Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Ironi Masjid Istiqlal, Simbol Keberagaman yang Tidak Dirawat dan Makin Hari Makin Jauh dari Umat

Muhamad Iqbal Haqiqi oleh Muhamad Iqbal Haqiqi
20 Februari 2024
A A
Ironi Masjid Istiqlal, Simbol Keberagaman yang Tidak Dirawat dan Justru Makin Hari Makin Eksklusif

Ironi Masjid Istiqlal, Simbol Keberagaman yang Tidak Dirawat dan Justru Makin Hari Makin Eksklusif (Unsplash.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Siapa yang tidak kenal dengan Masjid Istiqlal? Arsitekturnya yang unik dan indah menjadikannya sebagai salah satu masjid termegah di Asia Tenggara. Didesain oleh Friedrich Silaban, seorang Kristen Protestan, Masjid Istiqlal menjadi simbol keberagaman, menjadi oase bagi mereka yang butuh ketenangan, dan tempat paling strategis untuk mencari takjil gratis ketika bulan Ramadhan.

Saya sendiri cukup akrab dengan Masjid Istiqlal. Setidaknya ketika sedang suntuk, saya memilih ke Istiqlal untuk sekadar melihat ramainya lalu-lalang pengunjung. Melihat setiap orang berfoto sambil mengagumi megahnya masjid yang diresmikan pada 1978 itu.

Tapi, sebagai seorang jemaah yang sering berkunjung, saya mengamati bahwa di balik kemegahannya, Masjid Istiqlal ternyata menyimpan segudang masalah yang dibiarkan begitu saja. Masjid ini justru tampak angkuh, maksudnya para pengurus dan petinggi yang jadi pengelolanya. Mereka cuek, dan tak peduli sehingga Masjid ini tumbuh mengiringi kemajuan peradaban dengan menampilkan kemunduran.

Reputasi Istiqlal makin kesini makin eksklusif dan mengabaikan kenyamanan dari para jamaah yang datang, bahkan untuk umat muslim secara umum.

Parkir liar di Masjid Istiqlal

Masih ingat dengan fenomena parkir liar di luar istiqlal yang “memalak” para jemaah dengan tarif yang gak masuk akal? Kalau tidak karena viral, praktik seperti itu dibiarkan begitu saja oleh para pengelola. Khususnya para petinggi dan imam besarnya. Kejadian itu mungkin bisa sedikit dimaklumi karena di luar teritori dari Masjid Istiqlal. Tapi sayangnya, hal tidak menyenangkan juga nyatanya ditemui ketika berada di dalamnya.

Jemaah seperti saya dihadapkan dengan cobaan kemarahan, meski berada di dalam sebuah kawasan yang seharusnya memberikan ketenteraman. Lah wong tempat ibadah, masak malah bikin marah-marah. Tapi ya, itulah Istiqlal

Saat awal masuk, di sudut-sudut basement parkir, tumpukan sampah terlihat menyambut para jemaah. Setelah itu, jemaah diminta bersabar dengan tangga parkir menuju ke pusat kawasan yang sangat kotor dan jorok. Tangga sekolah saya mungkin lebih bersih daripada tangga parkiran milik Istiqlal ini.

Entah sudah berapa lama tidak pernah dibersihkan, sekadar disapu pun sepertinya tidak pernah. Bau pesing pun tercium ketika melalui tangga ini. Persis seperti sedang melalui lorong yang kanan kirinya terdapat WC umum.

Baca Juga:

Tukang Parkir Memang Bikin Pusing, dan Ini Adalah Salah Satu Cara agar Kita Nggak Perlu Pusing Lagi Nyari Duit 2 Ribu buat Mereka

4 Hal yang Saya Benci dari Tukang Parkir di Solo

Tiba di bagian depan pelataran masjid, tepatnya di area rerumputan yang tidak berpaving, sampah-sampah juga tampak melambaikan tangan kepada para pengunjung. Miris, sebuah tempat yang seharusnya dianggap suci dan bersih, justru malah tutup mata soal sampah. Bagaimana dengan tempat wudhunya? Wangi sekali dengan aroma pesing. Entahlah, persoalan kebersihan ini, para pengelolanya harus belajar dari mushola depan rumah saya.

