Honda Verza, Produk Gagal yang Justru Meningkatkan Kesombongan Saya

Honda Verza bikin sombong. (Doc:Dhimas Muhammad Yasin)

Honda Verza bikin sombong. (Doc:Dhimas Muhammad Yasin)

Sebelumnya, saya ingin mengucap puji dan syukur kepada Tuhan. Berkat rahmat-Nya saya mendapat kesempatan untuk membeli sebuah motor baru yang sudah menjadi impian lama, yaitu Honda CB150 Verza atau dikenal juga dengan nama Honda Verza. Harapannya, motor ini tak hanya menunjang kebutuhan ngantor saja, tapi juga untuk touring ke luar kota.

Lalu, saya ucapkan terima kasih kepada Kak Rafie Mohammad selaku penulis artikel di Terminal Mojok berjudul “Honda CB150 Verza Meningkatkan Ketakwaan Saya”. Artikel tersebut menjadi salah satu referensi yang makin memantapkan diri untuk meminang motor tersebut sebagai pendamping hidup saya selama-lamanya.

Seiring berjalannya waktu, sejak membeli dan memakainya sejak bulan lalu, saya merasakan kesan yang berbeda. Alih-alih menjadikan pribadi yang bertakwa, lama-kelamaan, motor ini justru membentuk karakter saya sebagai pribadi yang jemawa. Lho, kok bisa? Berikut secuil pengalaman saya.

Honda Verza membuat saya jadi suka buang-buang uang

Honda Verza bisa menghindarkan diri dari buang-buang uang? Alasannya selain karena harganya yang murah, konsumsi bensinnya juga irit.

Tapi, motor saya ini nyatanya mudah ternoda sama debu dan rawan pudar. Terus, rantai Honda Verza suka berisik. Apa dampaknya? Saya, yang biasanya tak peduli soal perawatan motor, eh tiba-tiba jadi merasa butuh yang namanya chain lube, rust remover, sampo motor, pengilap bodi dan ban motor, sampai cat semprot segala.

Nah, semua barang tersebut saya beli di e-commerce warna oren dan saya alamatkan ke kantor untuk memudahkan pengiriman. Di kantor saya, kalau ada kiriman paket, Pak OB yang menerima, lalu mengantarkannya ke ruangan sambil mengumumkan nama penerima. Otomatis, nama saya kan terus disebut dan semua orang kantor jadi tahu kalau saya gila belanja.

Selain itu, meski rasio kompresi motor ini masih di kisaran 9,5:1, image-nya sebagai motor sport tetap membuat saya jadi sungkan kalau harus mengantre Pertalite. Sudah motornya baru, banyak belanja produk perawatan, ngisi bensinnya selalu Pertamax. Orang-orang pun makin berpikir kalau saya berduit. Jadi makin meningkat kesombongan saya, kan?

Honda Verza memunculkan sifat suka dipuji dan suka pamer

Honda Verza bisa mencegah sifat sombong dan suka pamer? Alasannya, selain karena desain motornya yang sangat kebapakan, karakter mesinnya juga tak cocok buat balapan.

Tapi, motor pilihan saya yang menurut pabriknya berwarna macho matte black ini nyatanya membuat banyak orang terpesona. Mulai dari anak-anak sampai kakek-kakek memuji kegantengan motor ini. 

Hampir setiap keluar dari kantor, masjid, pasar atau swalayan, sampai tempat wisata saya selalu dicegat orang-orang asing di parkiran. Tak sekadar mengagumi sambil mengelus-ngelus Honda Verza ini, ada juga yang sampai coba menunggangi layaknya odong-odong sambil bertanya-tanya tentang harga dan spesifikasinya.

Terus, hampir setiap hari di jalan, saya selalu dijejeri dan disapa para pemotor asing yang mengendarai motor bertipe sama, Honda Verza sebelumnya, dan Honda Megapro. Tak sedikit pula pemotor sport merek lain, mulai dari yang malu-malu nyalip terus ngelirik dari spionnya sampai terang-terangan njejeri sambil mengamati kemachoan motor ini.

