Mobil adalah kreasi manusia yang amat menakjubkan. Pikirkanlah kembali bagaimana para ahli menciptakan mobil. Mereka melibatkan amat banyak hukum fisika, ilmu desain, pelbagai hitungan matematis, lalu meramunya secara apik sehingga jadi barang yang bisa dengan mudah dioperasikan oleh orang yang benci setengah mati pada pelajaran sains sekalipun.
Mobil juga merevolusi cara kita berpindah tempat. Diperkenalkan kali pertama pada abad ke-19, hanya butuh kurang dari satu abad bagi mobil untuk menguasai jalanan, membuat banyak orang lupa bahwa hewan adalah sarana transportasi utama manusia selama nyaris sepanjang sejarah peradaban.
Betul, mobil memang semengagumkan itu. Akan tetapi, seperti semua ciptaan hebat lainnya, mobil dan kendaraan bermesin pembakaran-dalam mana pun perlahan menjadi sumber masalah.
Ketika melajukan kendaraan mereka di jalanan, tak banyak orang tahu bahwa mereka sedang berada di tempat paling berbahaya yang pernah diciptakan manusia. Jalanan mencelakai 107.500 penduduk Indonesia selama tahun 2019, dan merenggut 23.530 jiwa. Persentase kematian 21,8% jelas bukanlah statistik yang bisa dianggap enteng; kecelakaan lalu lintas lebih mematikan ketimbang pandemi apa pun.
Masalah lainnya adalah emisi kendaraan yang membuat Bumi seperti rumah kaca raksasa. Sebagian orang mungkin menganggap pemanasan global sebagai dongeng rekaan kaum elite, tetapi percayalah, pemanasan global bertindak seperti gravitasi: ia bisa diobservasi dan tak memerlukan kepercayaan makhluk apa pun untuk mengada dan berdampak.
Bencana meteorologi semacam banjir bandang, kebakaran lahan yang masif, topan mahakuat, dan kenaikan muka air laut telah muncul di tajuk berita selama bertahun-tahun. Pemanasan global yang tak tertangani, menurut para ahli, bakal menaikkan intensitas bencana meteorologi tersebut ke taraf yang lebih mengerikan, yang bisa saja menghapus peradaban manusia.
Maka, apa yang bisa kita lakukan untuk menangani kedua masalah genting tersebut? Dalam sektor transportasi, berhenti menggunakan kendaraan bermotor jelas mustahil. Efeknya akan seperti deretan domino diambrukkan. Kita perlu kendaraan yang lebih aman sekaligus ramah lingkungan. Ini saatnya bermigrasi ke kendaraan otonom dan elektrik. Di Indonesia, Hyundai menyediakan keduanya.
Memberi arti pada inovasi berkendara
Hyundai Motors Indonesia merangkum visi besar perusahaan ini ke dalam slogan Driving Meaningful Innovation. Semua inovasi teknologi yang dihadirkan Hyundai, ringkasnya, bukan cuma untuk memobilisasi orang dari satu tempat ke tempat lain, tapi juga memberi arti kepada mobilitas itu sendiri.
Di atas segalanya, aspek keamanan bagi pengendara dan lingkungan mendapat lampu sorot utama dari Hyundai. Bagaimanapun, inovasi tak akan berarti kalau mencelakai, kan?
Aspek keamanan bagi pengendara dihadirkan melalui penyematan beragam teknologi keselamatan di jajaran mobilnya. Ambil contoh Hyundai STARIA, MPV berdesain futuristik yang baru saja diluncurkan Hyundai Motors Indonesia beberapa waktu lalu.
Hyundai STARIA tentu punya teknologi keselamatan paling dasar seperti airbag dan sensor parkir, tapi itu saja tentu tidak cukup. Ada banyak teknologi keselamatan aktif yang dimiliki MPV 9 penumpang ini, yang sudah akrab di telingan pencinta Hyundai, seperti Surround View Monitor, Forward Collision-Avoidance Assist, Blind Spot Collision-Avoidance Assist, Safe Exit Assist, Rear Cross-Traffic Collision-Avoidance Assist, Lane Keeping Assist, dan Lane Following Assist.