Barang-barang hilang di Masjid Istiqlal

Tidak berhenti hanya persoalan kebersihan. Di Istiqlal, keamanan adalah masalah lain yang harus dihadapi. Jemaah acap kali kehilangan barang bawaannya. Saya tidak mengerti apa fungsi satpam yang bertebaran di kawasan Istiqlal.

Parahnya, pernah kerabat saya bercerita bahwa supir bus yang membawa rombongannya dimintai uang oleh “oknum” satpam hingga ratusan ribu. Dalihnya uang infaq, padahal bukankah infaq harusnya seikhlasnya? Saya paham hal seperti ini yang melakukan adalah oknum. Tapi mosok ya dibiarkan seperti penyakit panu?

Oleh sebab itu, para pengelola harusnya segera melakukan sterilisasi terhadap anasir-anisir oknum semacam itu yang meresahkan Jemaah.

Apa-apa kena biaya

Persoalan Masjid Istiqlal tidak sebatas itu. Tingginya biaya sewa yang dikenakan oleh pengelola Istiqlal kepada para pelaku usaha juga jadi sisi kelam tersendiri. Setidaknya ada puluhan UMKM di dalam kawasan yang harus menyetor biaya retribusi bulanan kepada pengelola. Saya pernah berbincang dengan salah satu penjual di situ.

Awalnya karena merasa tidak nyaman dengan harga yang dipatok untuk seporsi makanan, saya memberanikan diri untuk bertanya pada penjualnya. Setelah ditanya, si penjual menjawab memang mematok harga tinggi karena untuk menambal biaya retribusi bulanan yang seringnya bikin profitnya jarang mencapai target. Kondisi seperti ini membuat Masjid Istiqlal dipandang sebagai masjid kapitalis karena semuanya serba diberi tarif. Ini sebuah ironi.

Puncak biang keladi dari semua ironi dari Istiqlal sepertinya memang berasal dari para petinggi yang mengelola Istiqlal itu sendiri. Mereka terkesan abai dan menutup telinga ketika terdapat banyak pengaduan dari jemaah. Contohnya terlihat ketika mereka tidak memberikan pernyataan apa pun terhadap pelarangan massa aksi bela Palestina untuk masuk ke Istiqlal.

Dalam beberapa isu-isu seputar keagamaan, jajaran imam, terutama Imam Besar juga jarang sekali memberikan arahan atau pandangan menenangkan kepada masyarakat melalui media. Tentu ini berbeda ketika zaman Istiqlal dipimpin oleh KH. Ali Mustafa Yaqub. Pernyataan beliau selalu jadi penenang bagi masyarakat yang membutuhkan jawaban atas persoalan dan polemik mengenai agama.

Sebagai sesepuh, harus memberi contoh

Masjid Istiqlal, sebagai simbol keberagaman, tentu harus dikembalikan menjadi sarana ibadah yang humanis. Jangan jadi pragmatis dan abai terhadap kepentingan umat muslim. Segala persoalan multidimensi di dalam Istiqlal jangan hanya direspons normatif, harus direspon secara profesional. Lah wong kalian pengelolanya kecipratan anggaran negara kok.

Masjid Istiqlal itu sudah seperti sesepuh bagi masjid-masjid lain di Indonesia, bahkan di luar negeri sehingga jadi percontohan. Oleh karena itu, sebaiknya segera berbenah, biar nggak jadi bahan gunjingan umat muslim sendiri, atau malah umat agama lain.

