HokBen Fried Chicken: Ayam Goreng Tepung yang Overrated

HokBen Fried Chicken: Ayam Goreng Tepung yang Overrated terminal mojok.co

HokBen Fried Chicken: Ayam Goreng Tepung yang Overrated (Unsplash.com)

Sebagai penikmat ayam goreng tepung, saya merasa antusias ketika variasi makanan ini semakin beragam dan bisnisnya pun semakin menjamur. Olahan ayam goreng tepung saat ini semakin banyak. Mulai dari merek dengan nama mentereng sampai yang baru merintis.

Di antara gencarnya persaingan ayam goreng tepung, muncul penantang baru. Adalah HokBen yang punya menu terbaru ayam goreng tepung dan diberi nama HokBen Fried Chicken. Iya, HokBen, restoran cepat saji ala Jepang itu kini punya menu ayam goreng tepung. Kalau nggak percaya, kalian bisa datang langsung ke gerai terdekat atau cek aplikasi GoFood kalian masing-masing.

Di antara menu masakan khas Jepang yang rasanya tiada banding itu, menu fried chicken memang terbilang masih asing. Saya jadi bertanya-tanya: apakah eksistensi sekaligus rasa dari HokBen fried chicken bisa jadi pesaing yang paripurna bagi kompetitor lain?

Beberapa waktu lalu, saya coba memesan menu HokBen fried chicken. Saya request potongan paha atas. Untuk harga paketan sampai dengan a la carte, jujur saja ia terbilang sedikit lebih mahal dibanding kompetitornya.

Untuk paket 1 berupa: 1 pcs ayam goreng tepung, nasi, ice lemon tea, dan acar, harganya Rp42.000.
Untuk paket 2: menunya sama dengan paket 1, tapi dapat 2 potong ayam, harganya Rp57.000.
A la carte HokBen fried chicken 1 pcs, Rp25.000.
A la carte HokBen fried chicken 2 pcs, Rp43.000.

Kendati demikian, dari segi ukuran, HokBen fried chicken nggak perlu diragukan lagi. Ukurannya besar banget.

Dari sisi tekstur, ia terasa kurang juicy jika dibandingkan dengan ayam goreng tepung para kompetitornya. Selain itu, alih-alih crispy, tepungnya terlalu garing. Entah karena alasan apa hal tersebut bisa terjadi. Apakah beda gerai akan beda tingkat crispy dan juicy-nya? Atau waktu itu saya kebetulan nggak dapat produk terbaiknya? Entahlah. Tapi yang pasti, sensasi crispy yang saya bayangkan menjadi hilang seketika.

Oleh karena beberapa hal tersebut, HokBen fried chicken terkesan overrated. Apalagi jika ia disandingkan dengan menu lainnya yang sudah sangat familiar di mulut.

Namun, di antara sensasi yang saya rasakan untuk menu ini, ada sisi positif yang patut diapresiasi. Perihal keunikan rasa yang ditawarkan pada dagingnya, seperti ada rasa asin yang pas dan bumbu khas ala HokBen yang menyatu dengan serpihan kecil rumput laut di dalamnya. Ini semacam hidden gem.

Selain itu, untuk menambah sekaligus melengkapi kenikmatan, saya sangat menyarankan untuk menyantap sepotong HokBen fried chicken bersamaan dengan saus cabainya. Kalau perlu, request tambah mayonesnya sebagai saus pelengkap. Serius. Rasanya akan jadi jauh lebih nikmat dan melengkapi satu sama lain. Seperti kepingan puzzle yang akhirnya bisa menyatu dengan paripurna.

Saya cukup yakin, HokBen fried chicken punya potensi untuk bersaing dengan kompetitor lainnya dan bisa menjadi pembeda. Namun, mungkin perlu dikaji kembali tentang seberapa tingkat juicy dari ayamnya dan seberapa crispy tepungnya. Harganya juga, siapa tahu bisa dipertimbangkan untuk lebih terjangkau kantong-katong kami di masa kering.

Penulis: Seto Wicaksono
Editor: Audian Laili

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Exit mobile version