Rebranding Jakarta Timur menjadi “The Boy Next Door of Jakarta”
Daripada mengatakan kalau Jakarta Timur itu Jakarta Coret hanya karena jauh atau nggak glamor, lebih baik kita terima kenyataan bahwa Jakarta memang luas dan banyak wajahnya. Dan Jakarta Timur adalah wajah The Boy Next Door dari Jakarta. Alias, anak yang baik.
Dengan karakternya yang pengertian dan relatable, Jakarta Timur menawarkan perlindungan dari mahalnya Ibu Kota. Kos dan kontrakan di sini masih terjangkau. Cukup mengeluarkan seperlima dari UMR Jakarta aja udah bisa menyewa tempat tinggal yang relatif nyaman.
Lebih lanjut lagi, Jakarta Timur juga punya kesan humble akan kecemerlangannya. Jaksel memang punya skor IPM tertinggi di Jakarta. Tapi jangan salah, nomor duanya adalah Jakarta Timur. Meski begitu, warga Jakarta Timur mah humble aja sama predikat itu dan tetap pede dengan logat Betawi tipisnya instead of using English campur-campur Indonesia everyday.
The Boy Next Door ini juga siap mengantarmu ke mana-mana. Ke tol Transjawa? Mesti lewat Jakarta Timur. Mau ke luar negeri? Bandara Halim siap melepas keberangkatanmu ke destinasi impian. Saking tanpa pamrihnya, kota ini rela kok dilintasi doang tanpa dihampiri pelancong.
Kota ini juga inklusif dan masih menjaga semangat saling membantu. Tau nggak apa slogan ibu-ibu PKK dimari? “Nyok bareng-bareng kite jage dan kite bangun Jakarta Timur!” Sangat guyub kan?
Yah, meski sesekali ada tetangga yang kelewat guyub hingga keponya jadi offside sih. Tapi itu masih sepadan kok sama kehangatan yang dirasakan dengan tinggal di wilayah paling kampung dari Jakarta ini. Eh, maksudnya wilayah The Boy Next Door of Jakarta ini.
Penulis: Karina Londy
Editor: Rizky Prasetya




















