Indihome Memang Bermasalah, tapi Kita Nggak Punya Pilihan Lain, kan?

indihome internet lemot mojok

indihome internet lemot mojok

Di lini masa media sosial, semua orang marah-marah sama Indihome akibat gangguan jaringan internet. Awalnya saya kira orang-orang marah-marah ini karena hobi aja, soalnya saya kira jaringan Indihome nggak lagi error, emang dasarnya ampas. Tapi, saya cek lagi, jebul emang error. Saya sampe pindah ke kafe yang internetnya nggak pake Indihome buat nulis ini.

Sebenernya saya nggak kaget-kaget amat kalau provider yang satu ini bermasalah. Orang normal aja bermasalah, apalagi kalau nggak normal. Jadi ya saya awalnya cuman nyengir-nyengir aja. Begitu kantor ikutan kena, baru dah saya ikutan muntab. Tapi, jujur aja, mau marah kek gimana, ya nggak akan berpengaruh apa-apa.

Soalnya, mau jaringan internetnya seampas apa pun, saya yakin banget nggak ada kompensasi atau sekadar perbaikan layanan. Setidaknya, biar Indihome ini jadi selayaknya perusahaan yang ngasih layanan internet gitulah, yaitu kecepatan internet yang proper. Proper lho, bukan cepat, bukan bagus, proper dululah.

Kemarahan warganet hari ini itu sebenarnya hanyalah ledakan dari banyak kemarahan-kemarahan yang mengendap. Jaringan yang tak stabil, harga yang mahal, pembatasan yang nggak kira-kira, plus kerusakan yang bisa terjadi kapan aja dan nggak kelar dalam waktu yang singkat itu udah jadi santapan sehari-hari. Tapi, ya keluhan tersebut nggak berarti apa-apa.

Yang mengerikan dari hal ini adalah, kita bakalan tergantung sama provider ini. Soalnya, hanya Indihome yang punya cakupan luas, dan kesannya terlihat kek monopoli. Untuk orang kabupaten kek saya, bisa ada jaringan selain provider ini aja udah takjub. Kalau ada Biznet di Wonogiri, wis langganan aku.

Dan sedihnya, udah tau mereka adalah provider dengan jaringan terluas, mereka menetapkan harga yang menurut saya overpriced. Paketan internet only paling murah di Indihome seharga 275 ribu rupiah untuk kecepatan 20 Mbps. Sedangkan di provider lain, ambil contoh Biznet, harga paketan paling murah adalah 375 ribu untuk kecepatan 85 Mbps. Paketan Indihome yang kecepatannya mendekati paketan termurah Biznet adalah paket 100 Mbps dengan harga 795 ribu rupiah. Terpaut 400 ribu untuk dua paketan yang hanya berbeda 15 Mbps doang.

Iya saya tahu, yang termurah antara Indihome dengan Biznet itu terpaut lumayan banyak, beda 100 ribu. Untuk banyak orang, itu uang yang banyak. Masalahnya, paket termurah Biznet memberi tawaran kecepatan (kalau dilihat dari angkanya) EMPAT KALI LIPAT lebih kencang ketimbang provider plat merah ini.

Bahkan untuk harga yang hampir sama, alias di angka 300 ribuan, Indihome hanya memberi tawaran kecepatan 30 dan 40 Mbps doang. Masih menang Biznet ke mana-mana.

Baiklah, kecepatan memang bukan hal penting bagi beberapa orang. Tapi, itu menunjukkan bahwa yang ditawarkan dari provider lain itu seharusnya bisa banget ditawarkan oleh Indihome. Orang mereka lebih mudah untuk memperluas jaringan dan meraih pelanggan. Ya kan produk dalam negeri, harusnya memberi yang terbaik untuk rakyat dong. Masak kalah sama non-plat merah? Gimana sih, Bos?

Saya malah jadi suuzan. Mentang-mentang produk dalam negeri, plat merah, plus punya jaringan paling luas, mereka seenak jidat menetapkan harga dan nggak maksimal dalam memberikan layanan. Toh, bakal dipakai juga, nggak ada pilihan lain. Ini cuman suuzan lho, jangan baper ya. Nanti saya dituntut UU ITE lagi.

Jujur saja, dengan banyaknya keresahan pengguna Indihome ini, mau tak mau negara ikut kena dampaknya. Oleh karena provider ini plat merah, maka nggak mengagetkan kalau ujungnya negara kena tuding nggak memberikan yang terbaik untuk warganya. Lebih ngeri sih, kalau sampe dituduh memeras rakyat. Wah, kalau aku jadi presiden sih, udah nyentil menteri buat segera membereskan masalah ini. Kui nek aku lhooo, mbuh nek Pak Jokowi.

Jadi pengguna Indihome memang harus sering-sering berserah diri pada Tuhan. Mau berselancar di dunia maya kok lemot, mau akses Reddit kok kena ban, mau buka Twitch kok nggak kuat, mau ngegame kok sering RTO. Rasa-rasanya, kita bayar beberapa ratus ribu ke Indihome itu bukan buat akses internet, tapi buat dapet alasan buat marah-marah aja.

Mari kita lihat, setelah geger beberapa hari ini, apakah ada follow up yang menyenangkan dari pihak Indihome. Kalau ujungnya mereka cuman minta maaf dan nggak ngasih kompensasi, maklumin aja, selama ini emang udah kayak gitu kan?

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Exit mobile version