Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Hindari Ngomong Kalimat Goblok ‘Yok bisa yok’. Toxic Positivity, Bos!

M. Farid Hermawan oleh M. Farid Hermawan
14 Januari 2021
A A
Kalimat Yok bisa yok Bukan Toxic Positivity Sini Saya Jelasin motivasi

Motivasi (Pixabay.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Memotivasi sih memotivasi, cuma kalau jatuhnya nggak realistis bin goblok baiknya jangan dipaksakan ke orang yang benar-benar benar butuh pertolongan nyata. Sungguh, melempar kalimat “yok bisa yok” kepada seseorang yang sedang galau dan bingung adalah sebuah contoh nyata toxic positivity.

Saya pernah merasakan betapa kalimat “yok bisa yok” ini sungguh sangat nggak berguna dalam kehidupan dan dalam kegiatan memotivasi. Pertemuan saya dengan kalimat goblok ini adalah ketika saya sedang pusing-pusingnya ngerjain tugas laporan UAS alat ukur psikologi. Waktu itu saya sedang ngerjain laporan bareng kawan-kawan saya dan sialnya waktu pengumpulan laporan dipercepat. Saya yang waktu itu sedang aktif-aktifnya organisasi blas lupa bahwa tugas laporan UAS saya itu dipercepat pengumpulan. Di momen kumpul-kumpul tersebut saya praktis benar-benar dibuat pusing karena laporan saya belum tersentuh sedikit pun dan dua hari lagi pengumpulan laporan.

Salah satu kawan saya yang jauh-jauh hari mengerjakan laporannya dan sudah hampir selesai akhirnya mengeluarkan kalimat sialan itu di tengah kekalutan saya dengan laporan. “Yok bisa yok…!” kata dia dengan entengnya sambil lalu dan pamit pulang karena sudah selesai mengerjakan laporannya. 

Sontak saja saya mangkel banget dalam hati. Gimana “yok bisa yok” goblok, situ bukannya ngebantu malah pulang. Satu juta kali pun saya mendengarkan kalimat “yok bisa yok” juga nggak akan ada pengaruhnya. Dibantuin kek, lha ini cuma onani motivasi dengan toxic positivity. Untungnya, berkat the power of kepepet, laporan saya tersebut selesai. Tentu saja tanpa ada campur tangan kalimat “yok bisa yok” yang nggak guna itu.

Jika kalian tahu toxic positivity, ya, kalimat tersebut adalah kalimat yang bikin seseorang beranggapan bahwa dengan cara berpikir positif semua masalah akan terlewati plus selesai. Padahal sebenarnya mau kamu mikir negatif atau positif kalau suatu masalah nggak diselesaikan atau dikerjakan ya gimana mau selesai?

Gini lho, saya yakin kamu pernah bertemu manusia-manusia super bijak yang kerjaannya kelihatannya baik banget. Tiap kamu curhat ke dia soal permasalahanmu dia ngasih berjibun kalimat indah penuh semangat. Setiap kamu ngeluh banyaknya tugasmu, dia dengan seksinya ngomong, “Yok kamu pasti bisa. Yok bisa yok.” Dan sudah. Nggak ada tindakan apa pun dari si motivator super duper ini. Di situlah letak masalahnya. Sebenarnya kalimat ini akan  benar-benar efektif jika diiringi dengan sebuah tindakan yang berorientasi aksi, bukan cuma bacot doang.

Sebab pada dasarnya seseorang yang sedang mencurahkan masalahnya itu memang butuh didengarkan dan juga butuh support. Tapi, respons kita sebagai pendengar jangan kelewat baik. Buang kalimat-kalimat basi itu. Kalimat sampah yang sebenarnya nggak ngaruh jika kita sebagai pendengar nggak berusaha menolong, menawarkan suatu tindakan untuk membuat masalahnya ringan, hingga mencoba mencarikan solusi yang paling masuk akal alih-alih orang yang stres skripsi disuruh jangan menyerah. Apanya yang menyerah, Cuk, orang yang galau skripsi itu ya dibantu, dibimbing, dan kalau kamu mau cari untung ya dijokiin supaya skripsinya selesai. Bukan disuruh “yok bisa yok”, bisa gila iya.

Kalimat macam ini juga penuh kepalsuan dan punya efek penenang yang nggak permanen. Kamu mungkin bisa tenang ketika mendengarkan atau membaca kalimat yok bisa yok dari teman atau sahabatmu. Namun, itu hanya berlangsung sekian menit hingga jam. Keesokannya tetap saja kamu bakal overthinking dengan semua masalahmu. Sebab, yang kamu terima itu hanya sebuah motivasi semu. Motivasi semu jatuhnya hanya memberikan sebuah harapan dalam jangka waktu pendek, bukan jangka panjang yang sebenarnya itulah yang dibutuhkan saat berada dalam posisi bingung berat, takut, galau, dan banyak masalah.

Baca Juga:

4 Dosa Besar yang Sering Dilakukan oleh Motivator

Ikrar Wisuda Bareng Teman Seangkatan Itu Cukup untuk Motivasi, Jangan Dijadikan Target Bersama, apalagi Maksa

Saya agak sedikit curiga, orang pertama pencipta kalimat “yok bisa yok” ini adalah seorang penipu ulung modal bacot saja yang dengan cerdiknya mengatakan dengarlah kalimat ini, maka kamu akan bisa bikin satu juta candi dalam semalam.

