Indomie Goreng Kebuli: Varian Menyambut Ramadan yang Kurang Mengena di Hati Pelanggan

Indomie Goreng Kebuli: Varian Menyambut Ramadan yang Kurang Mengena di Hati Pelanggan

Indomie Goreng Kebuli: Varian Menyambut Ramadan yang Kurang Mengena di Hati Pelanggan (Dokumentasi Pribadi)

Indomie kembali meluncurkan varian rasa baru yang cukup unik, yakni Indomie Goreng Kebuli. Varian kali ini konon dibuat khusus untuk menyambut bulan suci Ramadan. Nasi kebuli adalah kuliner yang identik dengan Timur Tengah dan kental akan budaya Islam. Sepertinya Indomie ingin mencoba memanfaatkan hal tersebut. Varian ini tentu diharapkan bisa sesuai dengan tema Ramadan.

Memang benar nasi kebuli merupakan salah satu kuliner yang sering muncul di bulan Ramadan. Tapi masalahnya, mayoritas orang Indonesia sepertinya nggak terlalu memiliki ikatan batin dengan kuliner tersebut. Pemilihan varian kebuli ini juga menimbulkan pertanyaan, apakah sudah sesuai dengan kemauan pasar?

Rasa Indomie Goreng Kebuli enak

Saya harus mengakui Indomie Goreng Kebuli punya rasa yang mendekati nasi kebuli. Bedanya, karbo utama yang awalnya beras basmati diganti mie saja. Selain itu, Indomie goreng sat ini menggunakan mie dengan yang cenderung lebih tebal seperti Indomie Goreng Aceh. Saya nggak heran sih dengan pemilihan mie nya karena memang cocok dengan karakteristik kebuli yang kaya akan rempah. Tekstur mie yang lebih tebal bisa meredam kuatnya rempah sehingga rasanya nggak over.

Kalau dideskripsikan, Indomie Goreng Kebuli memiliki kelebihan dari aroma rempah yang langsung terasa begitu bumbu dicampur. Aroma tersebut kemudian disambut dengan rasa bumbu yang cenderung kuat khas nasi kebuli. Bumbu-bumbu khas kebuli seperti ketumbar dan kapulaga tetap terasa walaupun tetap nggak sekuat bumbu nasi kebuli asli.

Varian Indomie goreng ini juga cukup unik karena mengganti kondimen bawang goreng dengan kismis sesuai penyajian nasi kebuli. Sejujurnya saya merasa agak aneh sih waktu makan mie dengan kismis, tapi hal itu dilakukan mungkin karena rasa varian ini dibuat sedekat mungkin dengan rasa aslinya, makanya penggunaan kismis di sini jadi masuk-masuk saja. Saat mie yang tebal dicampur bumbu yang kuat dan diakhiri sedikit rasa manis asam dari kismis menghasilkan perpaduan yang sedap untuk setiap suapan mie.

Bayang-bayang varian Indomie Goreng Original

Saya rasa varian Indomie Goreng Kebuli bukan varian yang gagal dari segi rasa. Timing peluncurannya saat bulan Ramadan pun sebenarnya dapat dimengerti. Namun, pesona Indomie Goreng Original yang telah menemani sahur dan berbuka puasa sejak bertahun-tahun lamanya sepertinya telah melekat di hati penikmat Indomie. Varian ini sudah punya ikatan terlalu kuat dengan penikmat setianya di masa-masa puasa seperti ini.

Sebenarnya meluncurkan varian baru di bulan puasa sah-sah saja, tapi masalahnya, varian rasa kebli juga nggak familier di telinga masyarakat umum. Saya pribadi hanya sesekali membeli nasi kebuli di bulan Ramadan. Nggak banyak makanan berat yang menjadi ikon puasa karena kebanyakan yang hadir di bulan Ramadan adalah dessert dan minuman manis.

Justru menurut saya, Indomie Goreng Original lebih cocok jadi ikon bulan Ramadan. Sebab varian ini menjadi menu sahur dan berbuka yang murah, cepat, serta konsisten menemani selama bertahun-tahun lamanya.

Kurang ngena di hati pelanggan

Saya yakin varian Indomie Goreng Kebuli sebenarnya akan tetap laku di pasaran mengingat Indomie memang selalu membuat penggemarnya penasaran. Tapi jujur saja saya ragu, apakah pelanggan akan beralih dan lebih memilih varian kebuli dibanding original.

Rasanya memang enak, tapi kuatnya rempah di varian kebuli sepertinya kurang cocok untuk dinikmati terlalu sering. Saya pribadi pasti akan membelinya lagi karena rasanya enak, tapi untuk pilihan utama, yang terbaik tetap varian original.

Indomie Goreng Kebuli layak dicoba dan bisa menjadi opsi yang cukup nikmat untuk dinikmati. Rasanya yang on point dan mendekati aslinya menjadi keunggulan. Tapi rasa-rasanya kalau untuk menggantikan varian original atau bahkan menjadi ikon di bulan Ramadan, kok masih kurang mengena di hati, ya? Apa pun itu, nice try, Indomie.

Penulis: Muhammad Iqbal Habiburrohim
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Indomie Seleraku, tapi kalau Indomie Rawon Pedas Mercon, Maaf, Nggak Dulu.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version