Udara hari-hari ini begitu panas. Anomali cuaca yang memuakkan ini bikin hidup makin tak menyenangkan. Dan panasnya udara hari-hari ini diperparah dengan persaingan capres yang mulai menggila. Tapi ada satu tokoh yang tak tersengat panas, yaitu Agus Harimurti Yudhoyono, yang biasa kita panggil AHY.
Belakangan, entah kenapa, AHY tak sevokal dulu. kita tahu, ia tergabung di “poros ketiga”, dan masa-masa ini, harusnya, dia bisa lebih vokal. Tapi, suaranya entah menguap ke mana.
Saya melihat, setelah pindah koalisi yang pro pemerintah AHY tidak terdengar lagi kritik tajamnya. Tapi, itu sudah urusan lain. Politik memang amat cair. Kalau memandangnya masih putih-hitam, selamat, Anda baru saja membodohi diri sendiri.
Ketika masa pemerintahan Jokowi mendekati ujung, nama AHY santer terdengar sebagai calon cawapres, mendampingi Anies Baswedan. Tapi, cairnya politik bikin sesuatu yang terlihat set in stone bisa saja berubah. Seperti yang kita tahu, akhirnya Cak Imin lah yang menjadi pendamping Anies. Tentu saja ini bisa dibilang pukulan yang besar untuk Demokrat. Partai yang “biasanya menang”, akhirnya tak menjadi yang paling depan.
Tentu ini sulit untuk AHY. Tak bisa dimungkiri, dia dihantui kesuksesan ayahnya, dan banyak yang berharap padanya. Tapi, bisa apa jika seperti ini yang terjadi?
Baca halaman selanjutnya
AHY terjepit, Demokrat sulit
Naiknya AHY ke kursi cawapres bisa saja mengerek Demokrat yang tak bisa dimungkiri lagi, citranya hancur disikat skandal sana-sini. Bahkan andai tak menang pun, tetap saja bikin Demokrat terlihat punya daya tawar yang kuat. Tapi ya, mau bagaimana lagi. Cak Imin tak bisa dibilang tokoh tanpa pengaruh. AHY (dan Demokrat) harus menunggu lagi. Mungkin dalam lima tahun ke depan, beliau bisa membangun citra dan kekuatan dari jabatannya di pemerintahan…
Itu jika koalisinya menang. Kalau tidak ya, amat sulit.
Kesempatan untuk mengulang kejayaan Demokrat sudah sangat sulit. AHY harus mengatur strategi, atau bergerak jauh lebih keras dalam 5 tahun ke depan. Agar beliau tak lagi terpaksa berteduh dan tak ikut pertempuran dari garda paling depan.
Sekarang tidak ada pilihan selain berharap koalisi yang baru ini memenangkan kontestan pemilu dan memberikan kesempatan untuk Mas AHY setidaknya menjadi menteri. Lagi-lagi, jika menang.
Kalau ternyata yang lain yang menang ya, berharap saja ada yang “berbaik hati” memberi kesempatan.
Penulis: Diaz Robigo
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Mas AHY, Kurangi Bawa-bawa Pak SBY dalam Orasi, Anda Nggak Kalah Jago kok!