Bayangkan saja jika kamu disuruh bikin acara dengan modal satu juta tapi ketua pelaksana mau kita mengonsep acara dengan mengundang band sekelas Dream Theater. Lalu dengan santainya si ketua ini memotivasi kamu bahwa kamu pasti bisa dan yok bisa yok ngundang Dream Theater modal satu juta rupiah. Ya tentu kalimat motivasi goblok itu nggak akan pernah berguna jika si ketua tidak memutar otak ikut membantu menambah modal acara supaya bisa ngundang Dream Theater.

Lagian nih ya, mengucapkan kalimat “yok bisa yok” kepada seseorang yang dirundung masalah  tanpa aksi itu seperti kamu suka sama cewek tapi nggak berani nembak. Rasa cintanya ada cuma nggak ada pengaruh sama sekali ke si cewek, lha kamu nggak berani nembak gimana si cewek bisa ngerespons?

Okelah kamu protes ke saya dan menuduh saya nggak punya hati mengatakan bahwa kalimat itu nggak guna karena menurutmu kalimat itu sungguh sangat manjur menambah semangat orang yang kegencet masalah. Di pikiranmu mungkin kalimat yok bisa yok itu benar. Namun berpikirlah jika yang punya masalah itu adalah kamu. Percayalah, kalimat “yok bisa yok” akan terasa sangat menyebalkan di telingamu jika kamu punya masalah.

Begini, kadang seseorang yang punya masalah lalu curhat kepada sahabat atau temannya yang dia butuhkan sederhana, hanya ingin didengarkan dengan baik tanpa adanya penghakiman balik. Itu tipe yang sederhana. Kadang ada juga tipe pencurhat yang rumit, ia perlu didengar dan juga perlu dibantu. Nah tipe kedua inilah yang sering kita kasih kalimat toxic positivity itu, yang sebenarnya percayalah, itu nggak ngaruh sama sekali. Yang mereka perlukan sebenarnya adalah sebuah kerealistisan atas masalah yang mereka sampaikan ke kita.

Tugas kita tentu selain mendengar adalah realistis. Realistis dengan cara apa? Ya sampaikan bahwa apa yang bisa kamu lakukan untuk membantunya, jika pun kamu nggak bisa bantu, setidaknya jangan ngasih semangat penuh khayalan bahwa temanmu itu mampu ngelunasin utangnya yang satu miliar itu dalam sekali kedip. Kecuali kamu punya pesugihan katak Myoboku, ya monggo. Kalau nggak, ya paling tidak kamu cukup diam dan sedikit memberi saran yang masuk akal.

Maka dari itu, mulai sekarang baiknya kalimat “positivitas beracun” itu dihapus saja. Kalau cuma ngasih motivasi begituan tanpa ada aksi nyata ya sama aja dengan teriak kerja, kerja, kerja, tapi di daerahnya pengangguran makin banyak.

“Yok bisa yok”, ditolong kagak, ya jadinya “yok goblok yok”.

BACA JUGA Cari Film Mirip Crows Zero? Coba High&Low dan artikel M. Farid Hermawan lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 13 Januari 2021 oleh

Tags: motivasitoxic positivity
M. Farid Hermawan

M. Farid Hermawan

Manusia

ArtikelTerkait

4 Tipe Motivator Indonesia Menyebalkan yang Biasanya Ada di Seminar Perkantoran terminal mojok.co

4 Tipe Motivator Indonesia Menyebalkan yang Biasanya Ada di Seminar Perkantoran

4 Februari 2021
Kalimat Yok bisa yok Bukan Toxic Positivity Sini Saya Jelasin motivasi

3 Alasan Buku Motivasi Selalu Laku di Pasaran

28 November 2020
karya

Tidak Semua Celaan Perlu Dibalas dengan Karya, Kawan

10 Juli 2019
keluar zona nyaman

Kalau Zona Nyaman Sudah Bikin Nyaman, Kenapa Harus Keluar?

26 Juni 2020
5 Pelajaran Hidup Super Inspiratif dari Khabib Nurmagomedov terminal mojok.co

5 Pelajaran Hidup Super Inspiratif dari Khabib Nurmagomedov

3 November 2020
Kalimat Yok bisa yok Bukan Toxic Positivity Sini Saya Jelasin motivasi

Kalimat ‘Yok bisa yok’ Bukan Toxic Positivity, Sini Saya Jelasin

23 Januari 2021
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

4 Hal tentang Untidar Magelang yang Belum Diketahui Banyak Orang Mojok.co

4 Hal tentang Untidar Magelang yang Belum Diketahui Banyak Orang

29 November 2025
Rekomendasi Tempat Jogging Underrated di Semarang, Dijamin Olahraga Jadi Lebih Tenang Mojok.co

Rekomendasi Tempat Jogging Underrated di Semarang, Dijamin Olahraga Jadi Lebih Tenang

3 Desember 2025
Jalur Pansela Kebumen, Jalur Maut Perenggut Nyawa Tanpa Aba-aba

Jalur Pansela Kebumen, Jalur Maut Perenggut Nyawa Tanpa Aba-aba

2 Desember 2025
Bengawan Solo: Sungai Legendaris yang Kini Jadi Tempat Pembuangan Sampah

Bengawan Solo: Sungai Legendaris yang Kini Jadi Tempat Pembuangan Sampah

2 Desember 2025
Pengakuan Pengguna Tumbler Lion Star: Murah, Awet, dan Tidak Mengancam Masa Depan Karier Siapa pun

Pengakuan Pengguna Tumbler Lion Star: Murah, Awet, dan Tidak Mengancam Masa Depan Karier Siapa pun

29 November 2025
Alasan Orang Solo Lebih Hafal Jalan Tikus daripada Jalan Utama

Alasan Orang Solo Lebih Hafal Jalan Tikus daripada Jalan Utama

30 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.