Honda EM1 e:, EV Mahal dari Honda yang Sebenernya Biasa Aja

Honda EM1 e:, EV Mahal dari Honda yang Sebenernya Biasa Aja honda cb150x

Honda EM1 e:, EV Mahal dari Honda yang Sebenernya Biasa Aja (Tinxi via Shutterstock.com)

PT Astra Honda Motor (AHM) akhirnya menelurkan motor listrik Honda EM1 e: di acara Gaikindo Indonesia International Auto Show atau GIIAS 2023 pada Jumat, 11 Agustus 2023.

Peluncuran EV milik Honda ini juga sebagai bukti bahwa menggarap kendaraan listrik bukan hal yang sulit. Tentu saja, untuk pabrikan segede Honda, apa sih yang susah. Hadirnya Honda EM1 e: juga memberikan opsi tambahan buat pencinta roda dua untuk memilih EV dambaannya di luar pabrikan lokal yang telah lebih dulu menjual line up EV seperti Gesits, Polytron, Alva Cervo, dan lainnya.

“Motor ini kami persembahkan bagi masyarakat Indonesia yang menantikan sepeda motor listrik berkualitas tinggi yang dapat memberikan keamanan, kenyamanan, dan kesenangan saat mengendarainya. Kami pun melengkapi kehadiran Honda EM1 e: dengan pilihan pengisian baterai yang paling sesuai dengan kebutuhan konsumen,” ujar President Director AHM Susumu Mitsuishi yang dikutip dari Tempo.

Terus apa istimewanya electric vehicle yang satu ini?

Jika ada yang menanyai soal keistimewaan motor ini, tentu saja jawabannya karena EV yang satu ini adalah keluaran Honda. Pabrikan besar dengan jangkauan dukungan ekosistem yang sudah meluas.

Hal ini juga diperjelas sama Executive Vice President Director AHM Thomas Wijaya dikutip dari Liputan 6, “Melengkapi Kehadiran Honda EM1 e: perusahaan juga menyiapkan dukungan ekosistem sepeda motor listrik Honda dari hulu hingga hilir.”

“Harapannya hal ini dapat mendukung upaya pemerintah dalam mengakselerasi pertumbuhan kendaraan listrik untuk masyarakat sekaligus memajukan industri sepeda motor di Indonesia,” lanjut Thomas.

Selain itu, menyoal spesifikasi Honda EM1 e: juga sudah “oke”. Dibekali motor 1,7 kw bertipe in wheel brushless yang mampu menempuh jarak 40-an kilometer dengan maksimum speed-nya 45 km/ jam udah amat cukup untuk rute dalam kota. Itu berarti, motor ini memang diperuntukkan untuk perjalanan santai yang nggak jauh-jauh amat. Dan jangan ngelunjak dengan membawanya yang-yangan ke Telomoyo, percayalah itu nggak cocok.

Oh iya, Honda EM1 e: juga sudah memakai baterai Honda power pack dengan waktu pengisian 0-100 persen memakan waktu 6 jam. Sementara jika 25-75 persen cuman butuh waktu 2,7 jam. Cukup bentar bukan?

Listrik rumah harus gede

FYI, untuk yang mau memboyong Electric Vehicle macam EM1 e: ini usahakan listrik rumah 2200 watt. Atau paling nggak 1300 watt-lah biar listrik rumah nggak jeglek atau susah-susah matiin semua peralatan listrik kalau mau nge-charge. Tapi ada satu hal yang cukup membuat pikiran saya agak gimana gitu pas lihat harga charger-nya yang dijual terpisah. Larang banget og, Nda. Sebiji charger dihargai Rp5-6 jutaan.

