Daripada mengawali pagi dengan secangkir kopi yang berpotensi bikin kamu sangat produktif, padahal yang bakalan kaya juga si bos, nih, saya rekomendasikan satu tontonan seru di pagi hari. Dijamin, pagi hari kamu bakal makin berwarna karena ketawa-ketawa di sepanjang acara. Lumayan kan buat bekal menghadapi hari yang berat di luar sana?
Hello Jadoo itu judul tontonan serunya. Sepintas memang terdengar seperti bahasa India, tapi jangan salah, serial kartun ini justru berasal dari Korea Selatan. Iya, tontonan seru yang saya rekomendasikan memang serial kartun. Percayalah, Hello Jadoo memang sebagus dan seseru itu untuk ditonton. Saking serunya, saya sampai berharap jangan sampai KPI tahu. Kalau KPI sampai tahu, nonton Hello Jadoo bisa-bisa nggak seru lagi.
Maklum, bagi orang yang menganggap pakaian Sandy Cheeks lebih bahaya daripada adegan mesra-mesraan di sinetron, kartun Hello Jadoo bisa jadi meresahkan. Gimana nggak meresahkan, wong di beberapa episodenya si Jadoo Choi ini sering sekali teriak-teriak. Teriak ke temannya, ke adiknya, apalagi ke emaknya. Sering banget. Mana kalau Jadoo teriak ke emaknya, si emak balas ngegas pula!
Itulah sebabnya sungguh amat berbahaya kalau kartun satu ini di-notice KPI. Bakal ada banyak scene tubir-tubir Jadoo vs Emak yang dibabat habis tanpa sisa. Bakal dianggap mengajarkan anak jadi pembangkang lah, saru lah, nggak sesuai dengan budaya kita lah, dsb. Dan kalau beneran sampai di-cut sana-sini, apa enaknya nonton acara yang sudah dipotong-potong? Ya, kan?
Padahal seberantem-berantemnya Jadoo sama emaknya, mereka berdua tetap saling menyayangi satu sama lain. Contohnya ketika Jadoo mau diadopsi oleh tantenya di luar negeri. Awalnya Jadoo senang lantaran dia bisa bebas dari emaknya yang rewel. Begitu juga dengan emaknya yang sok-sokan cuek bebek. Tapi, apa yang selanjutnya terjadi? Keduanya nggak bisa bohong kalau mereka nggak bisa jauh satu sama lain. Huhuhu. Mewek aku, Mak.
Begitu juga saat emaknya Jadoo ulang tahun. Jadoo yang nyaris tiap hari berantem sama emaknya tetap berusaha memberikan kado di hari ulang tahun emak tercinta. Bahkan Jadoo sampai menangis di depan emaknya karena merasa nggak bisa memberikan hal yang lebih bagus di hari ulang tahun. Artinya, tubir-tubir Jadoo sama emak hanyalah bahasa cinta ala mereka. Tapi, nggak tahu juga apa yang begini bisa dimengerti oleh mereka-mereka yang lebih ngeri sama tupai berbikini.
Itu baru soal teriakan-teriakannya. Belum soal polah Jadoo yang memang tomboi abis. Jadoo itu, meskipun anak perempuan, dia nggak segan buat gelut. Kalau ada temannya yang ditindas atau adiknya dijahilin, Jadoo nggak segan untuk maju paling depan. Buat apa? Buat nantangin gelut! Coba bayangkan kalau KPI sampai nonton, apa mereka nggak kejang-kejang?
Termasuk soal pakaian Jadoo. Seragam sekolah yang Jadoo pakai, bukan nggak mungkin dinilai nggak sopan lantaran dianggap terlalu pendek dan mengumbar aurat. Dikhawatirkan, nanti bisa membuat anak-anak terinspirasi untuk melakukan hal yang sama. Alhasil, bagian pinggang ke bawah Jadoo akan diblur sehingga Jadoo kelihatan seperti ngambang alias nggak napak tanah. Hoammm…
Itu sebabnya, meski saya tahu Hello Jadoo seseru itu, saya nggak berharap kartun ini viral. Kalau viral nanti di-notice KPI, terus dicut dan diblur, deh. Jadi, buat kalian yang belum pernah nonton kartun ini, nonton saja nggak apa-apa, tapi diem-diem bae, ya.
Sumber Gambar: YouTube Hello Jadoo TV