Ada yang lebih merasa terhukum dibandingkan Arema FC
Bagi saya, Arema FC bukan klub yang mendapatkan hukuman paling berat atas Tragedi Kanjuruhan. Walaupun tim berjuluk Singo Edan tersebut merupakan salah satu pihak yang paling bertanggungjawab atas tragedi itu. Akan tetapi, yang paling merasa “dihukum” berat tentu klub Liga 2 dan Liga 3.
Kok bisa gitu? Iya, pasalnya kompetisi di bawah Liga 1 berhenti semua. Padahal, seluruh tim Liga 2 dan Liga 3 sudah siap mengarungi dan menyelesaikan musim 2022/2023. Mesti dana yang telah dikeluarkan mereka untuk mempersiapkan dan menjalani musim nggak sedikit. Sialnya, meski uangnya sudah menguap ke mana-mana, hasilnya sama sekali nggak ada.
Nggak ada apa-apanya dibandingkan hukuman Liverpool
Tragedi Kanjuruhan selalu mengingatkan saya pada Tragedi Heysel yang sama-sama memilukan. Bedanya jumlah korban Tragedi Kanjuruhan (135 orang) lebih banyak ketimbang korban Tragedi Heysel (39 orang). Selain itu, bedanya ya cuma Arema FC mendapatkan hukuman yang lebih ringan daripada Liverpool.
Atas Tragedi Heysel, Liverpool dihukum larangan bermain di kompetisi eropa selama enam tahun. Bayangkan jika hukuman serupa dijatuhkan pada klub top eropa hari ini. Pasti pundi-pundi penghasilan klub akan berkurang drastis. Skenario terburuknya adalah klub top tersebut bisa bangkrut.
Silakan bandingkan sendiri dengan hukuman yang dijatuhkan kepada mereka atas Tragedi Kanjuruhan. Jomplang banget toh?
Arema FC nyaris nggak berperan dalam menuntut keadilan bagi korban
Banyak yang bilang Arema FC itu klub nirempati. Membiarkan keluarga korban Tragedi Kanjuruhan menuntut keadilan sendiri. Tetap melanjutkan kompetisi meski tangan mereka penuh dengan cucuran darah korban. Satu pertanyaan saya, di mana hati nurani?
Mungkin satu-satunya peran Arema FC terhadap korban adalah mencantumkan jumlah korban di jersey mereka musim ini. Itu pun sempat keliru. Pihak Arema FC mengakui penulisan jumlah korban Tragedi Kanjuruhan di jersey yang ditampilkan saat launching itu salah. Kocak.
Kejadian tersebut mungkin bisa menggambarkan bagaimana komitmen Arema FC dalam mengusut tuntas Tragedi Kanjuruhan. Yang terasa sangat tidak serius. Betul apa betul pecinta sepak bola Indonesia?
Selama Tragedi Kanjuruhan belum diusut tuntas. Selama itu juga sepak bola kita nggak bakal ke mana-mana. Hanya jalan di tempat saja. Keinginan saya sangat sederhana, usut tuntas Tragedi Kanjuruhan. Baru setelah itu, kita bicara masalah lain terkait sepak bola dalam negeri.
Penulis: Ahmad Arief Widodo
Editor: Yamadipati Seno
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.