Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Jago Menawar di Pasar Bukan Prestasi, tapi Ketidakberpihakan pada Pedagang Kecil

Munawir Mandjo oleh Munawir Mandjo
9 November 2020
A A
Jago Menawar di Pasar Bukan Prestasi, tapi Ketidakberpihakan pada Pedagang Kecil terminal mojok.co

Jago Menawar di Pasar Bukan Prestasi, tapi Ketidakberpihakan pada Pedagang Kecil terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Saya sempat membaca tulisan Durrotul Ainia tentang Tips Ampuh Belanja di Pasar Buat yang Nggak Jago Tawar-menawar. Dalam tulisannya, Durrotul Ainia membahas beberapa tips agar bisa mendapat harga murah saat berbelanja di pasar. Mulai dari memakai outfit sederhana sampai pura-pura pergi pas dagangannya nggak mau ditawar.

Membaca tulisan itu membuat saya memiliki pandangan berbeda. Saya menganggap jika Durrotul Ainia terkesan seolah ingin menyampaikan jika jago nawar itu adalah sebuah sebuah keahlian yang patut dibanggakan. Entah itu benar atau hanya penafsiran saya yang keliru. Entahlah.

Namun, terlepas dari maksud tulisan itu, saya menganggap jika jago tawar-menawar saat berhadapan dengan pedagang di pasar itu bukanlah sebuah prestasi. Namun, lebih tepatnya sebuah bentuk ketidakberpihakan kepada pedagang kecil. Yah, bentuk ketidakberpihakan.

Kita mungkin enggan peduli latar kehidupan para pedagang ini. Bisa jadi seorang ibu yang lagi sedang menunggu pelanggan ini adalah tulang punggung bagi keluarganya. Atau bisa jadi berdagang adalah satu-satunya mata pencaharian yang mereka andalkan untuk mengisi banyak perut setibanya di rumah.

Kita juga mungkin tak peduli bagaimana proses barang dagangan itu bisa sampai mereka peroleh. Bisa jadi dagangan yang mereka jual bukanlah hasil panen sendiri, sehingga mereka harus ngeluarin uang lebih untuk mendapatkan barang dagangan itu. Atau kita juga mungkin tak peduli berapa modal yang harus mereka siapkan untuk memperoleh barang dagangannya. Yang kita tahu hanya sebatas saat proses jual beli itu. Saat mereka menjajakan barang dagangannya kepada kita.

Mari kita bayangkan dan mencoba hitung-hitungan semacam ini. Misalnya, seorang pedagang hanya mematok keuntungan paling banyak tiga ribu rupiah untuk barang sejenis sembako untuk per satuannya. Lantas, Anda berusaha menawar semilitan mungkin hingga keuntungan yang pedagang peroleh hanya seperdua dari nilai keuntungan yang seharusnya mereka dapatkan. Tentu jumlah duit yang mereka bawa pulang akan berkurang.

Selain itu, apakah Anda yakin jika dagangannya akan ramai pembeli? Jika ramai tentu tak jadi masalah. Yang jadi masalah, ketika barang dagangannya nggak laku. Yakin mereka bisa bawa pulang duit banyak? Pasalnya kita tahu sendiri di pasar itu pedagang yang jual barang sejenis tak hanya satu-dua pedagang. Mereka juga bersaing satu sama lain, sehingga peluang untuk mendapatkan pelanggan juga bisa dibilang untung-untungan.

Coba Anda pikir lebih jauh, jika mereka hanya membawa duit sedikit, sedang di rumah mereka harus mengisi perut beberapa anggota keluarganya, belum lagi bayar keperluan pendidikan anaknya agar bisa sampai ke taraf yang lebih tinggi, dan belum lagi bayar kebutuhan ini dan itu. Yakin hasil jualan di pasar dapat menutupi semua kebutuhan itu? Tentu sulit, bukan?

Baca Juga:

Pasar Sendangmulyo Semarang, Pasar Underrated Penyelamat Warga Komplek seperti Saya

Pasar Kentu Purworejo, Pasar yang Pasti Bikin Orang Salah Paham ketika Pertama Mendengar Namanya

Saya tak melarang Anda untuk menawar, yah mungkin Anda punya pemahaman sendiri tentang ukuran harga sewajarnya untuk sebuah jenis barang dagangan. Atau memang karena kondisi finansial Anda yang lagi pas-pasan.

Namun, saya tak sepakat jika Anda menganggap usaha untuk mendapatkan penawaran paling rendah adalah sebuah tujuan yang harus Anda kejar dan mengabaikan nasib pedagang kecil. Pasalnya, bagi saya itu adalah sebuah bentuk ketidakberpihakan atau ketidakpedulian kita pada mereka.

