada di Tangan Pemerintah
  • 10 Perempuan Inspiratif Semarang yang Beri Kontribusi dan Dampak Nyata, Generasi ke-4 Sido Muncul hingga Penari Tradisional Tertua
  • Kolaboraya Bukan Sekadar Kenduri: Ia Pandora, Lentera, dan Pesan Krusial Warga Sipil Tanpa Ndakik-ndakik
  • Upaya “Mengadopsi” Sarang-Sarang Sang Garuda di Hutan Pulau Jawa

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.