Penulis: Muhamad Iqbal Haqiqi
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Mendengar Mereka yang Salat Idul Adha di Masjid Istiqlal 

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 20 Februari 2024 oleh

Tags: eksklusifKebersihanmasjid istiqlalTukang Parkirumat muslim
Muhamad Iqbal Haqiqi

Muhamad Iqbal Haqiqi

Mahasiswa Magister Sains Ekonomi Islam UNAIR, suka ngomongin ekonomi, daerah, dan makanan.

ArtikelTerkait

Video Tukang Parkir Geledah Dasbor Motor di Parkiran Matos Malang Adalah Contoh Terbaik Betapa Problematik Profesi Ini parkir kampus tukang parkir resmi mawar preman pensiun tukang parkir kafe di malang surabaya, tukang parkir liar lahan parkir

Video Tukang Parkir Geledah Dasbor Motor di Parkiran Matos Malang Adalah Contoh Terbaik Betapa Problematik Profesi Ini

16 Maret 2024
5 Jenis Tukang Parkir yang Sering Kita Temui: Ada yang Sigap Bekerja, Ada yang kayak Ninja tukang parkir liar

5 Jenis Tukang Parkir yang Sering Kita Temui: Ada yang Sigap Bekerja, Ada yang kayak Ninja

15 Juli 2022
Alasan Klasik yang Seharusnya Nggak Dipakai Lagi Saat Malas Mandi terminal mojok.co

Alasan Klasik yang Seharusnya Nggak Dipakai Lagi Saat Malas Mandi

16 September 2020
Ironi Jalur Satu Arah di Indonesia: Jalur yang Harusnya Bebas Macet, tapi Jadi Nggak Berguna karena Kiri Kanannya Isinya Kendaraan Parkir

Ironi Jalur Satu Arah di Indonesia: Jalur yang Harusnya Bebas Macet, tapi Jadi Nggak Berguna karena Kiri Kanannya Isinya Kendaraan Parkir

22 Desember 2024
3 Hal Menyebalkan yang Ada di Warung Bakmi Jawa, Bikin Makan Jadi Nggak Nikmat dan Nyaman

3 Hal Menyebalkan yang Ada di Warung Bakmi Jawa, Bikin Makan Jadi Nggak Nikmat dan Nyaman

25 Juli 2024
4 Hal yang Bikin Saya Menderita Tinggal di Palembang loker palembang tukang parkir

Ngerinya Tukang Parkir Palembang: Jangan Sekali-kali Nolak Bayar Parkir kalau Nggak Mau Wajah Anda Dirobek!

20 Maret 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

5 Tips Agar Kantong Nggak Jebol Dikeroyok Diskon Natal dan Tahun Baru Mojok.co

5 Tips Agar Kantong Nggak Jebol Dikeroyok Diskon Natal dan Tahun Baru

2 Desember 2025
8 Alasan Kebumen Pantas Jadi Kiblat Slow Living di Jawa Tengah (Unsplash)

8 Alasan Kebumen Pantas Jadi Kiblat Slow Living di Jawa Tengah

3 Desember 2025
Angka Pengangguran di Karawang Tinggi dan Menjadi ironi Industri (Unsplash) Malang

Ketika Malang Sudah Menghadirkan TransJatim, Karawang Masih Santai-santai Saja, padahal Transum Adalah Hak Warga!

29 November 2025
Nasi Goreng Palembang Nggak Cocok di Lidah Orang Jogja: Hambar!

Nasi Goreng Palembang Nggak Cocok di Lidah Orang Jogja: Hambar!

1 Desember 2025
Rekomendasi Tempat Jogging Underrated di Semarang, Dijamin Olahraga Jadi Lebih Tenang Mojok.co

Rekomendasi Tempat Jogging Underrated di Semarang, Dijamin Olahraga Jadi Lebih Tenang

3 Desember 2025
6 Hal Sepele, tapi Menyebalkan Saat Zoom Meeting Mojok

6 Hal Sepele, tapi Menyebalkan Saat Zoom Meeting

30 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.