Bagi kalian yang hendak bepergian ke Slawi atau Kota Tegal dari arah Purwokerto, pasti akan melewati jalan hutan satu ini. Yaps, jalur Hutan Jati Balapulang. Jalan yang dipenuhi pohon jati di sepanjang jalan ini terletak di Kecamatan Balapulang. Area jalan ini juga menjadi akses bagi para pengendara yang hendak menuju ke jalur pantai utara Jawa, tak terkecuali Tegal.
Kendaraan roda dua dan empat yang berasal dari Kecamatan Ajibarang (Banyumas), menggunakan jalur ini sebagai akses utama menuju Tegal. Bukan hanya itu, jalan Hutan Jati Balapulang juga digunakan sebagai akses bus-bus besar seperti Sinar Jaya.
Saya sendiri sudah tidak terhitung berapa kali melewati jalur ini kalau mau ke Tegal dan sekitarnya. Saking seringnya, saya sampai lupa. Namun, saya selalu merasa kerepotan saat melintasi jalan yang menghubungkan Bumiayu dan Slawi ini.
Kenapa bisa begitu? Jadi, begini…
Daftar Isi
Katanya jalur hutan jati, tapi kok panas?
Saat pertama melintasi jalur ini, saya merasa senang karena bisa menikmati pemandangan serba hijau yang menyehatkan mata. Namun, alih-alih merasa sejuk saat melewatinya, saya tetap merasa gerah tatkala membelah jalanan di area ini. Kebetulan saat itu sedang musim kemarau, jadi ada beberapa pohon jati di sepanjang jalan yang daunnya rontok dan hanya menyisakan ranting.
Oh ya, saya rasa pohon jati adalah tipe tumbuhan yang tidak memiliki daun yang lebat. Sehingga pohon ini tidak cocok untuk ditanam di pinggir jalan karena kurang rindang. Sehingga jalan yang mulus itu akan tetap terasa menyengat bagi pengendara walaupun sekelilingnya ada pohon jati.
Jalur Hutan Jati Balapulang begitu sunyi dan jauh dari pemukiman warga
Memang kondisi jalur Hutan Jati Balapulang memiliki kontur yang rata. Namun, kontur jalan yang nyaman itu pun terkesan percuma manakala kendaraan kita bermasalah atau mogok di tengah jalan. Jalan yang panjangnya sekitar 3 kilo meter ini hanya dikelilingi oleh pohon jati saja tanpa ada area pemukiman warga. Jangankan pemukiman, mencari tukang tambal ban di sini sulitnya seperti mencari jarum dalam tumpukan jerami. Angel tenan, Lur!
Makanya, saya mewanti-wanti kepada pengandara jika melewati jalur ini supaya mengecek kondisi kendaraan terlebih dahulu. Jangan sampai mogok di tengah hutan yang sepi itu. Hal ini berpotensi merepotkan diri kalian karena harus menuntun motor untuk mencari bengkel dengan jarak yang lumayan jauh. Apalagi kalau kalian mogok pas pakai kendaraan roda empat. Sudah pasti ciloko, Guys!
Baca halaman selanjutnya
Semakin malam, Hutan Jati Balapulang semakin mencekam
Waktu itu, saya pernah menemani seorang kawan untuk melaksanakan penelitian di salah satu desa di Kabupaten Brebes. Karena jarak antara Purwokerto dengan Brebes yang lumayan jauh, kami putuskan untuk berangkat saat malam hari pasca kegiatan pesantren. Hal ini supaya saat pagi hari teman saya bisa langsung melaksanakan observasi dan wawancara untuk keperluan penelitian. Kami pun berangkat dari Kota Satria pada pukul 23.00.
Saat melintasi Hutan Jati Balapulang, waktu menunjukan pukul 00.30. Setelah melewati SMP N 2 Balapulang ke arah utara, hanya ada beberapa rumah dipinggir jalan. Bahkan, setelah jarak 300 meter, tak ada satu pun pemukiman warga. Warung di pinggir jalan juga tidak ada.
Untungnya waktu itu kami berempat. Kami saling berboncengan menggunakan dua motor matic. Alhasil kami melewati jalur ini dengan saling beriringan. Kondisi jalan yang begitu sepi saat malam hari akan membuat siapa saja yang melintasinya merasa ketakutan. Apalagi lampu penerangan di jalan tersebut memiliki jarak yang lumayan jauh antara satu lampu dengan lainnya.
Siap adu mekanik lawan bus
Ada dua cara mengatasi ketakutan saat melintasi jalur Hutan Jati Balapulang di malam hari. Pertama dengan memacu kendaraan dengan maksimal agar lekas melewati area hutan. Atau cara yang kedua dengan mengekor di belakang mobil untuk teman berkendara.
Namun, bagi saya lebih efektif cara yang kedua. Cara pertama terlalu berbahaya bagi pengendara roda dua. Memacu kendaraan dengan kecepatan tinggi di area ini berpotensi membahayakan pengendara. Kok bisa? Karena pengendara bisa oleng bahkan terpelanting tatkala berpapasan dengan bus besar dengan kecepatan tinggi. Belum lagi jika bertemu dengan sopir bus arogan yang hobi memotong jalur lawan untuk menyalip. Siapkan saja tangan kalian untuk mengelus dada dan banyak beristighfar saja, Guys.
Jalur Hutan Jati Balapulang memang merepotkan pengendara yang melewatinya. Namun, dari situlah pengendara bisa melatih mental mereka saat melewati jalur hutan satu ini.
Tapi jangan sering-sering sih, ngapain juga melatih mental dengan melawan maut.
Penulis: Yanuar Abdillah Setiadi
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA 12 Kosakata Bahasa Tegal yang Biasa Digunakan dalam Percakapan Sehari-hari