Ilmu Titen: Sebuah Usaha untuk Memahami Alam yang Sering Dianggap Mistis

ilmu titen fenomena alam mojok

ilmu titen fenomena alam mojok

Sebelumnya, mungkin bagi yang belum tau mengenai ilmu titen, saya akan jelaskan sedikit mengenai itu. Jadi, ilmu titen itu seperti memperhatikan bahkan menandai suatu fenomena alam tertentu dan dikorelasikan dengan fenomena atau kejadian lain. Sejenis kayak ilmu tanda-tanda alam, gitu. Kalo terjadi fenomena A, akan terjadi fenomena B.

Ilmu titen ini saya temui dari pengetahuan masyarakat Jawa. Bahkan beberapa masyarakat di daerah saya masih menggunakan ilmu ini dalam kondisi-kondisi tertentu. Dan ilmu ini tidak eksklusif atau hanya dipercaya oleh orang-orang kampung, jadi ini nggak perkara udik atau nggak udik ya. Daerah saya masih tergolong dalam area Surabaya Raya, dan masih ada yang percaya.

Nah, yang membuat saya heran itu, kenapa masyarakat sering mengait-ngaitkan ilmu titen dengan ilmu gaib, mistik, atau sejenisnya? Padahal kan, ilmu ini kan berasal dari observasi, pengamatan orang-orang tempo dulu terhadap fenomena alam. Lumayan objektif banget ilmu ini, meskipun orang tempo dulu masih belum bisa menjelaskan secara ilmiah.

Pada beberapa kasus, ilmu titen memang ada yang masih belum dapat dijelaskan secara ilmiah dan masih belum dapat dipertanggungjawabkan secara saintis. Namun, bukan berarti itu kelakuan ilmu gaib, mistik, atau semacamnya, nggak sama sekali.

Lah wong fenomena yang dititeni (diperhatikan) itu dapat diamati dengan mata normal, tanpa mata batin, kok. Bahkan dipegang, dirasakan, dinikmati sekalipun oleh lima panca indra bisa, kok, tanpa kekuatan supranatural-supranaturalan.

Misal nih, ilmu yang sering digaib-gaibkan yakni, perihal kehadiran burung gagak hitam sebelum, ketika atau pasca kematian seseorang. Nah, meskipun gagak terkesan seram, terkesan mistik, terkesan supranatural, tapi sebenarnya kehadiran gagak itu dapat diperhatikan tanpa mata batin. Lah, ditangkap loh juga bisa burung gagaknya. Jangankan ditangkap, kalian goreng sekalipun, gagak itu juga pasti akan mati layaknya makhluk normal.

Contoh lain juga seperti ketika ada kupu-kupu berwarna menarik masuk ke rumah, menandakan akan ada tamu spesial atau terhormat datang ke rumah. Ya, kebetulan ini saya mengalami sendiri ketika rumah saya dimasuki oleh kupu-kupu dengan warna yang menarik, bagus, cantik nan cerah.

Setelah mengetahui kupu-kupu tersebut, tiba-tiba ibu saya nyeletuk bahwa akan ada tamu orang spesial nanti. Meskipun ibu saya sendiri nggak tau siapa itu tamunya, ibu saya hanya menebak berdasarkan ilmu titen orang-orang Jawa dulu. Walhasil, selang beberapa jam kemudian, datanglah Kiai pondok saya bertamu ke rumah saya.

Nah, kejadian kupu-kupu tersebut bukan berarti fenomena gaib. Bukan berarti Kiai saya mempunyai kekuatan supranatural dan mengirim kupu-kupu cantik ke rumah saya, blas nggak sama sekali. Itu hanya fenomena alam biasa yang sering dititeni oleh masyarakat Jawa dulu. Pasalnya, fenomena itu sering terjadi dan implikasinya pun sering terjadi.

Namun, ilmu ini juga bukan ilmu pasti, bisa saja tebakan ilmu titen meleset. Hanya saja, karena ilmu ini telah diobservasi terus menerus dan sejak lama dilakoni dan dibuktikan oleh masyarakat Jawa dulu, nggak heran kalau banyak yang terbukti.

Lantas, kenapa kok ilmu titen ini berujung pada dikait-kaitkannya dengan ilmu gaib?

Sebenarnya itu hanya perihal konstruksi masyarakat saja. Kenapa beberapa ilmu titen dipercaya secara supranatural? Ya, karena masih belum ada landasan ilmiah, argumentasi rasional, maupun pertanggungjawaban sains yang dapat menjelaskan fenomena yang dititeni tersebut.

Oleh karena kekosongan penjelasan ilmiah yang melatarbelakangi suatu fenomena ilmu titen, maka dikaitkannya ilmu ini dengan ilmu gaib adalah cara paling mudah untuk pemahaman masyarakat Jawa dulu. Pasalnya, masyarakat Jawa pada masa itu masih memegang kental mistisisme.

Meskipun ilmu titen ada yang masih belum bisa dijelaskan secara ilmiah, bukan berarti seluruhnya nggak rasional. Justru, ada kok, ilmu titen yang sangat rasional, bahkan dapat dijelaskan secara ilmiah.

Misal, yang sering saya temui ketika hendak hujan lebat maka biasanya kawanan burung terbang rendah dan berhamburan. Alasan ilmiahnya ya, karena sesaat sebelum hujan lebat bahkan sebelum badai tiba, tekanan angin sangat tinggi. Sehingga tidak memungkinkan burung untuk terbang tinggi. Sedangkan burung berhamburan tersebut mereka sibuk mencari tempat bernaung, pasalnya terbang ketika hujan merupakan hal yang merepotkan baginya.

Contoh ilmu titen lain yang sering terjadi di bumi Jawa Indonesia yakni, hewan menuruni gunung dan keluar dari hutan yang menandakan gunung akan meletus. Nah, hewan-hewan itu bukan berarti diusir oleh jin penguasa hutan, atau takut karena kemarahan iblis yang hendak memuntahkan isi gunung berapi.

Melainkan sebelum gunung meletus itu biasanya terdapat suara bising dengan frekuensi yang sangat tinggi bahkan mencapai di atas 100 KHz. Manusia sendiri mentok dapat mendengar dengan frekuensi 20 Hz-20 KHz. Nah, yang dapat mendengar suara bising dengan frekuensi ratusan ini hanya hewan, misal seperti kelelawar. Oleh karena itu, para hewan memilih menuruni gunung dan keluar dari hutan karena kebisingan suara tersebut.

Sampai sini paham kan cara kerja ilmu ini?

Jadi, ilmu ini tidak ada hubungannya sama unsur gaib loh ya, melainkan hasil pengamatan orang tempo dulu pada suatu fenomena tertentu. Meskipun dulu belum ilmiah, tapi untuk saat ini beberapa ilmu titen sudah dapat dijelaskan secara ilmiah, rasional, dan dapat dipertanggungjawabkan secara sains.

BACA JUGA Mitos-mitos Aneh yang Bisa Bikin Kamu Menang Judi Bola dan tulisan Mohammad Maulana Iqbal lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.
Exit mobile version