Oleh sebab itu, saya menyarankan sebelum Anda menawar barang dagangan yang ada di pasar, sebaiknya perhatikan beberapa hal, jangan langsung main tawar-tawar saja.

Pertama, lihat jumlah barang dagangannya. Ketika jumlah barang dagangannya tak seberapa, saya saranin nggak usah ditawar. Kasihan. Soalnya dari jumlah barang dagangannya saja kita bisa tahu jika dia tidak punya modal besar. Hanya mengandalkan barang dagangannya yang sedikit untuk diputar terus-menerus guna mendapatkan keuntungan yang mungkin nilainya tak seberapa.

Kedua, lihat kondisi dagangannya: apakah sepi atau ramai dikerubungi pembeli? Memang sih, Anda tak akan berhenti dan memantau pembeli yang lalu-lalang di lapaknya. Namun, saat Anda pengin membeli dan melihat jualannya sepi, saya saranin nggak usah nawar. Pun jika kondisi kantong Anda berada dalam taraf yang prima, bisa sekalian dikasih tuh uang lebih. Hitung-hitung sedekah dan bantu hidup mereka.

Ketiga, jika harga barang dagangannya masuk dalam kategori nggak wajar. Misal, harga sembako dua kali lipat dari harga di tempat lain. Maka Anda boleh menawar sampai ke harga yang menurut Anda wajar. Namun, jangan sampai jatuhnya kemurahan. Kasihan.

BACA JUGA Pasar Tradisional dengan Segala Keunikan Transaksi dan Interaksinya dan tulisan Munawir Mandjo lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 5 November 2020 oleh

Tags: pasartawar
Munawir Mandjo

Munawir Mandjo

Aparatur Sipir Negara

ArtikelTerkait

Kata Siapa Punya Rumah Dekat Pasar Nggak Enak? Ngawur Itu. Banyak Keuntungannya, lho!

Kata Siapa Punya Rumah Dekat Pasar Nggak Enak? Ngawur Itu. Banyak Keuntungannya, lho!

7 September 2023
5 Pasar di Jogja yang Legendaris, Sudah Ada Sebelum Indonesia Merdeka

5 Pasar di Jogja yang Sudah Ada Sebelum Indonesia Merdeka

15 Maret 2023
Belajar Tawar Menawar di Pasar dari Ibu-ibu yang Tega Mematok Harga Serendah Mungkin Mojok.co

Belajar Tawar Menawar di Pasar dari Ibu-ibu yang Tega Mematok Harga Serendah Mungkin

22 November 2023
Pasar dan street food korea selatan

Pasar dan Street Food Korea Selatan Lebih Menarik ketimbang Drakornya

14 November 2021
4 Cara Membedakan Preman Asli dengan yang Mengaku Preman

4 Cara Membedakan Preman Asli dengan yang Mengaku Preman

24 Juni 2022
Pasar Kentu Purworejo, Nama Uniknya Bikin Salah Fokus (Unsplash)

Pasar Kentu Purworejo, Pasar yang Pasti Bikin Orang Salah Paham ketika Pertama Mendengar Namanya

19 April 2025
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Pengajar Curhat Oversharing ke Murid Itu Bikin Muak (Unsplash)

Tolong, Jadi Pengajar Jangan Curhat Oversharing ke Murid atau Mahasiswa, Kami Cuma Mau Belajar

30 November 2025
Suka Duka Pengusaha Kecil Jualan Live di TikTok: Nggak Ada yang Nonton, Sekalinya Ada yang Nonton Malah PHP

Suka Duka Pengusaha Kecil Jualan Live di TikTok: Nggak Ada yang Nonton, Sekalinya Ada yang Nonton Malah PHP

3 Desember 2025
Desa Ngidam Muncar, Desa Terbaik di Kabupaten Semarang (Unsplash)

Desa Ngidam Muncar, Desa Terbaik di Kabupaten Semarang dengan Pesona yang Membuat Saya Betah

4 Desember 2025
Pengalaman Transit di Bandara Sultan Hasanuddin: Bandara Elite, AC dan Troli Pelit

Pengalaman Transit di Bandara Sultan Hasanuddin: Bandara Elite, AC dan Troli Pelit

1 Desember 2025
6 Hal Sepele, tapi Menyebalkan Saat Zoom Meeting Mojok

6 Hal Sepele, tapi Menyebalkan Saat Zoom Meeting

30 November 2025
Culture Shock Orang Lamongan Menikah dengan Orang Mojokerto: Istri Nggak Suka Ikan, Saya Bingung Lihat Dia Makan Rujak Pakai Nasi

Culture Shock Orang Lamongan Menikah dengan Orang Mojokerto: Istri Nggak Suka Ikan, Saya Bingung Lihat Dia Makan Rujak Pakai Nasi

2 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.