Dulu, Honda Win bisa dibeli dengan harga santai. Bahkan, sering diremehkan. Tapi sekarang, ceritanya sudah lain
Di tengah gempuran motor-motor baru dengan desain dan fitur yang makin ciamik, pesona motor lawas tak pernah benar-benar pudar. Ya memang sih, kalau soal adu mekanik dan teknologi, motor-motor keluaran lama jelas banyak kalahnya. Tapi untuk urusan kedamaian hati, motor jadul juaranya.
Coba saja tanya pada mereka yang punya motor jadul di rumahnya. Pasti mereka akan bercerita tentang perasaan damai yang tak bisa didapatkan dari NMAX, PCX, dkk, kala melihat motor tua yang sudah dicuci kinclong, terparkir di garasi rumah. Terasa nikmat aja gitu nyawangnya. Makin nikmat lagi ketika momen tersebut ditemani dengan secangkir kopi hitam plus alunan lagu favorit dari playlist Spotify. Mantap~
Salah satu nama yang selalu muncul dalam obrolan tentang motor jadul adalah Honda Win. Motor yang pernah identik dengan motore pak camat ini, pada masanya, pernah diremehkan. Tapi endingnya, doi jadi andalan juga.
Kurang diminati karena punya desain yang nggak umum
Honda Win 100 pertama kali diluncurkan di Indonesia pada 1984 oleh PT Federal Motor dan diproduksi hingga 2005. Rentang waktu ini terhitung cukup lama untuk sebuah eksistensi motor di Indonesia.
Dengan desain yang cenderung kotak, motor ini tampil beda dibanding motor lain yang saat itu masih memberikan aksen bulat-bulat. Sayangnya, hal tersebut justru membuat motor inin kurang diminati karena dianggap nggak umum. Dipandang sebelah mata lah istilahnya. Udah cem anak kedua saja, kan?
Nah, popularitas motor ini baru meroket setelah diadopsi oleh kendaraan dinas pemerintah untuk berbagai instansi seperti TNI, Polri, pegawai kecamatan, kantor pos, dsb. Jadi, rasa-rasanya tidak berlebihan jika Honda Win 100 adalah motor yang paling berjasa dalam pembangunan Indonesia.
Dari motor dinas ke bestie sunmori
Honda Win lekat dengan citra motor pemerintahan bukan tanpa alasan, ya. Di masanya, motor ini dianggap paling masuk akal untuk kebutuhan dinas: irit bahan bakar, kuat dipakai harian, dan minim drama soal perawatan. Singkatnya, bagi instansi, motor ini sangat bisa diandalkan. Capricorn banget!
Pelan-pelan, motor ini pun mulai diakui keberadaannya. Meski butuh waktu yang cukup lama, pada akhirnya Honda Win mampu berganti wajah dari motor dinas yang kaku menjadi motor yang digemari oleh berbagai kalangan usia. Bahkan, semakin banyak yang menganggap kalau Honda Win adalah motor paling cakep di antara motor honda kopling jadul lainnya. Definisi cinta datang terlambat, tapi tak masalah.
Dari POV anak muda muda kemrengseng dan bergairah, bentuk Honda Win 100 ini dinilai sangat bersahabat. Mau dibiarkan standar, dia terlihat ganteng, mau dijadikan semi-tracker atau scrambler pun, semuanya masuk. Pas banget jadi kendaraan tempur untuk touring dan sunmori tipis-tipis.
Belum kalau bicara soal perawatan Honda Win 100 yang terkenal gampang. Suku cadang masih relatif mudah dicari, mesinnya sederhana, nggak rewel dan nggak bikin boncos di bahan bakar. Kata anak motor, nyium bau bensin juga jalan tuh motor. My Win My Adventure pokoknya.
Harga Honda Win ikut naik kelas
Tapi seperti biasa. Pasar otomotif nggak pernah bisa anteng. Seiring dengan makin diliriknya si Honda Win, harga dia mulai digoreng di pasaran. Dulu, Honda Win bisa dibeli dengan harga santai. Bahkan, sering diremehkan karena identik dengan motor tua bekas dinas, yang kerjanya cuma muter kantor kecamatan, kantor pos, atau polsek. Tapi sekarang? Ceritanya sudah lain. Pasar bereaksi dengan cepat. Harga Honda Win, terutama yang kondisi orisinal, mulus dan surat lengkap, beneran bisa bikin geleng-geleng.
Begitulah Honda Win 100. Motor slow burner yang tidak meledak-ledak di awal, tapi sukses menunjukkan nilainya. Lagi-lagi, ini mengingatkan saya dengan karakter anak kedua yang sering luput dari perhatian, tapi ternyata jadi andalan. Sudahlah anak kedua, zodiaknya Capricorn pula. Menyala Honda Win!
Penulis: Dyan Arfiana Ayu Puspita
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Kalau Kamu Tahu Honda WIN 100, Masa Kecilmu Orba Banget
