Bobot terlampau berat untuk ukuran manusia kayak saya
Bisa memaklumi soal akselerasi tak serta merta menaiki PCX jadi menyenangkan. Ditambah saat menengok soal bobot motor yang berkisar di 130-an kg bikin masalah saya dengan skutik keluaran Honda jadi nggak meredup. Menggeser posisi sebiji PCX, buat saya, hampir setara ujian hidup. Sama beratnya.
Rasanya energi yang dihasilkan satu porsi nasi kondangan hilang seketika saat saya diharuskan memutar motor ini supaya bisa pulang. Posisi sempit dan dihimpit motor lain menambah gemetar tangan. Mundur dan mencoba sedikit mengangkat “bokongnya” bukan pilihan yang tepat. Meski mengerahkan semua tenaga, tangan kecil ini tetap nggak kuat. Hasilnya terdengar suara klakkkk. Saya mencoba biasa. Rasanya nggak lucu kalau harus teriak auhhh di depan banyak orang dan pasangan.
Kalau benar-benar gratis sih boleh
Dengan sedikit pesakitan, saya pulang. Walaupun akhirnya pas sampai di rumah mertua, balsem dan tangan pasangan tak paksa untuk mengurangi sakit di pergelangan yang tadi sempat terkilir. Akhirnya saya bisa bebas teriak “ahhhh wadah” dengan lega. “PCX sialan,” hardik saya.
Menaiki Honda PCX memang bukan suatu pilihan yang tepat. Di awal saya sudah lantang bilang bahwa nggak akan mau meminang skutik satu ini, walaupun itu diberi secara cuma-cuma alias gratis. Tapi semisal ada yang beneran ngasih gratis, boleh saja sih. Saya bisa pertimbangkan…
Untuk dijual, tentu saja. Mayan, je.
Penulis: Budi
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Review Honda PCX 150 Setelah Setahun Pemakaian