Hidup di Semarang dengan gaji UMK Semarang itu masih bisa, asalkan kudu pinter banget mengatur keuangan. Kalau tidak ya, ucapkan selamat tinggal
Semarang adalah salah satu kota besar di Indonesia yang paling banyak diperbincangkan. Bukan semata soal hawa panas yang juara, tapi juga bencana banjir yang tak pernah absen tiap tahunnya. Polemik lain yang sering menyulut silang pendapat adalah perkara biaya hidup layak di Kota Lumpia.
Banyak orang beropini, hidup di ibu kota tidak mungkin selamat hanya dengan mengandalkan gaji UMK Semarang. Sebagian bilang, hal tersebut cuma masalah pengelolaan finansial. Memang benar, Kota Atlas menempati nominal UMK tertinggi di Jawa Tengah, yakni menyentuh angka 3 jutaan.
Pun, bukan suatu kemustahilan seseorang bisa bertahan hidup dengan kondisi wajar di Semarang. Sayangnya, tidak semua insan sanggup melalui ujian ini. Mereka yang bermental baja serta tak mudah tergoda bujuk rayu kemewahan dunia saja yang mampu melewatinya.
Kebutuhan pokok harus dirinci cermat kalau nggak mau asam lambung kumat
Saat menjejakkan pertama kali di kota dengan simbol Lawang Sewu, yang perlu diperhatikan adalah tempat tinggal. Biaya sewa kos dengan perabot seadanya di pinggir kota masih ada yang dipatok seharga 500 ribu rupiah. Jika membawa barang elektronik selain ponsel, umumnya pemilik kos akan menyodorkan tagihan tambahan 50 ribu sampai 100 ribu rupiah per bulan tergantung jenis dan jumlah benda. Gaji UMK Semarang tentu bisa meng-cover ini.
Dana vital lainnya yang harus dipikirkan adalah pengeluaran makan. Bersantap di warung rata-rata menghabiskan uang sejumlah 15 ribu rupiah. Anggap saja, sehari hanya butuh dua kali mengisi perut dengan nasi. Sementara, pagi hari dijejali dengan minuman sereal seharga 60 ribu rupiah untuk 30 bungkus. Beruntung jika kos menyediakan fasilitas dapur yang dilengkapi air minum dan gas secara cuma-cuma. Hitungan kasar untuk segala kepentingan perut adalah 1.200.000 rupiah per bulan.
Keperluan selanjutnya yang tak dapat ditinggalkan yaitu dana transportasi. Sekali naik BRT Trans Semarang, penumpang umum merogoh kocek tak lebih dari 4 ribu rupiah. Sedangkan para pelajar diberikan keistimewaan untuk membayar seribu rupiah saja. Dengan perhitungan lima hari kerja serta dua kali perjalanan, 200 ribu dirasa cukup untuk ongkos transportasi. Di luar itu, membiasakan berjalan kaki merupakan keputusan bijak demi badan dan dompet yang sehat. Ingat, inilah hidup dengan gaji UMK Semarang.
Baca halaman selanjutnya: Tidak berhenti …
Tidak berhenti sampai di situ, bujet kuota sudah siap memanggil. Setidaknya, satu lembar uang seratus ribu sanggup memenuhi kebutuhan komunikasi satu bulan. Sementara, nominal yang sama harus dicukupkan untuk keperluan belanja pribadi seperti sabun, odol, dan sampo. Bila ditotalkan, sekurang-kurangnya alokasi 2.200.000 ribu rupiah mesti disediakan guna menutup biaya hidup.
Anggaran rekreasi tetap harus ada supaya kewarasan terjaga gara-gara hidup dengan gaji UMK Semarang
Setelah menilik proyeksi seadanya, orang mungkin bisa bernapas lega karena melihat sisa sekitar satu juta dari gaji UMK Semarang. Jika tidak ada pembengkakan pengeluaran, sedikit memanjakan diri tidak ada salahnya. Mencari hiburan tidak harus mahal. Ikut berolah raga pagi seraya bermandi matahari kala car free day di pusat kota boleh dipertimbangkan.
Saat bukan akhir pekan, menghabiskan senja di Simpang Lima mungkin bisa sedikit mengobati kelelahan jiwa. Terlebih, saat ini bundaran ikonik tersebut sudah dilengkapi bangku taman dengan sandaran yang cukup nyaman. Melihat aktivitas orang-orang atau kendaraan yang berlalu lalang sepertinya bukan ide buruk. Jajanan yang ditawarkan pedagang kaki lima yang beroperasi di sana juga terhitung murah. Segelas es Milo atau Nutrisari hanya dibanderol seharga lima ribu rupiah.
Sebenarnya, tidak susah mengulik tempat wisata murah atau yang tidak dipungut biaya di kota ini. Sederet tempat publik seperti Taman Indonesia Kaya dan Taman Bridge Fountain bisa dinikmati secara percuma. Selain itu, kunjungan ke Museum Kota Lama juga tidak akan dibebani pungutan tiket. Psikis yang terkikis bisa diobati tanpa bikin dompet meringis. Sementara, raga yang lunglai cukup dipulihkan dengan tempelan koyo belasan ribu satu bungkus.
Hidup pantas dengan UMK Semarang sejatinya bukan fantasi. Akan tetapi, keputusan berani ini memang sebuah tantangan yang memerlukan strategi dan perhitungan keuangan yang bikin senewen. Kalau ototmu bukan kawat dan tulangmu tidak terbuat dari besi, sebaiknya hempaskan khayalan tinggal di Semarang dengan gaji bulanan tiga jutaan.
Penulis: Paula Gianita Primasari
Editor: Rizky Prasetya