Ditambah lagi deruman khas motor sport yang cenderung ngebas sambil digeber-geber gasnya. Membuat hawa kehadiran motor ini selalu jadi pusat perhatian bagi mereka-mereka yang terbiasa pakai motor bebek dan matik. Postur tubuh dengan tinggi badan 172 cm dan berat badan 70 kg kian menambah aura maskulin saya. Gimana saya nggak makin sombong, coba?

Membiasakan hidup semaksimalnya

Honda Verza bisa membuat pemiliknya membiasakan hidup sederhana? Alasannya selain karena fitur motornya yang terbilang seadanya, kaki-kakinya juga terkesan jadul.

Tapi, motor pilihan saya yang berjenis sport ini rupanya turut memengaruhi cara pandang dan kebiasaan berkendara saya sehari-hari. Saya yang biasanya santai keluar rumah pakai motor bebek dan matik dengan penampilan ala kadarnya, kok rasanya tak pede kalau pakai motor sport. Saya jadi merasa harus pakai helm SNI, kacamata, jaket touring, sarung tangan kulit, celana jins, sampai sepatu segala.

Mengendarai motor sport terawat dengan berpenampilan maksimal tentunya akan memunculkan sorot mata orang-orang yang takjub. Tak hanya aura ketampanan yang makin terpancar, percikan kesombongan saya juga makin membesar.

Meresahkan pengendara lain

Honda Verza bisa membahagiakan orang tua? Alasannya selain karena posisi setangnya tinggi, footstep-nya juga cukup maju sehingga cocok buat orang tua yang mendambakan suasana berkendara dan berboncengan yang rileks.

Tak cuma orang, ketiga kucing saya yang biasa tidur di jok motor bebek dan matik pun berpindah ke motor ini. Mereka seperti punya insting bagus soal memilih tempat tidur yang aman dan nyaman. Tak heran, setiap pagi saat hendak dipakai, jok motor ini selalu dipenuhi bekas pijakan dan cakaran mereka.

Tapi, hampir setiap hari di jalan saya memergoki pemotor cewek yang berpaling sama motor ini. Mulai dari ciwi-ciwi sampai emak-emak, entah sendirian entah boncengan sama cowoknya yang tampak gusar. Ditambah lagi para pemotor sport lain yang suka nyalipin saya sambil geber-geber gas, seolah-olah nantang balapan. Artinya apa? Mereka semua resah sama keberadaan motor ini. Saya kan jadi sungkan meski benih kesombongan makin bersemi dalam sanubari.

Itulah pengalaman saya selama memiliki Honda Verza. Meski sering dicibir karena namanya menyerupai akronim “versi biasa” bahkan dianggap produk gagal, motor ini tak kalah keren kok kalau disandingkan sama motor-motor lain di parkiran. Di zaman motor matik saat ini, keberadaan motor sport justru jadi pembeda sekaligus momen nostalgia bagi orang-orang yang merindu masa muda, tapi tak bisa terwujud karena tuntutan keadaan.

Untuk Kak Rafie dan kawan-kawan yang sepemikiran, maaf saja ya. Mungkin di mata anak sekolah atau anak kuliahan, Honda Verza jadi semacam bahan tertawaan. Tapi, di mata orang dewasa atau orang kantoran, nyatanya motor ini bisa jadi bahan gegayaan. Lagipula kebutuhan pencitraan itu kan tak melulu soal kecepatan.

Saya sendiri sudah puas membuktikan, kini giliran kalian-kalian yang belum mencoba. Salam Geber!

Penulis: Dhimas Muhammad Yasin

Editor: Yamadipati Seno

BACA JUGA Honda Scoopy Begitu Laris, Memangnya Apa yang Bikin Orang Suka sama Cangkang Keong Dikasih Ban Ini?

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version