Semua teknologi keselamatan aktif di atas disematkan dengan tujuan yang sama: mengoreksi segala kecerobohan yang berpotensi muncul dari pengemudi atau pengguna jalan lain, sehingga pengendara Hyundai STARIA bisa sampai di tujuan dalam keadaan sehat walafiat.
Di lain sisi, aspek keamanan bagi lingkungan menjadi garapan utama Hyundai Motors Indonesia saat ini. Hyundai tahu bahwa mobil konvensional bermesin pembakaran-dalam sudah memasuki fase sandikala. Oleh karena itu, Hyundai berinvestasi besar-besaran dalam teknologi kendaraan elektrik.
Setelah membangun pabrik manufaktur di Bekasi dua tahun silam, yang menjadi pusat manufaktur pertama Hyundai di Asia Tenggara, Hyundai Motors Group bekerja sama dengan LG Energy Solution juga membangun pabrik sel baterai untuk kendaraan listrik di Indonesia, pada September tahun ini. Pabrik ini berlokasi di Karawang New Industry City, berdiri di lahan seluas 330 kilometer persegi dan mampu memproduksi baterai untuk 150.000 kendaraan listrik pada 2024 nanti.
Keberadaan pabrik manufaktur dan baterai kendaraan listrik di Indonesia akan membuat harga mobil elektrik semakin terjangkau di masa depan, yang pada akhirnya bakal memudahkan konsumen memiliki mobil elektrik.
Pembangunan infrastruktur dasar kendaraan elektrik juga dilakukan Hyundai Motors Indonesia melalui pemasangan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) di berbagai tempat di Indonesia. Saat ini terdapat 148 SPKLU di seluruh Indonesia, 64 di antaranya dibangun oleh Hyundai, menjadikannya pabrikan mobil ini sebagai yang ternyata memiliki SPKLU di Indonesia.
Pembangunan SPKLU sendiri adalah langkah cerdas dari Hyundai. Sekalipun bisa diisi ulang di rumah, pengguna Hyundai KONA Electric dan Hyundai IONIQ Electric tak perlu waswas ketika bepergian ke luar kota.
Perhatian pada detail kecil seperti pengadaan SPKLU macam begini bisa menjadi bukti bahwa Hyundai benar-benar serius membangun ekosistem kendaraan elektrik di Indonesia.
Era yang jauh, era yang dekat
Jalan menuju era kendaraan otonom di Indonesia, dan juga di negara-negara lain, mungkin masih jauh dari kata akhir. Ada banyak variabel yang dibutuhkan untuk mewujudkan ekosistem kendaraan otonom yang matang: ketersediaan kendaraan yang kompatibel, infrastruktur internet of things (IoT) yang memadai, dan tentu saja keseriusan para pemangku kebijakan.
Akan tetapi, era itulah yang sedang dituju dan berusaha dibangun oleh Hyundai. Penyematan beragam teknologi keselamatan aktif yang bisa beroperasi tanpa intervensi pengendara adalah langkah pertama dalam membangun era tersebut, yang membuat kita percaya bahwa era kendaraan otonom tak lagi berada di ranah fiksi-ilmiah belaka.
Era paling dekat yang bisa diwujudkan di Indonesia adalah era kendaraan elektrik, dan Hyundai telah berbuat banyak untuk benar-benar mewujudkannya. Sebutlah satu per satu bentuk komitmen Hyundai dari sektor hulu hingga hilir: pembangunan pabrik manufaktur dan baterai, produksi mobil listrik beserta layanan purnajualnya, hingga pengadaan SPKLU di seluruh Indonesia.
Pada akhirnya, ini bukanlah sekadar upaya meminimalisir jejak karbon yang kendaraan kita ciptakan; ini adalah langkah pertama untuk bersama-sama mewujudkan masa depan yang lebih baik.
Ketahui lebih banyak mengenai komitmen brand Hyundai pada Driving Meaningful Innovation dengan mengunjungi laman berikut.
Artikel ini ditayangkan atas kerja sama Mojok.co dan Hyundai Motors Indonesia.