Tidak berhenti sampai di situ, bujet kuota sudah siap memanggil. Setidaknya, satu lembar uang seratus ribu sanggup memenuhi kebutuhan komunikasi satu bulan. Sementara, nominal yang sama harus dicukupkan untuk keperluan belanja pribadi seperti sabun, odol, dan sampo. Bila ditotalkan, sekurang-kurangnya alokasi 2.200.000 ribu rupiah mesti disediakan guna menutup biaya hidup.
Anggaran rekreasi tetap harus ada supaya kewarasan terjaga gara-gara hidup dengan gaji UMK Semarang
Setelah menilik proyeksi seadanya, orang mungkin bisa bernapas lega karena melihat sisa sekitar satu juta dari gaji UMK Semarang. Jika tidak ada pembengkakan pengeluaran, sedikit memanjakan diri tidak ada salahnya. Mencari hiburan tidak harus mahal. Ikut berolah raga pagi seraya bermandi matahari kala car free day di pusat kota boleh dipertimbangkan.
Saat bukan akhir pekan, menghabiskan senja di Simpang Lima mungkin bisa sedikit mengobati kelelahan jiwa. Terlebih, saat ini bundaran ikonik tersebut sudah dilengkapi bangku taman dengan sandaran yang cukup nyaman. Melihat aktivitas orang-orang atau kendaraan yang berlalu lalang sepertinya bukan ide buruk. Jajanan yang ditawarkan pedagang kaki lima yang beroperasi di sana juga terhitung murah. Segelas es Milo atau Nutrisari hanya dibanderol seharga lima ribu rupiah.
Sebenarnya, tidak susah mengulik tempat wisata murah atau yang tidak dipungut biaya di kota ini. Sederet tempat publik seperti Taman Indonesia Kaya dan Taman Bridge Fountain bisa dinikmati secara percuma. Selain itu, kunjungan ke Museum Kota Lama juga tidak akan dibebani pungutan tiket. Psikis yang terkikis bisa diobati tanpa bikin dompet meringis. Sementara, raga yang lunglai cukup dipulihkan dengan tempelan koyo belasan ribu satu bungkus.
Hidup pantas dengan UMK Semarang sejatinya bukan fantasi. Akan tetapi, keputusan berani ini memang sebuah tantangan yang memerlukan strategi dan perhitungan keuangan yang bikin senewen. Kalau ototmu bukan kawat dan tulangmu tidak terbuat dari besi, sebaiknya hempaskan khayalan tinggal di Semarang dengan gaji bulanan tiga jutaan.
Penulis: Paula Gianita Primasari
Editor: Rizky Prasetya