Namun begitu, visual tampangnya EV ini solid dan compact banget dengan desain model ala scooter dan kece. Sebab, perlampuan yang dipakai sudah full LED. Menariknya, model lampu depan segitiga terbalik menempel langsung di dasi depan, sementara lampu belakang nggak banyak gimmick. Desainnya menyipit dan simpel. Secara keseluruhan, kesan futuristik dan simpel EV milik Honda ini dapat banget. Ditambah lagi sama model footstep belakang yang menyatu di bodi samping, bikin look-nya tetap clean kalau melihat dari pinggir.

Apalagi AHM menghadirkan EM1 e: dengan pelbagai pilihan warna, yakni Inovative White, Intelligent Matte Black dan Smart Red.

Honda EM1 e: cocok buat buat bawa galon atau sekadar beli bakso dekat rumah

Dengan melihat jarak tempuh Honda EM1 e: yang cuman 40-an kilometer sekali isi baterai full, jelas bikin motor ini hanya cocok untuk muter-muter desa atau sekadar beli bakso. Sebenarnya boleh juga sih dibawa berangkat ke pabrik atau kantor, tapi maksimal jaraknya ya paling 10-20 kilometer dari rumah.

Tapi tetap saja, saya rasa EV yang satu ini amat cocok untuk beli bakso atau bawa galon maupun gas mengingat ruang kakinya yang lega banget. Bahkan bagian ini lebih lega, datar dan lapang dari motor matic kebanyakan. Nggak usah khawatir kagok bawa motor ini sebab seat height-nya cuman 740 mm yang bikin nggak perlu jinjit pas duduk. Dan bobotnya juga ringan, cuman 93 kg saja.

Perkara bakal remuk apa nggak jika membawa galon 19 liter atau tabung gas pun nggak perlu dirisaukan. Sebab, bagian depannya sudah memakai velg casting wheel 12 inci dengan profil ban 90/90 plus shock teleskopik. Sementara sisi belakang ditempeli ban 10 inci berukuran 100/90 dan sudah pakai double shock yang jelas lebih kokoh dan kayaknya nyaman juga sih. Nggak tahu deh, belum pernah nyoba lha wong motor ini mulai didistribusikan Desember akhir tahun ini.

Satu hal—lagi—yang bikin saya takjub. Meski Honda EM1 e: nggak kencang-kencang amat, tapi EV yang satu ini sudah memakai sistem pengereman combi brake kebanggaan Honda yang bisa dibilang mumpuni. Bagian depan sudah dibekali rem cakram dengan kaliper satu piston kepunyaan Nissin dan belakangnya masih tromol.

Lewat Honda EM1 e:, pabrikan ini menunjukkan “dia” nggak serakah

Namun ada hal yang saya tangkap saat Honda menelurkan EM1 e: Jumat (11/8/2023). Yakni pabrikan ini mau menunjukkan “dia” nggak serakah mau menguasai semua segmen roda dua. Saya cukup tercengang melihat harga yang dipatok untuk satu unit EM1 e: yang bisa dibilang amat mahal. 40 juta, Bos, larange.

Apalagi saat pabrikan lokal macam Gesits, Polytron, Alva Cervo menjual EV-nya mulai harga 10-30 jutaan dengan spesifikasi motor yang dipakai powerful yakni 1,7 kw, 3 kw,4 kw. Dari spesifikasi pabrikan lokal ini jelas lebih di atas EM1 e: yang cuman pakai motor 1,7 kw dan dihargai lebih dari Rp40 jutaan pula.

Nah, saya menangkap sinyal bahwa Honda nggak mau serakah dengan tidak melahap pasar EV terjangkau. Ya dengan menjual produknya dengan harga yang (ke)mahal(an). Setidaknya sih, untuk saat ini begitu. Nggak tahu kalau tiba-tiba bikin Honda EM1 Lite.

Tapi, kalau tanya worth apa nggak, ya tanyakan pada diri sendiri: mau nggak beli kendaraan seharga 40 jutaan cuman buat keliling kompleks dan beli galon?

Penulis: Budi
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Motor Bodong, Tetap Diminati meski Bahaya Menanti, tapi, Mengapa?

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version