Baru-baru ini saya terheran-heran melihat salah satu produk kecantikan lokal yang seliweran di Twitter. Pasalnya, brand kecantikan kebanggan Indonesia itu menggandeng brand ambassador luar negeri untuk produknya. Jujur, produk kecantikan Indonesia punya ini cukup terkenal dan banyak digunakan oleh para wanita, meski saya belum pernah coba pakai produknya, sih.
Namanya brand ambassador, tentu saja orang yang dipilih adalah yang punya pengaruh dan penampilan menarik, serta kemampuan promosi yang baik supaya produk yang diiklankan nggak kalah saing dengan produk lainnya. Itu bagus, bagus sekali. Pertama kali melihat postingan brand kecantikan lokal satu ini saya mbatin, wah, siapa ya artis atau influencer lokal yang bakal mejeng buat produknya?
Dan tadaaa! Heranlah saya ketika tahu bahwa brand ambassador produk kecantikan lokal yang katanya kebanggaan Indonesia ini bukan artis atau influencer Indonesia, melainkan artis Korea! Hah?
Sejujurnya, saya nggak habis pikir, deh, jelas-jelas brand lokal tersebut mengusung tagline “Indonesia’s Proud Local Beauty Brand bla bla bla”, tapi kok brand ambassador-nya nggak ada lokalnya sama sekali blas. Lantas, apanya yang Indonesia’s proud local beauty bla bla bla, dong? Mungkin yang penting produknya dulu saja yang lokal, ya?
Padahal kalau mau ditelusuri, warna kulit dan gen kita—orang Asia Tenggara—itu beda lho dengan orang dari Asia Timur. Lah, berharap warna kulit yang sawo matang dan kuning langsat ini bakal berubah jadi putih susu seperti kebanyakan wanita Asia Timur gitu? Ya nggak bisa, dong, Zheyenk. Makanya produk kecantikan lokal yang pakai brand ambassador orang luar negeri itu secara nggak langsung menanamkan pemahaman pada perempuan Indonesia kalau kulit cantik itu ya kulit putih, bukan sawo matang atau kuning langsat seperti kebanyakan perempuan Indonesia. Padahal kalau dipikir-pikir, kulit orang Indonesia eksotis, lho.
Eh, tunggu, ternyata nggak cuma satu brand lokal yang pakai artis Korea sebagai brand ambassador produk mereka, lho. Ini sebuah ironi. Kenapa? Satu sisi, brand lokal ini gembar-gembor supaya masyarakat cinta produk lokal, tapi di sisi lain mereka mengedepankan marketing dan keuntungan dengan menggunakan brand ambassador dari luar negeri.
Saya paham, sih, kenapa malah banyak artis Korea yang jadi langganan untuk didapuk sebagai brand ambassador produk lokal kita. Apa lagi kalau bukan demam K-Pop dan obsesi orang Indonesia dengan kulit putih yang diglorifikasi? Tapi kalau soal ini, nggak semua orang yang punya pemahaman dan obsesi sama, kok.
Jadi terasa sangat aneh saja ketika membaca kalimat Indonesia’s proud local beauty bla bla bla ketika yang muncul diiklan malah orang Korea. Saya yang sudah telanjur antusias pengin tahu siapa artis lokal yang jadi brand ambassador produk ini, eh ternyata malah kena prank.
Apakah artis dan influencer kita kurang? Apakah artis dan influencer kita kurang mumpuni? Apakah nggak ada yang menarik perhatian sama sekali untuk produk kecantikan lokal kebanggaan Indonesia ini? Entahlah. Padahal bisa saja Tara Basro atau Rio Dewanto juga mau kalau ditawari jadi brand ambassador. Kurang menarik apa coba mereka ini?
Yang jelas, saya malu dan kecewa sih kalau ada produk lokal Indonesia bawa embel-embel Indonesia’s proud bla bla bla tapi pakai artis luar negeri sebagai brand ambassadornya. Ironis!