Sebagai alumni IAIN Kudus yang sudah wisuda beberapa tahun lalu, tak bisa dimungkiri kalau terkadang saya kangen kampus saya. Ya bagaimana tidak, saya kuliah hingga kerja di Kudus, sekitar 9 tahun. Tapi ya, lama waktu tersebut tidak menjadikan saya menetap di Kudus.
9 tahun lamanya, tak kuduga, jadi sia-sia…
Kenapa bisa sekangen itu? Pertama perjalanan kampus ini dari Sekolah Tinggi menjadi Institut Agama Islam pun sudah saya lalui. Bahkan kenapa saya dulu lulus kuliah sampai 5,5 tahun pun itu disengaja, karena adanya perubahan nama yang sudah diumumkan SK-nya oleh presiden Jokowi.
Sedikit cerita, IAIN Kudus ini bisa dibilang kampus nggak terkenal. Boro-boro dilirik, ada orang Kudus yang tahu aja udah bagus. Ya memang nggak begitu menarik ni kampus. Pada 2014, waktu saya kuliah, jurusan pun tidak banyak. Contohnya jurusan Dakwah, Cuma ada dua, yakni Bimbingan Konseling Islam dan KPI. Itu pun KPI berdiri baru pada 2012.
Lalu, kampus ini pun berbenah. Pembangunan sana-sini untuk mengejar predikat Institut Agama Islam dilakukan, dan tampaknya berhasil. Gedung pun akhirnya bertambah. Meski pembangunan yang dikejar masih di Gedung Timur, tapi pembangunan tetap terlihat hasilnya.
Tapi, tapi nih, ada satu hal aneh yang menurut saya agak-agak. IAIN Kudus memang membangun gedung, tapi kantinnya malah dihancurkan. Wait, what? Gimana bisa kampus nggak ada kantinnya?
IAIN Kudus, kampus tanpa kantin
Memang ini terlihat remeh, tapi kantin tetaplah penting di mata para mahasiswa, bahkan dosen sendiri. Pertama, kalau lupa sarapan dan masih sempet buat makan, mereka tetap lebih memilih ke kantin kampus buat makan dulu. Selain nggak jauh dari tempat kuliah, juga efisiensi waktu. Kedua, kalau biasa jalan dan gk punya kendaraan dan biasa jalan kaki. Kantin kampus adalah pilihan bijak. Bener ada layanan pesan antar, tapi ya aneh banget lah pesen gituan ke kampus. Kalau ada kantin kan enak.
Padahal saat saya masih di IAIN Kudus, dulu ada tiga kantin kampus berdiri. Dua di kampus barat, satu di kampus timur. Sekarang malah raib semua, lha? Sisain satu kek.
Saya tahu, pembangunan itu penting. Tapi nggak perlu juga mengorbankan hal-hal lain. Maksudnya lho ya, masak kantin dirobohin semuanya. Kan itu semua esensial buat mahasiswa.
Miris memang. Pembangunan mengejar status justru mematikan hal-hal yang esensial. Petinggi IAIN Kudus harusnya segera menyadari ini. Ya masak sih kampus nggak ada kantinnya. Masak nggak gengsi?
Penulis: Riza Afthoni
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA 4 Hal Nggak Enaknya Jadi Mahasiswa IAIN Kudus